Share

4. Dia Memang kejam!

Abel menahan napas saat rumah yang dia tempati berubah dalam setengah malam saja. Bagaimana bisa pagi ini rumah sudah di dekor secantik ini dan dari mana asalnya baju pernikahan sudah ada di dalam kamarnya dan para MUA yang sudah siap untuk meriasnya. Semua ini membuat Abel gila!

"Nona, silahkan kami akan membantu Anda bersiap!" Abel hanya bisa diam dan lagi-lagi menurut, dia merasa geli saat sapuan make up di wajahnya. Apa yang sebenarnya akan mereka lakukan.

Setelah satu jam membantu persiapan dan segala macamnya kini Abel sudah siap dengan gaun pernikahan putih yang dia kenakan dan make up natural di wajahnya. Membuat Abel terlihat sangat cantik seperti barbie. Para MUA sendiri kagum dengan wajah cantik Nona muda mereka. Setelah pekerjaan selesai mereka segera pergi tinggal lah Abel seorang diri dalam kamar itu.

Abel bahkan tak percaya jika pantulan cermin yang dia lihat adalah dirinya sendiri. Abel meraba wajahnya, sungguhkah dia akan menikah hari ini? Abel akan menjadi istri orang lain? Abel tidak pernah membayangkan jika dia akan menikah dengan pria yang sama sekali tidak dia cintai.

Sedangkan di lantai bawah, tidak banyak orang hanya keluarga inti saja dan bapak penghulu. Orang-orang kepercayaan Leon yang menjadi saksi dan juga sahabatnya yang baru pulang dari luar negeri, Farel. Tidak seperti pernikahan pada umumnya memang inilah yang menjadi keinginan Leon, dia tidak ingin pernikahannya tersorot media.

Leon menatap tegas ke arah bapak penghulu dengan lantang dan sekali napas Leon dapat mengucapkan ijab qabulnya dengan benar. Suasana di sana terlihat cukup menggembirakan terlebih Kakek Abi yang sangat bahagia melihat cucu satu-satunya sudah menikah. Kakek Abi menghampiri Leon memberikan pelukan singkat pada cucunya.

Lalu tak lama Abel turun, membuat perhatian mereka semua berpusat padanya. Abel terlihat sangat cantik, bahkan semua orang di buat takjub begitu pun dengan Leon yang tak berkutik melihat kecantikan Abel. Gadis kumuh yang dia beli kini menjadi seorang bidadari.

"Buset, kakak ipar gue cakep bener. Lo nemu yang modelan kayak gini di mana, Le? Gue juga mau," Celetuk Farel yang langsung mendapat tatapan tajam dari Leon.

Abel hanya diam dia mengulas senyum tipis ke arah mereka lalu duduk di sebelah Leon. Melihat keterdiaman pria itu membuat Abel menghembuskan napas panjang. Dia mendekatkan wajahnya ke arah Leon ucapannya berhasil membuat Leon memalingkan wajahnya.

"Saya tahu Anda kagum dengan kecantikan saya, Tuan. Akan, tetapi tidak bisakah segera mengakhiri semua ini!"

Leon berdehem segera memasangkan cincin di jari Abel begitu pun Abel yang mulai memasangkan cincin di jari tangan Leon. Kini keduanya telah menjadi pasangan suami istri. Leon sempat tertegun saat Abel menyalami tangannya entah kenapa tubuhnya terasa kaku.

"Cium! Cium! Cium!" Teriakan dari Farel mengundang sorakan dari tamu yang lain, orang-orang terdekatnya membuat Leon menghunuskan tatapan tajamnya. Terlebih Kakek Abi mendukung untuk Leon mencium Abel di hadapan mereka semua.

Abel sendiri sudah merasa gugup, saat tangan Leon dengan cepat menarik tengkuknya dan benda kenyal itu mulai menempel di bibirnya. Awalnya Leon memang hanya menempelkannya saja, tetapi siapa yang mengira jika Leon memperdalam ciuman mereka. Leon melepas bibir ranum itu meskipun sedikit tidak rela, entah apa yang membuatnya semakin memperdalam ciuman mereka.

"Kau tahu Tuan, Anda sudah mengambil ciuman pertama saya!" ucap Abel dengan jarak keduanya yang sangat dekat.

Leon tersenyum smirk, mungkin karena itu ciuman gadis itu sangat buruk. Leon kembali mendekatkan wajahnya semakin dekat sampai hidung keduanya saling bersentuhan. Kedua mata Abel membulat dia sudah akan mundur. Dia takut jika Leon melakukan hal yang macam-macam, melihat sikap Leon yang sangat buruk membuat Abel sedikit tertegun saat dia mendapati sedikit kelembutan pria itu. Namun, ucapan Leon kali ini sungguh membuatnya sebal.

"Karena itu ciumanmu sangat buruk!" ucapnya datar.

Abel menghembuskan napas kesal segera menjauhkan wajahnya sedangkan semua para tamu tertawa melihat tingkah menggemaskan pengantin baru ini. Padahal mereka tidak melihat faktanya seperti apa. Setelah sesi foto acara pernikahan mereka sudah berakhir begitu saja.

Abel dan Leon menemui Kakek Abi yang sudah menunggu di ruang keluarga. "Leon, Abel, selamat untuk pernikahan kalian. Ini hadiah yang kakek berikan untuk kalian berdua. Ambilah, semoga kalian menyukainya!" Abel dengan ragu mengambilnya karena perintah dari mata tajam Leon.

"Malam ini kakek akan menginap di sini mungkin selama satu minggu. Leon, kamu sudah meminta bibi untuk memindahkan barang-barang Abel ke dalam kamarmukan?" Leon menganggukkan kepalanya tidak ingin membuat Kakek Abi curiga.

****

Abel merasa gugup menunggu Leon yang masih berada di kamar mandi. Ingin segera tidur, hanya saja ranjang yang ada di kamar ini hanya satu. Tidak mungkin mereka akan tidur satu ranjang, Abel harus berjaga agar pria seperti Leon tidak dapat memanfaatkan keadaan seperti ini. Abel pun merasa takut jika nanti Leon tiba-tiba membunuhnya meski pun itu tidak mungkin terjadi.

"K-kau, di mana pakaianmu. K-kenapa kau bertelanjang dada!" Abel segera memalingkan wajahnya begitu melihat Leon keluar hanya dengan handuk yang melilit di pinggangnya.

Leon menatapnya datar dia sendiri terkejut melihat keberadaan Abel di kamarnya. Hampir melupakan jika mereka baru saja menikah dengan asal Leon melemparkan handuk yang ia kenakan untuk rambutnya dan terjatuh tepat di kepala Abel. Membuat gadis itu semakin kesal.

"Kau memang wanita yang bodoh!" ucap Leon sebelum masuk ke ruang ganti. Bola mata Abel melotot, berani sekali pria itu mengatainya bodoh.

"Hei Tuan muda! Kau tidak mengenalku tapi berani sekali mengatai diriku bodoh. Kau menghina juara kelas berturut-turut dari SD!" kesal Abel.

Abel menguap mulai merasa ngantuk, dia mengambil bantal dan juga selimut memutuskan untuk tidur di sofa. Untungnya sofa di kamar Leon cukup besar sehingga cukup untuk ia gunakan tidur. Meskipun keesokan harinya dia akan merasa sedikit pegal pada tubuhnya.

Leon keluar dari ruang ganti, melihat Abel yang memilih untuk tidur di sofa. Ia membiarkannya mengambil laptop miliknya lalu mulai melanjutkan pekerjaannya. Sampai terdengar suara Abel yang mengigau ketakutan lalu tak lama terdengar isakan tangisnya.

Leon segera bangkit meletakkan laptop miliknya di meja. Menghampiri Abel yang terus menggelengkan kepalanya dan mengucapkan kata ampun, dengan kedua mata yang masih terpejam. Leon memejamkan matanya kedua tangannya terkepal dia benci mendengar suara tamgisan wanita. Tanpa hati dia menguncangkan tubuh Abel dengan kasar mencoba untuk membangunkan gadis itu. Namun, terasa sangat sulit. Membuat Leon semakin kesal sampai dia mengucapkan kalimat legendnya mampu membuat Abel terbangun.

"Bangun atau aku akan melenyapkanmu!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status