Share

Bab 4

Author: Manila Z
last update Last Updated: 2024-05-22 06:39:03

Ikram menatap kearah anaknya yang mengatakan ingin menikah secepatnya, tetapi dia malah tidak mau mempublikasikan pernikahan mereka. Apalagi dengan mengundang banyak tamu undangan.

Sebagai seorang ayah, Ikram malah merasa curiga. Ada hal yang memang disembunyikan oleh anaknya dari dirinya. Bahkan sampai Richard sendiri tidak mau memberitahunya.

"Kenapa kalian tidak mau mempublikasikan pada semua orang saja?" tanya Ikram yang merasa penasaran dengan anaknya.

"Sudahlah Pah, bukannya bagus jika Richard tidak akan mengadakan pesta. Lagian wanita itu juga tidak jelas asal usulnya!" sindir Ana kepada Madiya.

Madiya memang tidak menceritakan tentang keluarganya karena dia sudah tidak tinggal bersama dengan mereka lagi. Belum tentu mereka masih mengakui Madiya sebagai anaknya. Terutama ayahnya yang memang sudah terhasut oleh ibu tirinya.

"Kamu tidak sedang menyembunyikan sesuatu dari kita kan?" tanya Ikram sambil melihat kearah Richard.

Richard hanya tersenyum tipis saja agar tidak membuat mereka curiga. Tentu saja Richard sudah punya rencana lain yang ada di dalam benaknya sekarang.

"Tentu saja tidak. Aku sendiri yang akan menyiapkan pernikahanku nanti bersama dengan Madiya. Kalian tidak usah repot-repot untuk mengurusi semuanya."

"Aku permisi ke toilet dulu."

"Mau aku antar?" tawar Richard melihat ekspresi wajah Madiya yang tidak nyaman.

Madiya tersenyum tipis pada Richard. "Tidak usah, aku akan cari sendiri."

Madiya merasa tidak nyaman ketika dirinya yang tadi di tatap oleh Ana dengan sinis. Dia ingin menghindar, tapi sepertinya dia tidak bisa. Dia merasa kalau ada sesuatu yang membuat dia malah sulit.

Madiya berjalan menelusuri tempat ini hingga dia sampai di toilet. Dia hanya membasuh mukanya saja agar terlihat lebih bersih. Lalu dia handak keluar sebelum dia dikejutkan oleh seseorang.

"Saya ingin berbicara denganmu."

Ana bersikap dengan sombong dan diam-diam mengikuti Madiya ke toilet. Ana hanya ingin mengintimidasi wanita yang akan menjadi calon istri untuk anaknya. Jelas dia tidak mau sembarangan orang yang akan menjadi istri dari anaknya.

"Berbicara apa yah?"

Madiya sesungguhnya merasa gugup ketika dia ditatap seperti ini. Takut kalau ibunya Richard akan macam-macam padanya. Apalagi wajahnya seperti permen antagonis dalam sinetron yang selalu dia tonton pada jaman dulu.

"Kamu dibayar berapa oleh Richard?" tanya Ana yang merasa yakin kalau anaknya sudah membayar Madiya.

Sudah Madiya duga kalau ibunya Richard akan curiga. Apalagi memang insting seorang ibu selalu kuat namun, Madiya tidak mungkin mengatakan kalau dia dibayar untuk menjadi istri sewaan nya Richard.

"Saya tidak dibayar. Saya tulus mencintai Richard," jawab Madiya dengan tenang agar wanita yang ada dihadapannya itu tidak akan curiga dengan dirinya.

Madiya mengatakan itu dengan tenang agar tidak membuat Ibunya Richard nanti malah akan curiga padanya.

Ana menatap kearah Madiya dengan pandangan yang sedikit sengit.

"Tidak ada cinta yang tulus, apalagi kalian sepertinya baru kenal."

"Saya sudah berkata dengan jujur Bu Ana."

Madiya harus bisa meyakinkan wanita yang ada hadapannya karena wanita itu nampak tidak percaya dengan dirinya. Bagaimana kalau dia berusaha untuk meyakinkan semuanya sekarang.

"Saya akan memberikan kamu uang 50 juta. Asal kamu bisa tinggalkan anak saya," kata Ana kepada Madiya.

Begitu menggiurkan tawaran dari Ibunya Richard. Dia bisa saja mengambil hal itu tanpa melakukan perjanjian dengan Richard dan menjadi istrinya. Tapi Madiya masih punya hutang budi pada Richard yang sudah memberikan dia banyak baju tadi.

Richard sudah berjanji padanya akan memberikan dia uang 20 juta sebulan jika dia mau menjadi istri sewaannya. Jadi Madiya lebih memilih untuk menjadi istri sewaan dari Richard saja sekarang.

"Maaf, saya tidak bisa menerimanya. Saya benar-benar tulus mencintai Richard, Bu Ana."

Madiya menolak itu dan tiba-tiba ada suara tepuk tangan yang membuat kedua orang itu terkejut. Siapa lagi kalau bukan Richard. Dia tadi sempat mengintip dan ingin mengetahui pilihan Madiya. Tetapi wanita itu memilih dirinya dan dia sangat puas.

Richard berjalan menghampiri Madiya dengan merangkul wanita itu mesra dihadapan ibunya. Sudah pasti ini akan membuat dia merasa senang.

"Mamah dengar sendiri bukan? Madiya mencintaiku apa adanya. Lagian kenapa mamah malah menyogok Madiya kaya gitu. Gak percaya kalau aku sudah punya pasangan sekarang?" sindir Richard pada ibunya.

"Bukan begitu maksud mamah..."

Ana berusaha untuk menjelaskan pada anaknya. Tapi Richard sudah lebih dulu menarik tangan Madiya dan mengajak wanita itu untuk pergi dari tempat ini.

Richad sebenarnya merasa kesal dengan ibunya, beruntung dia datang tepat waktu. Kalau tidak maka Madiya bisa saja membongkar semua rencananya.

Sampai mereka berada kembali ke ruangan tamu. Di sana Ikram masih terlihat duduk sendirian.

"Loh Richard, kamu mau ke mana sama calon istrimu?" tanya Ikram yang masih duduk di meja makan.

"Maaf Pah, aku sepertinya ingin pulang duluan. Terimakasih atas jamuan nya."

"Gak akan menginap di sini?" tawar Ikram pada anaknya.

"Mungkin lain kali saja, Pah."

Richard melihat ibunya akan segera menghampiri dirinya tapi, dia sudah lebih dulu memutuskan untuk pergi dari tempat ini. Dia merasa sudah muak atas apa yang sudah terjadi padanya.

"Richard," panggil Ana kepada anaknya.

Richad mengabaikan Ana dan dia langsung membawa Madiya pergi dari rumahnya. Sebenarnya dia bukan untuk menghindar dari ibunya melainkan untuk menyelamatkan dirinya sendiri karena ibunya hampir saja curiga dan Madiya juga sepertinya akan mengatakan rahasianya.

***

Dalam mobil.

Madiya melihat kearah Richard yang kini sedang menyetir mobilnya. Madiya jadi merasa tidak enak sudah membuat Richard jauh dari ibunya.

"Aku minta maaf, tidak seharusnya tadi kamu pergi begitu saja menghindari ibumu," gumam Madiya.

Richard melihat kearah Madiya dan kini dia sadar dengan apa yang diucapkan oleh wanita itu. Memang ini bukan sepenuhnya salah Madiya karena dari awal hubungan antara Richard dengan ibunya memang sudah renggang.

"Kamu tidak usah minta maaf. Lagian aku memang sengaja menghindar ibuku. Aku tau dia sudah mulai curiga padaku."

Madiya mandang kearah Richard dengan pandangan kasian, dia kira ada hal lain tadi yang membuat dia menjauhi ibunya.

"Lalu apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" tanya Madiya dengan hati-hati karena takut Richard akan marah padanya.

Richard nampak berpikir sejenak memikirkan rencana yang akan dia ambil selanjutnya. Tentu saja dia akan memanfaatkan waktu yang terbaik untuk dirinya.

"Kita akan segara menikah, kalau kita sudah menikah maka, kedua orangtuaku tidak bisa memaksa ku lagi."

Richard mengatakan itu dengan mudah karena memang ini adalah niat utamanya. Mencari seorang wanita untuk menjadi istri sewaan nya.

"Kita nikah beneran atau bohongan?" tanya Madiya memastikan saja.

"Ya nikah bohongan lah! Makanya aku bilang tidak akan mengundang banyak orang dan hanya orang-orang tertentu saja yang aku undang."

"Oh..."

Madiya hanya mengangguk saja, dia terlalu berharap lebih jika meminta Richard untuk menjadi suami aslinya. Lagian Madiya sadar kalau dia itu siapa di sini.

"Kenapa? Muka kamu terlihat kecewa sekali. Apa kamu berharap kalau aku akan menikahi wanita seperti dirimu?" ujar Richard yang entah sedikit menyayat hati milik Madiya.

Madiya tersenyum tipis sambil membiasakan ekspresi wajahnya.

"Tidak juga. Menurutku semuanya sama saja."

"Bagus deh kalau kamu tau diri."

Richard mengatakan itu dengan pandangan mata yang melihat kearah jalan.

Madiya terdiam setelah Richard mengatakan itu. Dia jadi tidak berani berkata apapun juga pada Richard. Dia tidak akan berharap lebih pada Richard. Pria itu hanya tuannya yang membantu dirinya saja.

"Kita sudah sampai."

Madiya turun dari mobilnya terlebih dahulu dan dia berjalan dengan cepat masuk ke dalam. Richad melihat keanehan pada diri Madiya yang memutuskan untuk pergi.

"Kenapa dengan dia?" heran Richard.

Seketika dia sadar dengan ucapannya tadi. Apa Madiya kecewa dengan ucapannya itu? Bukannya dia benar mengatakan itu agar Madiya tidak terlalu berharap banyak padanya.

Richad hanya takut tidak bisa melindungi wanita itu nantinya. Banyak rahasia dalam hidupnya yang tidak bisa dia bagi.

Richard berjalan menuju ke depan apartemennya dan Madiya duduk di sana.

"Kenapa belum masuk?"

"Aku tidak tau kodenya."

Richard lupa tidak memberitahu kode apartemen miliknya pada Madiya. "150695."

Madiya mencobanya dan dia berhasil membukanya. Dia tersenyum lalu memeluk Richard dengan bahagia.

"Terimakasih banyak."

Ketika mereka saling bersentuhan satu sama lain. Entah kenapa Richard malah merasa ada yang lain. Hatinya ikut berdebar ketika merasakan itu semuanya.

DEG.

"Kenapa jantungku bergetar tadi?" batinnya.

"Eh sorry." Madiya malah merasa canggung sendiri karena dia jadi malu sekarang. Kenapa juga tadi dia malah berekspresi berlebihan seperti itu sampai memeluk Richard dengan erat.

BERSAMBUNG

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Sewaan CEO Arogan    Bab 102

    Sebuah pemakaman, Madiya hanya menabur bunga ditemani oleh Richard yang kini ada dihadapannya. Dia menangis karena merasa kasian di sana. "Semoga setelah ini, kamu akan tenang.""Bagaimana pun dia adalah adikmu," ujar Richard merangkul Madiya sambil ikut menaburkan bunga. Haris terdiam kaku sambil melirik kearah makam tersebut. Dia terus saja bungkam dan tidak mau mengatakan apapun juga. Sampai Robi tiba-tiba datang menghampiri Haris. "Ini ikut menaburkan bunga juga.""Aku tidak menyangka kalau dia sudah tidak ada. Semuanya terasa masih mimpi," ujar Haris. Shela ikut melayat di sini, dia langsung memeluk Ratih dengan erat. "Tante yang sabar yah."Ratih hanya bisa mengangguk sambil tersenyum tipis. Dia menghapus kembali air matanya dengan cepat. Bisa tidak enak kalau terjadi sesuatu di sini. "Iya gak papa.""Ayo kita pulang."Ratih mengatakan itu kepada semua orang yang ada di sini setelah prosesi pemakaman sudah selesai. Dia hanya melihat dengan sekilas saja. Richard merangkul

  • Istri Sewaan CEO Arogan    Bab 101

    Madiya datang ke rumah sakit bersama dengan ibunya setelah mendengar kamar kalau Sabira kena tusuk Nita. Dia tidak menyangka kalau Sabira akan nekat seperti ini. Ketika mereka berdua sudah sampai di rumah sakit, Madiya langsung menghampiri Haris yang sudah berlumuran darah. "Haris, bagaimana keadaan Sabira?" tanya Ratih. Begitu pun dengan Madiya sekarang, dia sangat khawatir dengan keadaan adiknya sekarang. Dia tidak menyangka kalau hal ini akan terjadi dengan adiknya. "Dia telah ditangani oleh dokter," jawab Haris. Sampai dan lama kemudian, Richard dagang juga ke rumah sakit setelah dia menyelesaikan misi tentang Roy. Haris menatap kearah Richard dengan sekilas. "Bagaimana dengan Roy, dia sudah ditangkap?""Iya, dia sudah ditangkap oleh pihak kepolisian. Dia akan dikenai pasal pembunuhan karena sudah membunuh Nita."Madiya yang mendengar itu pun menutup mulutnya dengan tidak percaya. "Madiya mati?""Iya," jawab Richard. "Innalilahi," ucap Ratih yang sama terkejutnya dengan hal

  • Istri Sewaan CEO Arogan    Bab 100

    Pagi hari yang begitu cerah, Richard masuk ke kantor setelah dia berpamitan dengan istrinya. Dia masih memikirkan tentang orang tersebut. "Aku pamit ke kantor dulu.""Kamu semalam tidur hanya sebentar, udah mau masuk kantor?" tanya Madiya. "Iya, kebetulan ada urusan yang harus aku selesaikan. Kamu tahu kalau orang yang sudah membantu Nita kabur itu juga rekan bisnisku," terang Richard memberitahu istrinya. Madiya yang mendengar itu pun sedikit terkejut dan tidak menyangka sama sekali. "Kok bisa?" tanya Madiya. "Aku baru melacak nomor plat mobilnya, semuanya sudah diatur dengan baik.""Syukurlah kalau begitu. Aku akan mengatur semuanya.""Kalau begitu aku berangkat yah," kata Richard sambil memberikan kecupan di kening istrinya dan mengelus perut anaknya. Sebelum akhirnya dia kembali naik ke dalam mobil. "Iya hati-hati di jalan."Madiya mengatakan itu sambil melambaikan tanganmya, dia melihat suaminya yang kini sudah pergi mengendarai mobilnya. Sampai akhirnya Madiya memutuskan un

  • Istri Sewaan CEO Arogan    Bab 99

    Haris menatap kearah Sabira yang tadi memberikan nomor ponselnya dengan mudah begitu saja. Dia harus menanyakan langsung. "Kenapa tadi kamu memberikan nomor ponsel kepada istrinya Pak Roy?" tanya Haris dengan nada yang sedikit penasaran. Apalagi dia yakin kalau istrinya pasti menyembunyikan sesuatu tanpa dia ketahui kebenarannya. Sabira yang memang tengah ada di mobil dan hendak pulang setelah acara pernikahan antara Robi dan Shela selesai. Sebenernya tadi Sabira merasa curiga. "Kenapa diam?" tanya Haris. Sabira langsung mengatakan yang sebenarnya. "Kamu merasa gak sih tadi, istrinya Roy itu sedikit agak aneh.""Maksud kamu, bagaimana?" tanya Haris yang merasa heran. "Gelagat itu loh, mengingatkan aku akan sesuatu, dia terlihat sedikit gugup ketika berjabat tangan denganku dan raut mukanya juga terlihat seperti ketakutan begitu," ujar Sabira. "Iya itu wajar Sabira. Kan kalian baru saja bertemu." Haris mengatakan itu dengan santai. Tetapi Sabira punya pikiran lain karena tadi d

  • Istri Sewaan CEO Arogan    Bab 98

    Nita sudah siap dengan yang akan dia lakukan selanjutnya. Dia berjalan bersama dengan Roy sambil menyalami tangan Shela dan Robi. "Selamat yah atas pernikahan kalian berdua."Shela menjawab dengan ramah karena dia tidak tahu sosok Roy yang sebenernya. Shela mengira kalau memang itu teman dekat suaminya.Roy menatap kearah Robi yang sedari tadi diam saja, dia langsung menepuk pundak pria itu dengan pelan. "Selamat yah bro.""Iya," jawab Robi dengan singkat. Lalu mata Robi melihat kearah wanita yang dibawa oleh Roy barusan. Dia merasa heran sendiri karena melihat wanita yang dibawa oleh Roy sangat sederhana dengan pakaikan yang tidak mencolok sama sekali. Sedangkan Robi tahu kalau selera Roy adalah wanita yang sedikit modis. "Kamu bawa sekertarismu buat datang ke sini?" tebak Robi karena mungkin saja Roy tidak mempunyai pasangan makanya dia membawa wanita itu. Roy menggelengkan kepalanya, lalu dia mendekap wanita yang ada disampingnya itu dengan mesra. Dia hanya ingin memperlakukan

  • Istri Sewaan CEO Arogan    Bab 97

    Acara pernikahan antara Robi dan Shela. Madiya sudah siap dengan baju yang memang dia gunakan dengan baik. Kebetulan ini adalah pemberian dari mertuanya. "Mana suamimu, kok belum muncul?" tanya Ratih ketika melihat anaknya hanya datang sendiri. "Richard tadi sedang menerima telepon dari seseorang bun. Dia masih mencari kebenaran Nita yang kabur dari lapas," jawab Madiya. Ratih yang mendengar itu pun sedikit terkejut. "Jadi sampai sekarang Nita belum ditemukan juga?" "Iya bunda, sampai sekarang Nita belum ditemukan sama sekali."Ratih yang mendengar itu pun jadi ikut khawatir. Apalagi dia tahu kalau Nita orang yang nekat, dia bahkan tidak yakin kalau semuanya akan jadi seperti ini. "Apa Richard sudah berusaha untuk mencarinya?""Iya tentu saja. Dia sudah berusaha untuk mencarinya.""Sampai sekarang belum ditemukan?" tanya Ratih. "Iya Bunda." Madiya hanya menjawab dengan jujur saja. Sampai tak lama kemudian, muncul Richard yang menghampiri dirinya. Dia sudah memikirkan semuanya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status