Share

AK 4

Belum usai tentang kehamilan Lea, kini Lius harus dipusingkan dengan kehamilan Lisa kekasihnya. Ia semakin murka dengan Lea, lantaran masih mengira jika semua ini adalah ulah dari istrinya itu.

"Sekali lagi ku tanya, anak siapa yang sedang kau kandung!" teriaknya.

Namun Lea tetap diam tidak menanggapi suaminya, hanya air mata yang saat ini bisa mewakili kesakitan atas dirinya.

Terdengar Lius menghela nafas frustasinya, sembari bekacak pinggang ia mengatakan fakta tentang kehamilan Lisa kakaknya.

Dengan perlahan Lea bergerak bersandar pada kepala ranjang, menatap Lius yang tengah tajam menatapnya

"Lisa hamil." Ulangnya sembari menatap wajah tenang istrinya.

Hanya itu yang di ucapkan Lius, namun matanya terus tajam menatap pada Lea.

"Lalu?" sahutnya yang tak ingin mengambil pusing berita mengejutkan itu.

"Lalu katamu? Haha, santai sekali jawabanmu itu!" teriak Lius menunjuk Lea.

“Apa kau lupa siapa yang menyebabkan semua kekacauan ini? Apa kau amnesia hingga dengan santainya mengatakan itu barusan?” membentak Lea dengan semua rasa kesalnya.

"Aku bahkan tidak melakukan apapun, tapi kamu juga mereka terus saja menuduhku dan memojokkanku dengan kesalahan yang  tidak pernah aku perbuat." balas Lea dengan begitu lelah.

"Oh, aku tahu. Ini pasti bagian dari rencana mereka juga. Mereka mengkambing hitamkan aku atas kesalahan yang mereka perbuat, dan aku yakin anak dalam kandungan kakakku itu hasil dari perbuatan kakakku sendiri." lanjut Lea.

"Apa yang kau katakan barusan? Coba ulangi sekali lagi," titahnya begitu dingin.

"Aku katakan jika kakakku hamil karena ulahnya sendiri."

Plak!

"Lisa tidak serendah dirimu, yang meleparkan tubuhnya pada laki-laki lain."

“Lalu maksudmu aku lebih rendah dari kakakku, padahal aku sudah mengorbankan semua nya demi menyelamatkan nama keluargamu juga keluargaku?” balasnya tak kalah sengit, bahkan ia mengabaikan rasa panas pada pipinya.

Lius murka, ia melempar semua barang yang ada di depan matanya. Lius terus berteriak meluapkan sesak di dadanya. Tak ada yang menyadari jika saat ini Lius tengah berperang dengan batin nya sendiri.

Dalam hati kecilnya ia percaya jika dalam kandungan Lea adalah anaknya, namun rasa bencinya menutup rapat kepercayaan itu dengan kemarahan. Namun kini ia di hadapkan dengan kondisi yang sama dengan cerita yang berbeda, wanita yang dicintainya juga tengah mengandung, namun bukan dengannya melainkan dengan laki-laki entah siapa itu.

Lius meremas kuat rambutnya, wajahnya sudah merah padam dengan tonjolan urat yang menghiasi leher putihnya.

Lea hanya bisa menangis, ia terus memegangi perutnya sembari melirik suaminya yang tengah menggila. Ada rasa takut jika saja Lius gelap mata dan menyakiti kandungannya.

“Pergi,” lirih Lea di tengah tangisnya.

Lius terdiam, ia berhenti sejenak menatap tak percaya pada istrinya.

“Kau mengusirku?”

“Kumohon tenangkan dirimu lebih dulu, kembalilah jika sudah merasa tenang.” Pintanya.

Lius tak lagi menanggapinya, ia memilih keluar meninggalkan Lea. Menutup pintu ruangan dengan begitu keras hingga membuat sesak dada Lea.

Di Negara lainnya, Lio mengepalkan tangannya saat menerima laporan dari salah satu anak buahnya yang mengawasi Lea. Tak bisa berbuat banyak membuat Lio terus menyalahkan dirinya atas apa yang di derita Lea saat ini.

“AKh! Brengsek kau Lius, “ umpatnya.

Ia menatap tajam bingkai foto yang menampakan wajah keduanya disana, tersenyum begitu ceria bersama kakak tertua mereka.

“Kurang ajar! Berani sekali tangan kotormu itu menyentuh perempuanku, aku akan membuat perhitungan untuk semua luka yang sudah kau sebabkan Adelius!” geramnya.

“Sebentar lagi, sebentar lagi Lea. Kumohon bertahanlah,” pintanya dengan begitu lirih.

Lio mengambil sebotol wine, sembari menatap indahnya malam ia menenggak langsung wine dari tempatnya.

“Bagaimana bisa kau di bodohi oleh wanita ular itu, Lius. Bagaimana bisa?” memukul-mukul pagar pembatas di hadapannya.

“Akh!” teriaknya.

Ponsel milik Lio tiba-tiba bergetar didalam sakunya, wajahnya terlihat begitu lega saat menatap layar ponsel miliknya.

“Halo,” sapanya.

“_______”

“Lalu apa yang harus aku lakukan? Aku tidak bisa terus diam sedang disana Lius bisa kapan saja melukainya.” Begitu frustasi.

“_________________________”

“Selalu saja seperti itu. Tapi, aku hanya ingin mengatakan ini. Jika, hanya jika Lius bertindak terlalu jauh maka aku juga akan mulai bertindak.”

“_______”

“Jika laki-laki bodoh itu menceraikan Lea, atau Lea yang memilih pergi dari Lius jangan halangi lagi aku dengan keputusanku.”

Lio menatap layar ponselnya yang berwarna gelap itu, ia pun menghela nafas dengan begitu lelahnya. Di balik itu semua, Lio merasa lega dengan kesepakatan yang telah di perolehnya. Kini ia benar-benar memiliki jalan untuk berjalan bersama Lea.

“Beri aku waktu, sebentar lagi. Hanya sebentar.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status