Share

AK 5

Lisa yang mendengar pertengkaran Lius dengan Lea tersenyum penuh kemenangan, ia menghapus jejak air matanya dengan senyum smirk di wajahnya. Tak hanya itu saja, ia bahkan merasa bangga karena berhasil mempengaruhi Lius dengan fitnah yang di sebarnya.

“Bagaimana, Ma?”

“Sempurna, kamu memang putri mama terbaik.” Memberikan pelukan pada putri tersayangnya itu.

Keduanya merasa menjadi pemenang atas masalah yang sedang di hadapinya, sedang Lea ia jadikan kambing hitam untuk semua akar masalah dari mereka.

“Mama yakin, saat ini Lius tengah menghajarnya dengan begitu murka. Bayangan kamu disiksa akan membuat Lius terbakar dengan emosinya.”

“Benar, dan aku harap bayi dalam kandungan perempuan busuk itu mati di tangan papa nya sendiri.”

Mereka pun tertawa bersama untuk semua penderitaan yang akan Lea hadapi.

Lea merasakan kebas pada pipi sebelah kanannya, Lius menamparnya dengan cukup keras.

Tak cukup hanya itu, bahkan hinaan dari mulut suaminya itu begitu menyakiti dan menginjak-injak harga dirinya.

“Aku? Melempar tubuhku pada laki-laki lain?” gumamnya mengulang hinaan suaminya.

Lea tertawa, ia merasa lucu dengan tuduhan yang di lontarkan suaminya barusan. Bagaimana bisa ia dituduh dengan begitu keji sedang Lius tahu dengan betul kegiatan diluar rumah nya.

“Lucu sekali hidupku ini. Aku yang tidak pernah melewati batas malah di tuduh murahan, tapi kakakku yang jelas-jelas salah malah di anggap paling suci.” Ucapnya dengan penuh rasa kecewa.

Lea kembali tertawa dengan penuh pilu, air matanya bahkan tak berhenti mengalir membasahi pipi. Hatinya terlalu sakit saat ini untuk sekedar tertawa, berpura-pura bahagia seperti sebelumnya.

________________________

Saat sedang bergumam, tiba-tiba pintu ruang rawatnya dibuka dengan begitu perlahan. Ternyata Lius masuk dengan wajah frustasinya. Lea terus menetap suaminya itu, berharap dengan cemas jika suaminya itu sudah baik-baik saja.

“Apa kau sudah baik-baik saja,Lius?” cicit Lea.

Tak ada jawaban, Lea di acuhkan oleh Lius yang lebih memilih merebahkan tubuhnya di atas sofa. Lius menutup kedua mata dengan lengannya, berusaha menghalau rasa pusing yang tengah menyerangnya.

“Sekarang katakan dengan jujur, siapa ayah dari bayi dalam kandungmu itu.” Lirihnya tanpa mengubah posisinya.

“Percuma rasanya kau keluar untuk menenangkan diri jika nyatanya pikiranmu itu masih buntu,” balas Lea.

Adelius membuka matanya, ia bangkit dari posisinya dan berjalan menghampiri istrinya itu. Tatapannya begitu tajam, seakan bisa menelan Lea saat itu juga.

“Apa susahnya tinggal jawab, kenapa terus saja memancing emosiku ini!” teriaknya kembali tersulut emosi.

Lea berteriak ketika Lius memukul tiang infus miliknya hingga terjatuh, jarum yang menembus kulitnya pun di paksa keluar dengan begitu saja.

“Sakit, Lius.”

“Sekarang katakan, dengan laki-laki mana kamu hamil.”

Lea menatap manik mata Lius dengan begitu dalam, ia benar-benar terluka kali ini dengan sikap suaminya. Tak pernah terbayangkan ia akan menerima tuduhan sekeji ini, terlebih dari suaminya sendiri.

“Jawab!” teriaknya.

“Sehina itu aku di matamu?”

Lius meremas rambutnya, ia merasa frustasi menghadapi Lea saat ini. Baginya Lea terlalu bertele-tele, itu membuat ia yakin jika memang Lea tidak mengandung darah dagingnya.

“Jadi memang itu bukan anakku.” Putusnya.

“Jangan bercanda, Lius. Ini anakmu, ini darah dagingmu.” Teriaknya tak kalah emosi.

“Itu bukan anakku, itu anak hasil dari kelakuan bejatmu.”

Keduanya terlibat cekcok yang begitu panjang untuk pertama kalinya selama pernikahan, dan disini Lea sama sekali tak mau mengalah seperti biasanya.  

Lea tak terima jika bayi dalam kandungannya dihina begitu kejam oleh ayahnya sendiri, ia tak masalah jika dirinya yang dihina tapi tidak dengan anaknya.

Lea menatap nyalang pada Lius, namun belum sempat ia membuka suara seseorang tiba-tiba mengetuk pintu ruang rawatnya.

Seorang laki-laki paruh baya masuk dengan tas kerjanya, Lea mengenali siapa laki-laki yang tengah berjalan mendekat pada mereka.

“Selamat malam, Tuan, Nyonya.”

“Ehm, kamu membawa apa yang aku perintahkan?” Tanya Lius to the point.

“Pak Erik, kenapa anda datang kesini?” Tanya Lea merasa curiga.

Namun laki-laki yang di sapa pak Erik sama sekali tak menanggapi Lea, ia hanya menatap sekilas sebelum mengalihkan pandangannya.

“Ini yang anda perintahkan,” memberikan sebuah map coklat.

Lius nampak tersenyum membuka isi map tersebut, lalu detik kemudian ia melempar map itu tepat mengenai wajah istrinya.

“Tanda tangani surat itu,” titahnya.

“Apa ini?” namun Lius diam tak menanggapinya.

Tangan Lea bergetar hebat saat membaca tulisan yang tertera di kertas itu. Surat cerai, Lius menginginkan Lea menandatangi surat cerai.

“Kau gila Adelius! Aku sedang mengandung anakmu, tapi kau malah ingin membuangku?” tangisnya.

Lius nampak acuh dengan Lea yang sudah berderai air mata, sedang pak Erik benar-benar tak tahu harus bagaimana. Ia ingin menjaga pernikahan anak majikannya, namun ia juga tak bisa mengabaikan permintaan itu.

Sebagai pengacara kepercayaan keluarga Dharmendra, pak Erik diambang dua pilihan. Menjaga amanah tuan besarnya, atau mengikuti keinginan tuan mudanya.

“Maafkan saya, Tuan.” Batin pak Erik tertunduk lesu.

Lea menangis, ia menolak dengan apa yang suaminya inginkan. Ia tak bisa menyerah begitu saja, terlebih ada anak yang akan hadir dalam pernikahannya.

“Aku tidak ingin berpisah.”

Keputusan itu membuat Lius menatapnya murka, ada rasa marah juga benci yang kini Lius rasakan.

“Berani sekali menolak permintaanku, kau pikir siapa dirimu ini?”

“Aku adalah istrimu, calon ibu dari anak-anakmu.” Seru Lea dengan begitu tegas dan beraninya, ia bahkan menatap balik manik tajam milik suaminya.

Lius menyeringai, ia melangkah mendekat dan dengan gerakan cepat mencekik leher istrinya.

“Keberanianmu cukup besar dengan mengaku sebagai nyonya Adelius.”

“Tuan, tolong hentikan.” Cegah pak Erik yang tak tega melihat wajah kesakitan Lea. Namun Lius mengabaikan, ia sudah di penuhi amarah hingga ingin menelan Lea saat itu juga.

“Nyatanya aku memanglah nyonya Adelius,” serunya dengan terbata.

Lius terdiam, ia lalu mendekatkan wajahnya tepat di depan wajah Lea.

“Kau bisa tetap menjadi istri ku, tapi ada syaratnya.”

“Sebutkan.” Tantang Lea.

Lius menyeringai untuk kesekian kalinya.

“Gugurkan bayi ini.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status