Sinar matahari menyorot wajahnya yang tampak cantik dengan kacamata hitamnya. Kulit putih mulus yang terlihat dengan pakaian yang menutupi sampai setengah paha saja. Sepertinya, dia tengah memamerkan tubuhnya yang pasti menjadi idaman para wanita dan lelaki.
Wajar saja sih karena dia memang tampak cantik dan juga super sexy. Berjalan memasuki rumah sebagai status yang sudah Allesandra bisa tebak.Allesandra sempat memperhatikan saat dia turun dari mobil yang tidak pernah Allesa lihat. Kedatangannya hanya memakan selang waktu satu jam dari bunyi telepon yang Algazka angkat tadi. Jadi dia kekasih Algazka?"Cantik banget sihhh." Allesa bergumam menuruni tangga menuju lantai bawah.Keberadaan tamu yang memang mengalihkan pandangan dia."Youuu!"Allesa menghentikan langkahnya. Suara yang ditujukan pada Allesa membuat dia menoleh. Cewek itu berjalan mendekati Allesa tanpa melepaskan kacamatanya."Kamu siapa?" tanyanya merasa aHp?Allesa mengamati hp yang tengah Daskar sodorkan. Hp yang Allesa ketahui adalah milik Daskar sendiri. Hp yang pernah dia pinjam sesaat. Tapi kenapa Daskar sekarang malah memberikan hpnya?"Mau dipake apa nggak?" tanya Daskar membuyarkan lamunan Allesa."Mau mancing ya?" tuduh Allesa curiga. Masa iya Daskar jadi meminjamkan hpnya. Mustahil sekali."Yaudah kalo nggak mau.""Ehhh!" Allesa refleks mengambil hp Daskar yang ingin diambil alih. Buru-buru dia membawa ke dalam genggamannya meski masih menatap Daskar.Jangan sampai Daskar berubah pikiran walau Allesa menyimpan ratusan pertanyaan dari sikap Daskar pada dirinya. Mirip banget sama bunglon yang tidak bisa diprediksi."Five minutes and I think it's enough!"Allesa yang mendengar ucapan Daskar hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Jadi terharu dengan apa yang dilakukan oleh Daskar. Ternyata orang-orang yang berada di rumah ini tidak sekejam yang Allesa bayangkan. Masih ada manusia normal berperikemanusiaan yang bisa Allesa percaya
"Makasih ya." Senyuman di wajah Allesa masih tersirat setelah dia mengembalikan hp milik Daskar.Orang kepercayaan yang berkerja menjaga keamanan dan memiliki sebagai kepala penjaga dari keseluruhan karyawan itu ternyata sangat baik. Allesa merasa bersalah karena sempat menilai Daskar yang tidak baik dam arogan."Aku bakal bales budi pertolongan kamu nih." Allesa masih mengoceh.Sementara Daskar hanya mengamati ocehan Allesa yang duduk di hadapannya. Waktu istirahatnya dipakai unuk duduk di ruangan lantai bawah yang kebetulan masih ada Allesandra."Eh, tapi kamu bener-bener tolong aku dan nggak ada maksud apa-apa kan?" Allesa menatap curiga. Takut juga jika Daskar yang ternyata menjebak dirinya.Masalahnya Daskar dan Algazka bagaikan pinang dibelah dua. Sama-sama tegas dan keras pada peraturan yang ada."Udah ditolongin dan masih negatif. Pantas aja Tuan Algazka nggak ngebiarin kamu keluar dari sini, Non Allesa!" Daskar sejak tadi diam mulai berbicara. Dia tersenyum kecut.Tingkah All
"Kamu kenapa masih sedih?"Sebuah pertanyaan yang tidak sepatutnya dijawab. Kesedihan yang masih saja merajalela dan menghantam perasaannya.Tidak ada yang dapat menggantikan rasa yang dia miliki. Dan mungkin tidak juga bisa dimengerti secara mudah. Hanya perempuan yang telah menjadi status ibu lah yang mampu menggambarkan perasaannya saat ini."Nad ...""Kamu pikir dengan keajaiban Allesa bisa video call sama kita tadi, kesedihan aku bisa menghilang? Sama sekali nggak!" Nadya menoleh ke arah Garvin.Menatap tajam sekaligus rasa kesal yang terus menggelayut manja di dalam hatinya. Kepergian Allesa adalah kesalahan terbesar Garvin dalam mengambil keputusan.Meski Garvin melakukan untuk keselamatan dirinya, tapi Nadya masih tidak terima. Sementara Garvin hanya bisa menghela nafas melihat kekesalan Nadya yang masih meradang. Dia memaklumi perasaan Nadya, istri tersayangnya."Aku baru bisa melihat anak perempuan aku setelah berbulan-bulan. Bahkan aku nggak tau dia diperlakukan apa sama le
Istri diatas kertas?Allesa masih terdiam mendengar ucapan Daskar yang seakan-akan dia mengetahui semuanya. Tapi apa mungkin Daskar benar-benar tahu atau dia tahu dari Algazka mengingat dia adalah orang kepercayaan lelaki brengsek itu."Kenapa diam, Non Allesa? Apa ucapan saya itu benar?" tanya Daskar melalui senyumannya."Kenapa kepo? Kamu cemburu?" tanya Allesa cuek. Tingkahnya lagi-lagi membuat Daskar tidak habis pikir.Bagaimana bisa Tuannya hidup bersama dengan Allesa. Pantas saja Tuan Algazka darah tinggi jika berhadapan dengan Allesa."Cemburu? Cemburu apa maksud, Non Allesa?" tanya Daskar tidak mengerti."Cemburu kalo ternyata ucapan kamu benar dan kamu yang nggak punya istri cantik kayak aku," sahut Allesa tengil. Berusaha menghilangkan kepanikan di dalam hatinya.Daskar sampai tercengang melihat tingkah Allesa yang super centil dan memainkan rambut dengan jari tangannya. Allesa kesurupan?"Kamu pasti lagi mancing aku kan karena kamu mau masuk celah buat deketin aku. Jangan s
Allesa melongok ke arah mobil yang mulai berjalan meninggalkan istana Algazka. Perempuan yang tadi datang sudah pergi.Namun kepergiannya menjadi tanda tanya bagi Allesa. Raut wajah perempuan itu tidak tampak bahagia seperti saat dia datang. Wajahnya memiliki kesedihan meski dia memakai kacamata hitam miliknya. Sebagai perempuan, Allesa bisa membaca raut wajah dari perempuan tersebut. Apa dia bertengkar dengan Algazka?"Ngapain juga gue pusingin mereka. Yang penting gue happy karena tadi udah sempat liat Mama, Papa sama adik bayiii!" Allesa yang tersenyum ceria.Kebahagiaan yang dirasakan Allesa masih terpancar sejak video call dengan Nadya, Garvin, dan adik Allesa yang bernama Almana. Senang sekali melihat mereka yang bisa Allesa tatap kembali. Semua baik-baik saja. Lega sudah bisa mengetahui kabar keluarga yang Allesa rindukan walau masih memiliki kerinduan yang mendalam. Tapi setidaknya, Allesa akhirnya dapat memandang keluarganya lagi meski tidak secar
Nakuto mengepalkan tangannya kuat. Tatapannya tajam mengamati kotak hitam yang dikirimkan sebagai paket untuknya."Sudah dipastikan kalau ini benar jari tangan dari Nakamante, Tuan Nakuto." Ucapan salah satu anak buah Nakuto semakin membuat dirinya geram.Ejekan, hinaan, dan juga sikap merendahkan yang ditujukan oleh dirinya. Siapa lagi kalau bukan Algazka. Jari Nakamante yang ada di dalam sebuah kotak dengan busur panah memberikan isyarat bahwa Algazka mengetahui siapa penyerang di Falcone waktu itu.Algazka terlalu pintar untuk dijadikan lawan.Nakuto kembali mengamati apa yang ada di dalam kotak paket tersebut. Kotak yang tertera untuk Nakuto. Ada kesedihan yang dia rasakan saat melihat jari tangan yang dikirimkan oleh Algazka. Orang kepercayaan Nakuto yang sudah dia anggap sebagai keluarga."Jika dilihat dari bagian jarinya, jari Nakamante ini dikirimkan setelah dia kehilangan nyawanya, Tuan Nakuto.""Jadi dia dibunuh lalu di
"Sudah diantarkan?""Sudah, Pak Daskar.""Tepat di rumahnya kan?" Daskar memastikan pada salah satu anggota keamanan yang dia bawahi."Iya, Pak. Dipastikan sudah diterima dan mungkin sekarang Nakuto sedang menikmati paketnya."Daskar tersenyum sinis. "Kalo begitu kamu boleh pergi." Daskar mendudukan dirinya sambil meraih cangkir berisikan kopi hitam panas.Tugas yang diperintahkan oleh Algazka telah selesai dilaksanakan. Pembalasan yang patut Nakuto terima atas apa yang telah dilakukan pada Casper."Kamu kirim paket apa?"Daskar menoleh. Tatapannya mengamati sosok yang berjalan masuk ke arahnya."Kamu bukannya lagi cuti, Reina?" tanya Daskar pada Reina yang memilh duduk tepat di seberangnya langsung."Udah balik.""Udah selesai urusannya?"Reina menganggukkan kepala. "Udah. Kamu kirim paket apa?" tanya Reina lagi. Daskar belum menjawab pertanyannya.Daskar menyeruput kopi panasnya sampai setengah. Dia melirik jam tangannya. Masih ada satu jam lagi waktu dia kembali bekerja."Urusan Tu
Pintu yang hampir tertutup tidak dapat dirapatkan maupun bisa dikunci. Daun pintu yang sengaja ditahan oleh satu tangan yang tegas. Tangan yang digunakan sengaja untuk menghadang kamar yang ingin ditutup."What do you say?!" Pertanyaan yang terlontar dari mulut Algazka.Ada kata yang tidak dimengerti oleh Algazka. Apa maksud Allesa mengatakan ... burung? Burung apa yang berkibar?"You say bird? What bird?" tanya Algazka yang tampak penasaran.Pertanyaan Algazka jadi membuat Allesa melongo. Namun di hati kecilnya.Hihihi! Algazka nanya burung apa? Dia nggak tau burung? HAHAHA.Allesa yang berceloteh di dalam hatinya sambil cekikikan. Ingin sekali rasanya dia tertawa lebar dan sepuas mungkin di hadapan wajah Algazka. Namun dia enggan. Biar saja Algazka penasaran sampai lebaran sepuluh tahun lagi. Padahal tampang Algazka sangat tampan dengan otaknya yang sudah pasti brilliant, namun ternyata dia tidak mengerti burung apa yang Alles
"NGGAK, NGGAK, NGGAK BOLEHHHH. ALGAZKAAA!" teriak Nadya histeris dengan air matanya.Nadya meronta-ronta, tapi gerakan tubuhnya itu telah dikunci oleh masing-masing dua penjaga Algazka yang menahan Nadya dan juga Garvin di sisi kiri dan kanan mereka."ALGAZKAAA!" teriak Garvin menahan amarahnya, tapi dia pun tidak bisa bergerak karena dua penjaga Algazka memiliki tubuh yang kokoh dan pastinya terlatih.Tatapan Garvin penuh murka saat Daskar berhasil membawa Almana keluar dari kamarnya. Namun Algazka yang selalu santai meski mampu menerkam kapan saja."Algazka, tolong kamu jangan keterlaluan!""Algazka, lepasin anak akuuu. Kamu nggak berhak mengambil anak aku semuanya. Dia anak aku, lepasin Almana, lepasinnn!" Nadya menangis histeris sambil meronta-ronta.Tidak terima dengan perilaku Algazka yang sudah berniat membawa Almana. Kasihan sekali anak bayinya itu yang masih tertidur yang kini berada di dalam dekapan Daskar.Algazka melihat Almana yang digendong oleh Daskar. Bayi mungil itu p
Penekanan kalimat atas hak penuh pada Allesa yang telah diucapkan oleh Algazka membuat Arga terdiam sejenak. Entah siapa lelaki yang bersikap berkuasa itu? Namun Arga tentunya tidak ada ketakutan sedikit pun pada dia.Arga tersenyum kecut pada Algazka yang masih berdiri di hadapan dia. "Maaf, tapi saya tidak mengenal siapa anda." Arga balas memperlihatkan keberaniannya menghadapi seorang Algazka yang baru saja dia dengar namanya dari mulut Nadya.Ucapan Arga membuat Algazka sedikit menoleh pada Garvin dan Nadya yang berada di belakang dirinya. Rupanya kedua orang tua Allesa itu tidak memberitahu bahwa Allesa telah memiliki seorang suami. Tebakan yang sangat mudah saat melihat mereka begitu terbuka menerima kedatangan Arga."Dan jangan pernah berani untuk menyakiti Allesa." Arga kembali membuka suaranya dan kali ini ada nada ketegasan yang membuat Algazka menyorot dia. "Karena saya adalah orang pertama yang akan melindungi dia dari siapapun yang membahayaka
"Ya ampun, All. Jadi selama ini tuh kamu istrinya Tuan Al ..." "Reina nggak usah berisik. Kamu kok berisik banget sih, Reina?" Allesa melirik sebal pada Reina yang yang akhirnya membuat Allesa bercerita. Tidak ada alasan lagi bagi Allesa yang tidak menceritakan pada Reina. Toh pada akhirnya dia tetap tidak akan bisa keluar dari tempat Algazka. Baginya Reina juga adalah teman dirinya selama berada di tempat menyebalkan itu. Saling berbagi cerita rasanya tidak masalah. Apalagi Reina juga selalu melihat kebersamaan Allesa dengan Algazka. "Ya tapi kan aku kaget, Allesa. Eh, kalo kamu emang istrinya Tuan Algazka, artinya aku emang harus manggil kamu ..." "Apa? Apa, apa, apa???" Allesa yang sudah tahu Reina akan berkata apa. "Cukup panggil aku Allesa aja, nggak ada yang berubah. Lagian tuh ini statusnya cuma asal-asalan aja." Allesa menambahkan dengan sikap acuhnya. Reina yang tadi didatangi oleh All
"Aku agak khawatir melihat Allesa waktu itu sebenarnya, tapi aku juga melihat kalau Allesa mau aja mengikuti ucapan lelaki itu dan tanpa paksaan." Arga kembali menjelaskan pada Nadya dan Garvin. Kata-kata Arga membungkam mulut Nadya. Apa mungkin yang dibicarakan oleh Arga karena tidak mungkin juga dia berbohong. Tapi kenapa bisa Allesa ada di Taman Bunga Seneca bersama lelaki yang sudah pasti dia adalah Algazka. Lelaki yang sangat Nadya benci dan tidak akan pernah dia anggap sebagai menantunya sedikit pun. Penjelasan Arga semakin membuat Nadya yakin bahwa Allesa kini memiliki perasaan juga terhadap Algazka. Mereka seperti sepasang kekasih yang tengah menghabiskan waktu secara bersama-sama. "Tadinya aku ingin menghalangi Allesa yang pergi pada saat aku juga mendengar lelaki itu menyuruh Allesa untuk masuk mobil, tapi aku melihat Allesa yang nurut aja sama lelaki itu. Jadi aku pikir lelaki itu nggak akan bikin Allesa kenapa-napa walau setelah itu aku mikir dia bisa aja berbahaya."
"Makasih ya, Arga. Lagian kamu ngapain sih bawa banyak makanan kayak gini. Repot banget kamu, Arga." Nadya yang mendapatkan kedatangan dari Arga yang membawakan beberapa makanan. Siang itu Arga mendatangi rumah Allesa untuk bertemu dengan Nadya yang pernah dia temui juga saat di minimarket. Ingin menjenguk keluarga Allesa sekaligus untuk bertemu dengan Allesa juga yang belum sempat mengobrol lama. "Allesa mana, Tan?" tanya Arga yang belum melihat kehadiran Allesa sejak tadi. Masih teringat dengan pertemuannya kemarin yang hanya berbicara sesaat dan terputus karena kedatangan lelaki yang tidak Arga kenal membawa pergi Allesa. "Eh duduk dulu dong, Arga. Kamu mau minum apa?" tanya Nadya buru-buru mengalihkan setelah meletakkan beberapa bungkusan dari Arga diatas meja. Nadya masih tidak mau mengungkapkan tentang Algazka yang telah menculik putri kesayangannya. Membayangkannya saja dia enggan dan begitu muak. Arga yang selalu mendapatkan sambutan hangat dari keluarga Allesa lang
"Thank you, Mr. Algazka." "Thank you." "Thank you, Mr. Geus." Ucapan terima kasih saat pertemuan meeting yang telah selesai diadakan di kantor milik Algazka. Projek besar yang ditangani oleh Algazka kembali berhasil dia taklukan. Kemenangannya tentu saja tidak pernah memberikan rasa kecewa pada investor dan seluruh tim yang turut hadir dan selalu mempercayakan pada Algazka yang cerdas. Projek besar yang memiliki nilai tidak main-main itu dia raih dengan mudah meski memiliki lawan yang kuat sekali pun. Algazka selalu puas dengan hasilnya meski selalu haus menjalankan semua titik yang membawa dirinya pada keberhasilan. "Selamat atas kemenangannya, Tuan Algazka." Daskar yang sudah berada di sebelah Algazka memberikan tuannya itu selamat dengan wajah penuh senyuman. Saat itu Algazka masih berada di ruang meeting dan belum meninggalkan ruangan tersebut. "Ada jadwal apa lagi hari ini?" tanya Algazka dengan nada dinginnya pada Daskar yang sudah cepat membuka ipad, benda yang tid
"Makasih, Reinaaa." Allesa setengah teriak melihat menu sarapan yang sudah dihidangkan di atas meja makan.Sarapan buatan Reina yang enak dan juga pasti ada unsur sehat-sehat untuk setiap menu sarapan. Sudah selesai berkuda yang menghabiskan waktu hampir satu jam lebih, hal itu membuat Allesa kini merasakan lelah dan sangat lapar.Tadinya Allesa belum ingin berhenti, tapi Allesa kasihan dengan Princess yang pastinya ingin melakukan 'me time', makanya dia menghentikan kegiatannya dan berjanji akan main bersama Princess lagi setelah Princess memulihkan tenaganya. Super senang karena ini adalah waktu pertama kali Allesa bisa menunggangi Princess walau ada insiden di awal.Seharusnya saat menunggangi Princess pertama kali Allesa ditemani oleh Algazka yang sudah berjanji pada dirinya. Tapi melihat sikap Algazka yang sangat dingin dan arogan, Allesa tentu saja tidak mau ditemani oleh Algazka. Jangan kan ditemani, berbicara dengan dirinya saja pun Algazka enggan
"PRINCESSSS, SADAR PRINCESSS INI AKU ... WHAHHHHH ..." teriakan histeris Allesa yang masih memekik.Princess berlari tanpa arah dan entah apa yang membuatnya marah sehingga Allesa tidak bisa mengontrol dan terombang-ambing diatas tubuh Princess. Dan melihat itu Daskar langsung berlari mengejar Allesa yang berteriak tanpa henti."Nona Allesaaa!" Daskar berlari mengikuti langkah kaki Princess yang masih tampak panik.Dan dalam hitungan tidak lebih dari dua menit, Daskar dengan cepat meraih pelana dan langsung naik ke atas tubuh Princess yang tetap berlari-lari, kini dia berhasil mengambil posisi tepat di belakang posisi Allesa."Nona Allesa baik-baik saja?" tanya Daskar pada Allesa yang mengangguk-anggukkan kepalanya.Nafas Allesa terengah-engah dengan jantungnya yang hampir loncat akibat ulah Princess yang berada di luar dugaan. Dan sekarang Princess sudah jauh lebih tenang karena Daskar yang mengambil alih untuk menggenggam tali kekangnya
Jam sudah menunjukkan hampir pukul lima pagi. Tapi Allesa masih tidak bisa kunjung tidur mengingat dia sudah sempat tertidur tadi dan ditambah sikap Algazka yang sangat menyebalkan. Allesa memutuskan untuk pergi ke kandang Princess guna menghibur hatinya.Memang hanya Princess yang bisa menghibur kesedihan Allesa meski dia bisa saja berkeluh kesah pada Reina. Tapi Allesa tidak mau membawa Reina hanya untuk mendengarkan dia bercerita tentang sikap Algazka. Biar saja hal ini menjadi rahasia dia dengan Princess."Princesss." Allesa yang sudah sampai di kandang kuda dan menghampiri bilik Princess.Dia tersenyum dengan mata sembabnya yang menangis hampir sejam saat semalam. Tangannya mengusap-usap rambut Princess dengan penuh kasih sayang. Dia membuat posisinya berjongkok melihat Princess yang tengah duduk santai."Princess aku lagi sedih dan kesel juga. Kamu mau dengerin nggak cerita aku. Tapi ini cerita antara kamu dan aku aja, oke?" Allesa memberika