Hari ini adalah hari ulang tahun Satria. Fatma dan Azizah sedang membuat kue ulang tahun untuk suami mereka. Keduanya akan memberikan surprise saat suami mereka pulang nanti.Persiapan sudah matang, dan ruang tamu pun sudah di hias dengan dekorasi yang indah. Bahkan Fatma turut mengundang Umi dan Abinya juga ke rumah. Mereka ingin merayakan ulang tahun Satria dengan sederhana, tapi sangat berkesan.Fatma ingin membuat sebuah kenangan yang indah sebelum dia menutup mata untuk selamanya. Hari ini, tenaga Fatma terkuras cukup banyak. Walaupun Zizah sudah melarangnya, untuk bekerja terlalu extra. Tapi dia ngotot. Dia ingin membantu Zizah dan Bik Siti untuk menyiapkan segalanya.''Assalamu'alaikum,'' ucap Umi yang baru saja datang bersama Abi.''Wa'alaikumssalam,'' jawab Zizah dan Fatma.''Waaah, ternyata sudah 90% ya Umi telat dong. Padahal Umi mau membantu,'' jelas Umi, sambil melihat dekor ruang tamu yang sudah indah.''Iya Mi, ini tinggal masak saja buat makan malam nanti,'' ucap Ziza
Malam ini Satria bangun dengan Fatma di sebelahnya. Dia menatap istri pertamanya itu yang mulai mengurus. Tubuhnya sudah tak se-sintal dulu lagi saat pertama bertemu. Tapi, dia tak mempermasalahkan itu. Baginya kebahagiaan Fatma adalah penting dan wajib. Dia tak mau jika sampai sesuatu yang buruk terjadi nanti, sebab ia tak sempat membahagiakannya.Fatma menggeliat saat merasakan sentuhan lembut di wajahnya. Matanya terbuka perlahan, menatap suami tampannya di hadapan wajahnya saat ini. Kemudian Fatma menenggelamkan kepalanya kedalam dada bidang Satria.''Mas, aku berharap, suatu saat nanti aku, kamu dan Zizah di persatukan kembali di syurga-nya Allah!," ucap Fatma dengan nada sendu.Satria mengangkat wajah Fatma dengan jarinya. Dia menatap mata yang di penuhi embun itu, dengan tatapan tak suka.''Sayang, tolong jangan bicara seperti itu! Kamu akan sehat,'' ujar Satria mengecup kening Fatma.''Kamu justru lebih tahu keadaan aku, Mas."Satria tak menjawabnya, dia kemudian menyambar bib
"Bagaimana, Raf?" tanya Satria pada sahabatnya yang seorang Dokter."Tenai darahnya rendah, Sat. Tapi melihat dari kondisinya, dia ..." Rafa menggantungkan ucapannya."Zizah kenapa?" timpal Fatma cemas."Sebaiknya kalian bawa saja kerumah sakit untuk memastikan!" titah Rafa.Satria mengangguk, dia menatap ke arah Zizah yang tengah terbaring lemah dengan wajah pucatnya...Saat ini Zizah sedang berada di rumah sakit bersama Satria. Dia sedang terbaring di ranjang pasien, dengan seorang Dokter wanita yang sedang memeriksanya.Setelah beberapa saat, pemeriksaan pun selesai. Zizah dan Satria duduk di hadapan Dokter yang bernama Citra itu.''Bagaimana Dok? Apa dugaan istri saya sakita apa?'' tanya Satria dengan tak sabar.''Kamu ini tidak sabaran sekali sih, Sat,' kekeh Dokter Citra yang ternyata sahabat Satria.Sementara Zizah menatap bingung 2 orang di hadapannya itu. Dia tak menyangka jika keduanya saling mengenal.''Jadi begini, Sat. Maaf, sepertinya istri kamu ..." Dokter Citra senga
Sesampainya di rumah, Satria terus menggandeng tangan Zizah. Dan pada saat melewati ruang tamu, Umi memanggil keduanya. ''Bagaiama, Sat? Zizah sakit apa? Dia baik-baik saja kan?'' cemas Umi.Satria tersenyum bahagia menatap semua orang di hadapannya. "Umi tak perlu khawatir. Zizah baik-baik saja. Dia seperti itu karena ...'' Satria menggantung ucapannya, membuat semua orang sangat penasaran.''Karena apa, Mas?'' tanya Fatma dengan tak sabar.''Karena, saat ini Zizah sedang, hamil!" seru Satria dengan bahagia.Ucapan dia sukses membuat Umi dan Fatma menutup mulutnya. Mereka sangat terkejut, tapi sedetik kemudian mereka memeluk Zizah dengan erat.''Selamat ya, Zah. Akhirnya kamu hamil, dan kita akan jadi ibu.'' ujar Fatma.''Selamat ya, Sayang! Umi bahagia sekali ... karena sebentar lagi Umi akan dapat cucu," ucap Umi sambil mengecup kening Zizah.''Selamat ya Nak, Abi do'a kan semoga kandungan kamu sehat selalu,'' timal Abi.''Aamiin.'' jawab mereka serempak.Semua wajah terlihat baha
Satria pulang larut malam. Jam menunjukan pukul 2e.00 malam. Dia melangkah dengan wajah lelah ke kamar Zizah, sebab malam ini, adalah jatahnya.Pintu kamar di buka, dan lampu masih menyala menandakan penghuni kamar belum tidur. Satria melihat kasur yang kosong, tapi dia mendengar suara gemericik air di kamar mandi.''Dek, kamu di dalam?'' tanyanya sambil mengetuk pintu kamar mandi.''Iya Mas, sebentar!'' jawab Zizah dari dalam kamar mandi.Tak berselang lama pintu kamar mandi terbuka. Nampaklah Zizah dengan balutan piyama tidur tanpa lengan. Satria menatapnya tanpa berkedip, dan itu malah membuat Zizah malu.''Mas, kenapa lihatin adek begitu?'' tanyanya malu.Satria langsung mengecup bibir Zizah sekilas, membuat sang istri merona malu. Dan itu malah membuat Satria merasa gemas.''Bagaimana Mas tak terpesona. Adek begitu cantik, dan Mas gak rela, jika kecantikan adek di lihat orang,'' pujinya.Zizah tersenyum manis mendengar pujian dari suaminya, kemudian Satria menarik pinggang istrin
Fatma termenung di dekat jendela kamarnya, dia memikirkan tentang Satria yang sudah dua hari ini berada di kediaman Azizah.Tangannya terulur mengelus perut. Dia pun ingin merasakan menjadi wanita hamil, tetapi sayang, Fatma tidak bisa. Bahkan kedatangan Umi ke kamarnya pun tidak terdengar oleh wanita itu karena Fatma terlalu fokus dengan lamunan."Nak ... makan siang dulu yuk!" ajak Umi dengan nada yang begitu cemas. Sedari siang tadi Fatma belum makan nasi sama sekali, bahkan tadi pagi pun dia hanya makan sedikit.,"Tidak, Umi. Fatma tidak lapar."Melihat anaknya terus murung, Umi Khaira pun memeluk tubuhnya dari belakang, kemudian menaruh dagunya di pundak rapuh Fatma."Ketahuilah, Nak. Setiap manusia memiliki ujiannya masing-masing. Umi tahu, kalau kamu adalah wanita yang hebat dan kuat. Umi juga tahu perasaan kamu saat ini pasti cemburu bukan, melihat suamimu lebih perhatian dan lebih cinta kepada Azizah? Apalagi saat ini Azizah tengah mengandung."Mendengar penuturan sang Umi,
Kini Zizah dan Satria harus kembali ke kota, sebab Bik Siti mengabari kalau saat ini Fatma sedang sakit dan di rawat di rumah sakit.Mereka pulang lebih pagi, agar sampai ke kota tidak terlalu sore. Selama dalam perjalanan Zizah terlihat begitu cemas, dia takut jika madunya kenapa-napa.Satria yang melihat ke khawatiran istrinya, segera menggenggam tangan Zizah. Mengatakan jika semua akan baik-baik saja.Jam 1 siang, mereka sudah sampai di rumah sakit, tempat Fatma di rawat. Zizah dan Satria segera melangkah ke ruang rawat Fatma. Disana, sudah ada Abi, Umi dan sepasang suami istri. Yaitu Bi Rahma dan suaminya.Bi Rahma, terlihat tak suka saat melihat Zizah masuk kedalam ruangan itu. Matanya menatap sinis pada Zizah, tapi dia tak perduli. Dia hanya khawatir pada keadaan madunya.''Mba, bagaimana keadaan Mba, sekarang?'' cemas Zizah.''Aku gak papa kok, Zah, gak usah cemas," lirih Fatma.''Halah ... ini kan yang kamu mau? Menyita waktu Satria, dan membiarkan Fatma seperti ini. Kamu seng
Satria mengendarai mobilnya dengan gelisah, dia sudah pulang kerumah tapi tak menemukan Zizah. Bik Siti juga bilang kalau Zizah belum pulang kerumah.Dia memukul setir mobil dengan kesal. Sebab, karenanya Zizqh pergi. Satria terus mencari, pandangannya menelisik ke kanan dan kiri jalan, hingga hari mulai sore dan hujan yang mulai turun, tapi dia masih belum juga menemukan Zizah.''Dimana kamu sayang? Mas khawatir padamu dan anak kita. Pulanglah Dek ... jangan bikin Mas dilanda cemas begini," lirihnya.Sedangkan di tempat lain, Zizah sedang mencoba menyalakan Hp-nya. Sebab Hp-nya mati karena habis baterai. Hingga dia meminjam cargeran pada Nisa.Setelah menyalakan ponselnya, Zizah kaget, sebab ada 40 panggilan dan 60 pesan dari Satria. Dia tahu, pasti saat ini suaminya sedang khawatir padanya.'Ya Allah, ampunilah aku, karena sudah membuat suamiku cemas. Aku hanya ingin menenangkan diri ini Ya Rabb.'Dia menekan no Adam, lalu menelponnya.Satria yang mendengar telponnya berbunyi, seger