Share

Bab 7

Author: Senchaaa
last update Huling Na-update: 2023-04-30 08:30:07

“Aya bisa kita bicara sebentar?” panggil ayah Rayasa ketika melihat sang putri menyelonong melewati ruang tamu, hendak menuju kamarnya di lantai atas.

“Ada apa, Yah?” balas Aya berdiri di depan tangga tanpa berniat mendekati sang ayah yang masih duduk bertumpang kaki di sofa.

Di sana juga ada perempuan bersanggul tinggi yang tampak asyik menikmati teh hijau hangat.

“Tidak sopan bicara dengan orang tua seperti itu, cepat sini dan duduk di depan ayah.”

Aya mengembuskan napas kasar, malas nih dia kalau sudah begini. Berbagai asumsi pertanyaan yang akan diajukan sang ayah sudah terbesit di benak perempuan itu. Aya lelah sekali malam ini, dia tidak ingin melakukan sesi wawancara dengan siapa pun apalagi jika topik pembahasannya tentang Alister. Dia muak dengan pria itu. seharian bepergian dengannya membuat tensi Aya meningkat. Di harus minum obat pereda stres setelah ini. Ya, Aya sudah merencanakannya.

Enggan menimbulkan perdebatan dan huru-hara panjang malam ini, Aya langsung menghampiri ayah dan ibunya di ruang tengah. Dia duduk tepat si sofa yang berseberangan dengan sang ayah. Duduk dengan malas-malasan sambil menunjukkan raut lelah.

“Kamu habis dari mana seharian ini?” tanya Erland, Aya bahkan sampai mengerutkan kening.

Tak biasanya sang ayah menanyakan hal semacam ini pada Aya. Biasanya ketika Aya masih kerja di rumah sakit, dia mau pulang jam berapa pun tidak pernah tuh mendapat pertanyaan semacam ini.

“Abis ketemu sama Alister, Yah.”

Narnia yang tadi tak acuh dengan kehadiran Aya tiba-tiba memusatkan fokusnya pada Aya. Ia tinggalkan semua kegiatan yang dilakukannya sebelum Aya tiba di sana. bahkan beberapa detik lalu Narnia terkesan tidak peduli dengan kehadiran Aya, namun setelah mendengar nama Alister Byantara semuanya berubah.

“Kamu habis dari mana sama Alister? Ngapain aja seharian ini, kenapa enggak bilang sama ibu?” tanya Narnia beruntun. Terlihat sangat antusias dan penasaran.

“Abis fitting baju pengantin, aku enggak bilang karena emang enggak penting ya, kan?”

“Bisa-bisanya kamu bilang pertemuanmu dengan Alister enggak penting? Apalagi tadi kalian fitting baju pengantin bareng, itu penting banget tahu!” tegas Narnia.

Aya membeliakkan mata, malas saja mendengar ocehan wanita tua ini. Ah, Aya melihat tanda-tanda akan ada ceramah panjang setelah ini. Tolong ... Aya tidak ingin mengalami itu sekarang. Dia benar-benar lelah, ingin segera berendam di bathup sambil menikmati aroma terapi kesukaannya di sana.

“Ayah senang mendengarnya, Ay. Tadi sore, pak Reanaldy juga menghubungi ayah katanya jadwal fitting seragam keluarga pengantin akan dilaksanakan lusa,” jelas Erland, Aya hanya angguk-angguk saja.

“Benarkah itu, Yah? Kenapa enggak bilang dari tadi sama Ibu sih, Yah?” timpal Narnia merasa telat mendapat informasi membahagiakan ini.

Erland tertawa renyah, dia sengaja melakukan itu karena tidak ingin istrinya heboh lebih dulu. Lihat sendiri kan, dibanding Aya, justru Narnialah yang terlihat sangat antusias dengan kabar ini. Pokoknya segala sesuatu yang menyangkut keluarga Byantara akan membuat perempuan paruh baya itu bersemangat.

“Yang penting kan sekarang sudah bilang,” kata Erland memberi senyum pada istrinya lalu beralih menatap putrinya penuh rasa lega, “Ayah benar-benar masih tidak percaya kamu akan dipersunting oleh Alister Byantara, Ay. Ini terasa seperti mimpi.”

Keluarga Aya memang cukup terpandang, mereka tidak pernah kekurangan uang dari untuk memenuhi kebutuhannya. Namun jika dibandingkan dengan keluarga Alister tentunya kekayaan keluarga Aya masih belum seberapa. Mendapat kabar bahwa putrinya akan dinikahi keluarga konglomerat jelas seperti sebuah rezeki nomplok bagi keluarga perempuan itu.

“Semua ini berkat kita juga, Yah, kita yang menyekolahkan Aya setinggi mungkin hingga dia bisa menjadi dokter di rumah sakit ternama. Ayah lupa waktu itu Alister cerita kalau awal pertemuan mereka terjadi di rumah sakit. Coba kalau Aya tidak menjadi dokter di sana, mana mungkin dia bisa ketemu sama Alister.”

Aya tidak berniat menimpali pendapat ibunya itu. Dia hanya mendecih sinis sambil membuang muka. Lelah rasanya berpura-pura menunjukkan sikap manis pada situasi ini.

“Apa pun alasannya yang terpenting Alister sudah memilih Aya untuk dijadikan istri. Itu kesempatan emas yang tidak mungkin datang dua kali.”

Bisa-bisanya Erland berkata seperti itu di depan Aya. Memang benar Aya yang menjadi dalang dari pernikahan tak wajar ini. akan tetapi, setelah melihat respons kedua orang tuanya membuat Aya bertanya-tanya. Apakah kedua orang tuanya sama sekali tidak mengkhawatirkan nasib Aya ke depannya akan seperti apa? Tidakkah mereka berpikir jika menjadi istri kedua bisa menjadi neraka dunia untuk Aya?

“Ayah benar-benar rela aku dijadikan istri kedua? Itu tidak akan menjadi masalah bagi pencalonan ayah sebagai gubernur nanti? Bagaimana jika muncul isu negatif tentang ini, tidakkah itu mengurangi kredibilitas ayah sebagai calon gubernur?” pancing Aya, ia ingin mendengar bagaimana pendapat ayahnya tentang ini.

Menjadi calon gubernur dengan latar belakang keluarga yang cacat tentu akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat. Apalagi isu perselingkuhan dan poligami sangatlah sensitif di negara ini. Satu pesohor yang terlibat kasus perselingkuhan maka satu negara yang akan mengadili pelakunya. Apalagi jika ada pelakor, ah sudah jelas perempuan itu akan dinobatkan sebagai musuh kaum perempuan nasional.

“Kamu tidak perlu memikirkan hal itu, Ay, ayah bisa menangani masalah ini nanti. Kamu bilang bahwa kamu dan Alister saling mencintai, bagi ayah itu sudah lebih dari cukup untuk mendukung semua keputusanmu. Walaupun kamu dijadikan istri kedua, Alister sudah berjanji pada ayah bahwa dia akan lebih membahagiakanmu.”

Haruskah Aya sedang dengan jawaban Erland? Kedengarannya jawaban itu cukup bijak untuk disampaikan oleh seorang ayah. Namun entah mengapa, hati kecil Aya justru meringis ketika mendengar sang ayah berkata demikian.

“Kamu ini bagaimana sih Aya, calon mertuamu adalah orang paling kaya di Asia. Dia memiliki kuasa yang sangat besar di

3.bidang apa pun, dia bisa dengan mudah membungkam media dan massa jika muncul berita negatif tentang pernikahanmu dan Alister. Kamu tidak usah khawatir dan tidak perlu berpikir macam-macam lagi. Fokus saja pada pernikahanmu yang sudah di depan mata. Jangan sia-siakan peluang emas, kamu harus bisa menjadi menantu kesayangan keluarga Byantara.”

Sudah cukup, Aya tidak ingin mendengar apa-apa lagi. Telinganya pengang, apalagi sekarang darahnya juga mulai bergejolak.

“Sudah selesai kan, Yah? Aku lelah mau istirahat,” kata Aya sambil berdiri.

“Iya, silakan kamu istirahat, jangan terlalu kecapekan, pesta pernikahanmu nanti pasti akan sangat melelahkan karena diadakan secara besar-besaran. Makanya kamu harus menyiapkan stamina ekstra. Kalau perlu kamu ambil cuti saja dari sekarang dari pekerjaanmu,” jelas Erland.

Aya bergegas pergi tanpa mengatakan sepatah kata pun. Mood yang semula sudah dijatuhkan oleh Alister semakin hancur saja setelah berbincang singkat dengan kedua orang tuanya.

“Semua orang memang sialan!” gumam gadis itu sembari menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ariyatna Nur Cahya Ningsih
orang tua Aya sangat mengesalkan, sepertinya Aya juga udah cape dengan kehidupannya sendiri
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Istri Settingan 10 Miliar   Bab 22

    "Astaga... orang ini benar-benar mabuk ternyata, terus kenapa tadi dia seperti orang sadar? Apa memang itu gaya mabuk khasnya?" tutur Aya saat ia kepayahan kenapah Alister memasuki unit apartemennya. Sungguh malam yang sangat panjang dan tidak mudah, dini hari Aya harus menanggung beban berat badan sang suami dan berusaha sendiri membawa pria itu menuju kamarnya yang berada di lantai 20. Peluh keringat bercucuran, sekujur tubuh gadis kamu, ia baru bisa bernapas lega ketika berhasil menghempaskan sang suami ke kasur di kamarnya. "Huhhh, akhirnya. Ahh, pinggangku rasanya seperti mau remuk. Lihat saja kamu yaa, aku enggak akan pernah ngizinin kamu mabuk-mabukkan kayak gini lagi!" Setelah mengatakan itu Aya bergegas mengambil air minum, kebetulan di kamarnya ada kulkas mini. Ia teguk semua minuman kaleng pilihannya lalu berdiri sambil memperhatikan Alister yang menggeliat kegerahan di kasurnya. Aya ingin abai tapi tak bisa, ada dorongan dalam dirinya yang meminta gadis itu untuk m

  • Istri Settingan 10 Miliar   Bab 21

    "Wah... mas Al cilik lucu sekali ya, Nek. Pipinya gemoy tapi lesung pipinya dalam, ahhh menggemaskan," puji Aya saat dia membuka album foto masa kecil Alister yang ditunjukkan nenek Maria. Setelah berbincang dengan Vincent siang tadi, Aya memang memutuskan untuk langsung berkunjung ke rumah orang tua Alister tanpa bilang pada suaminya. Dia datang membawa sebucket Lily putih karena katanya nenek Maria sangat menyukai bunga itu. Kemudian dia juga membeli beberapa kue dan camilan manis sebagai buah tangan. Berkunjung ke rumah mertua memang harus seperti itu, sebagai tanda bahwa kita seniat dan se peduli itu pada mereka. Terserah jika orang lain tidak terima pandangan ini, yang pasti Aya sangat meyakininya. Ini ajaran dari keluarganya, jadi dia setuju-setuju saja, toh ini juga masuk akal. "Iya, Alister kecil memang sangat lucu dan menggemaskan. Dia itu sebenarnya aktif dan humoris, lihatlah semua foto-foto ini, senyumnya sangat lebar dan tulus. Ini adalah ekspresi yang paling nenek

  • Istri Settingan 10 Miliar   Bab 20

    Mila memasuki rumah dan suasananya tampak sepi. Ia melihat jam di tangannya, baru pukul 07.38. Sebenarnya ini juga bukan pemandangan baru, Alister memng jarang di rumah, tapi Rayasa? Kenapa pengangguran itu tidak terlihat sejauh Mila memasuki rumahnya. Biasanya setiap ada Mila, Aya selalu saja menempel dan berkata hal-hal tidak penting yang semakin membuat emosi Mila meradang. ~ "Mbak, tahu enggak kemarin aku dibeliin bunga sama mas Al, bucketnya gede banget. Aku pengen bawa pulang tapi enggak jadi. Masa aku dapat sedangkan Mbak enggak, kan gak adil ya?" "Mbak Milaaa, mas Al minta dimasakin sop buntut, katanya dia lagi pengen makanan rumah. Mau bantuin aku enggak? Sebagai istri kan kita mesti berbakti sama suami ya, karena di rumah ini ada dua istri makanya Mbak harus ikut biar Mas Al bisa sama-sama makan masakan istri-istrinya." "Mbak Mila, ini aku sama mas Al kan belum sempat bulan madu ya. Kira-kira Mbak ada saran destinasi yang cocok buat honeymoon? Aku ngarepnya sih bula

  • Istri Settingan 10 Miliar   Bab 19

    "Rayasa kebiasan lo ya, udah gue bilang jangan ganggu gue di waktu kerja!" protes Vincent sambil menyimpan tas kerjanya di meja dan duduk di kursi samping Aya."Sori, ini mendesak banget jadi gue enggak bisa nunda-nunda. Walaupun gue tahu ini jam sibuk lo tapi please kali ini gue butuh saran dan pencerahan dari lo, Vin."Vincent menghembuskan napas berat, dia meneguk segelas mocktail yang sudah tersaji di atas meja itu. Vincent yakin itu miliknya tanpa perlu bertanya terlebih dulu pada Aya."Kali ini apa lagi? Si Ali bertingkah lagi?""Enggak, bukan Alister yang bertingkah tapi keluarganya. Lama-lama gue kasihan deh Vin sama Alister. Hidupnya ruwet banget, sebagai pengamat gue aja ampe bingung. Dia kerja keras tiap hari, terus ditekan sana-sini dan kehidupannya benar-benar penuh masalah."Vincent cengo mendengar penuturan Aya itu, geli rasanya melihat Rayasa bersikap sok peduli pada orang yang kehidupannya jauh lebih stabil dibanding dirinya. Apakah dia tidak sadar jika saat ini kondis

  • Istri Settingan 10 Miliar   Bab 18

    "Jadi orang tua Mila punya bukti tentang keterlibatan ayah Nindy dalam kasus korupsi?" Aya menegaskan setelah Alister cerita panjang lebar. Jujur Alister juga tidak paham kenapa dia jadi over sharing begini pada Aya. Meskipun perempuan itu sudah jadi istri sahnya, tetapi tidak ada jaminan bahwa Aya akan menjaga rahasia ini supaya tidak bocor keluar. Usia menamatkan cerita tentang masa lalunya, Alister sibuk bertanya pada dirinya sendiri. Apakah dia sudah sepercaya itu pada Rayasa? Apakah perempuan itu bisa menjaga semua rahasia ini? Bagaimana pun kebersamaan mereka didasari oleh perjanjian yang saling menguntungkan satu sama lain. Walaupun tidak mengikutsertakan ketulusan, seharusnya Rayasa tetap berada di pihak Alister bukan? Ya, hanya ini logika masuk akal yang bisa Alister tegaskan pada dirinya sendiri atas kepercayaan yang ia berikan pada istri keduanya. "Setahuku begitu, setidaknya hal itulah yang mendorongku untuk menjalani pernikahan dengan Mila selama

  • Istri Settingan 10 Miliar   Bab 17

    Rayasa sedang duduk santai sambil menikmati jus sehat nan segar usai berenang di kolam yang ada di kediaman Alister Biantara. Sudah satu bulan dia menjadi nyonya rumah di sana, tapi baru kali ini dia bisa benar-benar menikmati semua fasilitas dengan tenang dan santai.Hal ini tak lain dan tak bukan karena perempuan yang hobi memeranginya sudah tidak di sana. Ternyata kalau tidak ada Mila, rumah itu benar-benar damai dan tidak seperti sarang lebah. Ya, bagi Aya, semua ocehan pedas Mila bak suara lebah yang mengiung dan memekakkan telinga."Ternyata begini ya rasanya jadi istri satu-satunya. Bebas melakukan apa saja tanpa diawasi dan direcoki. Coba kalau setiap hari begini, aku pasti akan sangat betah diam di sini," ungkap Aya sambil membenarkan bathrobe untuk menutupi bikini renangnya.Meskipun di rumah itu selalu sepi, bukan tidak mungkin jika ada pelayan laki-laki atau tukang kebun yang melintas ke area kolam renang. Bisa bahaya nanti, Aya tidak mau sedekah dengan cuma-cuma. Alister y

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status