Pesan yang dikirimkan oleh Algazka membuat Allesa masih memandangi layarnya. Allesa yakin ada sesuatu yang tidak beres dengan apa yang dihadapi oleh Algazka sekarang.
Hati kecilnya jadi merasakan khawatir mengingat Algazka berada di situasi yang serius. Karena tidak pernah Algazka yang sampai menyuruhnya untuk tidur lebih dulu. Apakah nanti Algazka akan pulang telat atau dia yang tidak pulang? Apa yang sebenarnya terjadi sama Algazka saat ini? "Chat gue aja sekarang malah ceklist satu." Allesa mengamati layar hpnya kembali, kolom chat Algazka yang biasa Allesa buka setiap mereka berbalas pesan. Chat terakhir Algazka tadi yang membuat Allesa membalasnya berakhir tidak masuk, berbeda dengan chat tadi yang masuk namun hanya tidak dibaca saja. Dan sekarang chat Allesa tidak terkirim menandakan kalau Algazka yang benar-benar sengaja mematikan ponselnya. Melihat Almana yang sedang asik menyusui dengan mata mengantuk jadi membuatPerempuan itu berdiri dengan nada tegas dan sudah menepis rasa takutnya ketika dia datang untuk menemui Algazka. Yah, dia memang memiliki rasa takut pada awalnya. Lagian siapa yang berani berhadapan begitu saja dan berdiri tepat di hadapan lelaki yang terkenal kejam itu.Namun alasan kedatangannya mengharuskan dia berani.Dan belum sempat dia membuka suaranya lagi. Satu telunjuk tangan Algazka menunjuk sebuah kursi sebagai isyarat untuk mempersilahkan duduk meski dia tahu bahwa sikap Algazka bukan lah bentuk sebuah keramahan hatinya.Tapi dia memilih duduk dengan eskpresi dan hatinya yang masih menyimpan rasa kesal."Lo tau kan gue siapa?" tanya dia lagi masih menggunakan bahasa informal. Tidak terlalu dekat dan saling mengetahui saja selama ini, jadi sewajarnya saja dia berbicara.Algazka belum bersuara. Sorot matanya tajam menyorot perempuan yang duduk di hadapan dia."Karla!" ucap Algazka tanpa terlihat ingin basa-basi.
Algazka sudah duduk di ruang kerjanya. Tempat singgasana dia yang menjadi tempat mengurusi semua masalah bisnisnya. Tidak semua, ada beberapa bisnis yang menyangkut perusahaan. Namun untuk masalah yang tadi Algazka tidak akan pernah membawanya ke dalam perusahaan.Beberapa dokumen yang sudah ada di meja tengah ditandatangani oleh Algazka. Hpnya yang ada diatas meja berbunyi. Andalas.Algazka menghela nafasnya. Mau apa coba temannya yang menghubungi siang-siang seperti sekarang? Tidak lama setelah Algazka selesai menandatangani, dia langsung meraih hpnya dan menggeser tanda hijau untuk mengangkat panggilan Daskar.Padahal tadi dia sempat berpikir kalau Allesa yang menghubungi dia."Widihhhhh! Mentang-mentang baru nikahhhh, angkat telepon gue aja lama bangetttt. Kayaknya abis ada yang menabung sesuatu nih diatas ranjang." Suara Andalas terdengar super antusias.Andalas memang sangat berisik sekali jika dia tengah menggoda Algazka. Apalagi j
"Ngaku, Daskar! Ngaku aja kalo kamu emang bohong maksimal." "Saya tidak bohong.""Bilang aja ada apa-apa dan kenapa susah banget sih ngaku aja!" Allesa yang mulai ngoceh"Tidak ada apa-apa, Nona Allesa. Dan tidak ada yang harus diakui juga." Daskar berusaha menjelaskan."Ya terus emangnya itu apa? Tempat rahasia? Tempat keramat? Tempat buang jin? Kenapa aku mau kesana aja nggak boleh? Lagian apa masalahnya sih? Seharusnya boleh-boleh aja dong kalo aku mau tau jugaaa!" Allesa yang nyerocos dengan mulut bebeknya.Bikin Reina jadi gemas dengan sikap Allesa yang mudah bisa ditebak oleh Daskar."Ini kan juga rumah aku!" Allesamulai gemas karena Daskar yang memang sulit diajak komunikasi. Lebih tepatnya tidak bisa dipancing.Reina yang berada di sebelah Allesa bertambah gemas juga. Sikapnya semakin terlihat mencolok. Padahal sejak tadi dia sudah berusaha memancing dengan baik. Tapi yang ada sekarang sikapnya kembali pada mode
"Nona Allesa?" Daskar yang sudah berjalan masuk mendekati Allesa yang langsung berdiri.Tadi dia sempat mendengar ucapan Allesa yang menyebut-nyebut nama Daskar. Apakah istri dari tuannya itu ada masalah?Daskar yang sudah berdiri di dekat Allesa menatap nona mudanya. Allesa masih diam. Apakah dia harus bertanya pada Daskar? Sejujurnya hati dia masih sangat penasaran apalagi tadi Reina sempat menyebut nama Zie.Reina yang melihat Allesa masih diam jadi mendekati gadis itu dan menyenggol-nyenggol kecil tangan Allesa yang membuat dia mulai menoleh."Kamu nggak mau jadi nanya sama Daskar? Itu kan orangnya udah ada, All." Reina menyadarkan dengan nadanya yang berbisik sepelan mungkin."Kamu nyakin dia mau jawab?" tanya Allesa yang ikut berbisik-bisik pelan.Dilihatnya Reina yang seperti melakukan kerja sama untuk membuat arena tinju bagi Daskar. Kedua perempuan yang ada di hadapannya memang sangat cocok sekali. Mereka bagaikan pinang
"Tuh kan apa aku bilang. Bener kan?" Allesa yang sudah menarik Reina untuk masuk ke dalam pantry agar mereka bisa lebih aman untuk berbicara. Ternyata dugaan Allesa benar kalau ada yang disembunyikan oleh Algazka meski dia belum tahu pasti. Dan Reina yang mendengar juga melihatnya pun mengakui. Ada makhluk hidup pastinya di dalam ruang bawah tanah yang sudah lama tidak terpakai itu. "Apa jangan-jangan anaknya Queen ya?" "Ih kok jadi Queen sih, Rei???" "Ya kan kali aja Queen sebelum pergi hamil dan melahirkan terus Tuan Algazka mau kasih kejutan sama kamu dan disimpan dulu disana." "Mati dong kalo bener anak Queen disana. Dia kan hidupnya di kandang. Lagian mana muat sih anak Queen disana." "Ya kan kali aja." "Ihh tapi nggak mungkin. Coba dong lebih spesifik." Allesa jadi gemas. Bisa-bisanya Reina yang malah berpikiran ada anak Queen. Queen saja sudah terbang ke sur
"Jhon yang ini jangan lupa ya. Ada tambahan lagi ke Vietnam.""Baik, Tuan. Yang Vietnam sudah dipersiapkan dan yang Tiongkok sudah masuk pengiriman.""Good!" Algazka yang selalu merasa puas pada Jhon yang sejak dulu dipercayakan untuk menangani bisnis obatan-obatan tersebut.Sudah lama dia bekerja pada Algazka dan Jhon adalah orang kepercayaan di dalam bisnis tersebut."Ngomong-ngomong masalah club yang di Jepang itu bagaimana, Tuan?""Saya nggak mikirin itu.""Tapi bukan kah club tersebut selalu ramai pengunjung?" Jhon yang tampaknya masih penasaran."Memang.""Lalu kenapa Tuan tidak mempermasalahkan pada preman yang sempat membuat club tersebut berantakan?" Jhon tahu kalau Algazka pasti tidak akan terima begitu saja, namun entah kenapa sikap tuannya berbeda dengan kali ini.Pasalanya dia mendengar tentang salah satu club yang menjadi bisnis Algazka juga. Kabarnya club itu dimasuki oleh preman Jepang d