Share

Kamu Gila

Penulis: Tinta Hitam
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-01 10:23:42

Tepat jam 12.00 siang Satria sudah selesai dalam pekerjaannya. Dia pun hendak pulang karena sangat penasaran dengan apa yang akan di sampaikan oleh kedua mertuanya.

"Assalamualaikum," ucapnya saat memasuki rumah.

Terlihat umi dan abinya, Fatma sudah datang. Satria langsung mencium tangan keduanya lalu duduk di samping Fatma.

Terlihat Umi dan abinya, Fatma sejak tadi saling melirik satu sama lain. Abi menarik nafas terlebih dahulu kemudian dia menatap lekat ke arah Satria.

"Ada apa Umi, Abi? Kata Fatma ada hal yang ingin kalian sampaikan padaku? Apa itu?" Satria sudah sangat penasaran.

"Euuum ... begini Satria. Sejujurnya kedatangan Abi dan Umi kesini bukan tanpa alasan, tapi karena kami ingin menyampaikan sesuatu hal yang penting sama kamu." Abi Haidar menjeda ucapannya sejenak, membuat jantung Satria berpacu. "Seperti yang kamu tahu Nak, jika Fatma sedang sakit dan tidak memungkinkan untuk hamil, jadi dia ingin kamu menikah lagi."

DEGH!

Sudah Satria prediksi jika kedatangan kedua mertuanya pasti ada kaitannya dengan permintaan konyol Fatma.

"Tidak, Abi. Satria tidak mau!" tolaknya dengan tegas.

"Iya, abi paham kok. Dengarkan dulu penjelasan abi, Nak. Begini ... Fatma hanya ingin di saat dia meninggalkanmu nanti, kamu sudah ada yang urus dan menemani." Tersayat hati abi Haidar saat mengatakan hal itu. Dia mencoba menahan kesedihannya di hadapan Fatma. "Abi mohon, Nak! Abi juga tak mau ini terjadi, tapi abi hanya ingin mengabulkan permintaan Fatma. Dan tentunya kamu juga ingin kan membahagiakan Fatma?"

Terlihat Satria mengusap wajahnya dengan kasar, dia benar-benar kalut saat ini. Matanya menatap ke arah Fatma yang saat ini tengah menundukan kepalanya.

Entah apa yang membuat Fatma begitu ngotot dengan keinginan konyolnya itu. Biasanya seorang istri sangat enggan untuk dimadu, tapi Fatma malah sebaliknya.

"Fatma," panggil Satria, membuat Fatma seketika mengangkat wajahnya dengan linangan air mata. "Benar, jika kamu ingin mas menikah lagi? Apa kamu rela jika di madu?" tanyanya memastikan.

Fatma tersenyum getir saat mendengar pertanyaan suaminya. Namun dia mencoba ikhlas. "Insya Allah aku ikhlas, Mas. Mungkin setiap istri tidak ada yang mau di madu, dan aku tak menampik itu. Tapi, aku hanya ingin melihatmu bahagia di sisa akhir hidupku. Anggaplah ini sebagai bakti dan bukti cintaku padamu, Mas."

Dadanya terasa sesak saat mengatakan hal tersebut, tapi Fatma mencoba legowo. Dan terlihat beberapa kali Satria membuang nafasnya dengan kasar.

"Baiklah, jika itu keinginanmu. Aku akan menikah lagi. Tapi ingat! Aku menerima ini, bukan semata-mata karena aku ingin menduakanmu. Akan tetapi, karena keinginanmu!" tegas Satria.

Fatma mengangguk dengan senyuman lega di bibirnya. "Makasih ya Mas, kamu sudah mau mengabulkan permintaan terakhirku."

"Hmm." Satria hanya menjawab dengan gumaman saja.

"Karena Satria sudah setuju, maka pernikahan akan di adakan 3 hari lagi," timpal Abi Haidar.

"Apa! 3 hari lagi?" kaget Satria dengan mata membulat kaget. "Abi yang benar saja? Calonnya saja belum ada?"

"Sebenanrnya Umi dan Abi sudah mencarikan calon istri untuk kamu, Sat. Dan tentunya wanita itu adalah wanita baik-baik."

Satria kembali di buat terkejut dengan pernyataan mertuanya. Dia tak menyangka jika semua sudah di persiapkan dengan begitu baik oleh Fatma dan kedua orang tuanya.

"Baikal, Umi dan Abi atur saja," jawabnya dengan pasrah. "Aku mau kembali ke cafe dulu." Pria itu berlalu setelah berpamitan pada istri dan mertuanya.

Sepanjang perjalanan Satria terus saja berdecak. Tak habis pikir jika semua sudah di persiapkan dengan begitu baik oleh Fatma.

"Bagaimana jika aku tak bisa mencintai istri keduaku nanti? Bagaimana jika aku menyakiti batinnya, sama seperti aku menyakiti Fatma?" monolognya sambil fokus menyetir

Ada raut ketakutan di hati pria tampan blasteran turki itu. Dia takut tidak bisa membahagiakan kedua istrinya. Karena jujur saja, selama 5 tahun lamanya ia merasa bersalah sebab tak bisa mencintai Fatma sebagai istrinya, dan ia takut itu akan terjadi pada istri keduanya.

.

.

Malam telah menyapa, saat ini Satria baru saja pulang saat jam menunjukan pukul 21.00. Dia sengaja pulang malam untuk menenangkan pikirannya.

"Mas, tumben pulang malam lagi?" tanya Fatma sambil memberikan teh hangat untuk Satria.

"Iya, banyak kerjaan," jawabnya dengan acuh.

Setelah meminum teh itu, Satria pun masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket.

"Bagaimana rupa istri keduaku, ya?" gumamnya sambil menatap langit-langit kamar mandinya.

Dia keluar dan mendapati Fatma sedang duduk di depan meja rias sambil menyisir rambut panjangnya. Pria itu berdiri menyandarkan tubuh kekarnya yang hanya terbalut handuk sebatas pinggang di tembok.

'Dia memang sangat cantik, aku tak menampik akan hal itu. Tapi, kenapa selama 5 tahun pernikahan kami, aku tak bisa mencintainya? Padahal, aku sudah membuka hatiku untuknya. Kenapa rasanya sulit sekali ya Allah?' batin Satria sambil menatap lurus ke arah Fatma.

Menyadari sejak tadi Satria terus saja menatapnya membuat Fatma sedikit malu, hingga pipi wanita itu merona. Dia berjalan mendekat ke arah Satria.

"Mas, kamu kenapa menatapku seperti itu? Lalu, kenapa belum pakai baju?" tanyanya.

Satria tersentak kaget, "eh, ti-tidak papa." Dia pun berlalu masuk kedalam ruang ganti setelah mengambil baju di lemari.

Dia merebahkan tubuhnya di ranjang, kemudian Fatma masuk kedalam pelukan sang suami, kendati Satria tidak menolak, dan itu yang di sukai oleh Fatma. Walaupun ia tahu Satria tak pernah mencintainya, tapi pria itu tak pernah menolak jika Fatma bermanja-manja dengannya.

"Kenapa kamu tidak meminta persetujuanku dulu tentang calon istriku? Kamu mempersiapkannya, tanpa kamu tanya aku terlebih dulu, apakah aku suka atau tidak." Berbicara namun tatapannya lurus ke arah tv yang menyala.

Fatma menengadahkan wajahnya sejenak, lalu dia kembali menaruh kepalanya di dada bidang sang suami. "Maaf jika aku lancang. Aku hanya ingin memilihkan wanita yang baik untukmu, Mas. Aku mungkin ikhlas di madu, tapi aku ingin wanita itu memiliki sifat dan budi pekerti yang baik," jelas Fatma.

"Lalu, jika suatu saat nanti aku mencintainya bagaimana? Tidakkah kamu sadar akan tindakanmu itu? Kamu hanya semakin membuat hatimu terluka."

Fatma tersenyum, "jika suatu saat kamu mencintainya, aku ikhlas, walau ku tau sakit. Tapi, asal kamu bisa adil padaku dan dia, bagiku tak masalah. Kebahagiaanmu, juga kebahagiaanku."

"Kamu gila! Kamu benar-benar sudah gila."

Mendengar itu Fatma malah terkekeh, "iya Mas, aku memang sudah gila. Aku hanya ingin melihat suamiku bahagia sebelum mata ini--" Ucapan Fatma terhenti saat tiba-tiba saja Satria menaruh jari telunjuknya di bibir tipis wanita itu.

"Jangan pernah bicara begitu! Kamu bukan Tuhan, begitu pun dengan dokter. Nyawa itu adalah rahasia Allah, kamu paham!" kesalnya, sebab ia tak menyukai saat Fatma mengatakan tentang kematian. "Lalu, di mana wanita itu tinggal?" Satria mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Dia tinggal di kota B. Tepatnya di desa Karangsari," jawab Fatma.

"Apa! Karangsari!" kaget Satria dengan tubuh tegap.

BERSAMBUNG......

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Untuk Suamiku   END

    "Mas Satria!" kaget Fatma.Satria menatap teduh ke arah Fatma, bergantian pada bayi yang ada di dalam gendongan wanita itu. "Hai, aku tadi habis meeting tidak sengaja melihat kalian. Maaf jika aku mengganggu.""Tidak apa Nak. Sini duduklah bergabung bersama dengan kami!" ajak Abi sambil menepuk kursi kosong yang ada di sebelahnya."Oh ya, tidak apa Bi. Saya juga masih ada pekerjaan, dan bayi ini siapa?" tanyanya penasaran sambil melihat ke arah bayi mungil nan cantik yang berada di dalam gendongan mantan istrinya."Ini adalah anak kami," jawab Andre."Hah? Anak?" bingung Satria, karena setahunya Fatma tidak bisa hamil. Dia juga memperhatikan bahwa wajah wanita itu sekarang berbinar dengan sangat cantik, tidak seperti saat berada di sisinya pucat tanpa gairah.'Fatma benar-benar berubah. Auranya sekarang terpancar begitu sangat indah dan cantik, berbeda saat dia bersamaku dulu.' batin Satria."Iya, memang Fatma tidak bisa hamil," sindir Andre yang tahu isi di dalam pikiran Satria. "Tap

  • Istri Untuk Suamiku   Bab 148

    "Kalau aku sih setuju saja. Lalu kapan kita akan ke sana dan rekomendasi Panti Asuhan mana yang bagus menurut mama atau menurut Umi dan Abi?""Umi punya rekomendasi yang bagus," ucap Umi Khaira.Mereka setuju untuk 4 hari ke sana, melihat apakah ada seorang bayi yang akan diadopsi atau tidak. Dan setelah makan malam selesai Caca dan juga tante Lena pulang begitu pula dengan Umi dan Abi."Kamu baik-baik ya Nak. Kalau ada apa-apa dan butuh apa-apa, tinggal bilang sama Umi. Pasti Umi buatkan dan Umi bantu. Dan Andre. Tolong jaga Fatma ya! Besok Umi ke sini lagi.""Iya Umi. Umi dan Abi hati-hati di jalannya!""Assalamualaikum," ucap Abi dan Umi serempak."Waalaikumsalam."..Hari yang ditunggu pun telah tiba, di mana hari ini Fatma, Andre dan keluarga mereka pergi ke sebuah Panti Asuhan, tetapi tidak dengan Caca, karena dia menemani Vano di rumah."Ayo kita masuk!" ajak Umi, "Assalamualaikum!" ucapnya saat mereka sudah masuk ke dalam panti asuhan."Waalaikumsalam. Eh, mbak Khaira." Seora

  • Istri Untuk Suamiku   Pulang

    Hari ini Fatma dan juga Andre pulang kembali ke tanah air zetelah wanita itu dinyatakan sembuh. Tentu saja membuat kebahagiaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata oleh Andre maupun kedua orang tua Fatma."Mas, aku bisa jalan sendiri," ucap Fatma dengan wajah yang malu saat Andre menggendongnya turun dari mobil setelah mereka sampai di rumah."Iya, aku tahu, tapi aku tidak mau jika istriku sampai kelelahan," jawabannya sambil tersenyum manis, kemudian dia masuk dan menidurkan Fatma di atas ranjang. "Istirahat dulu ya! Nanti setelah makanan siap aku akan memberitahumu."Fatma hanya bisa mengangguk sambil tersenyum bahagia, karena perlakuan Andre yang begitu membuatnya semakin jatuh cinta.Dia merasa seperti seorang ratu di dalam kehidupan Andre, di mana pria itu tak pernah sekalipun menyakitinya, bahkan selalu membuatnya tersenyum. Mungkin memang itu yang dinamakan cinta sejati."Sekarang aku percaya Mas, bahwa penyakit itu bisa sembuh bukan karena Allah saja, tetapi karena bat

  • Istri Untuk Suamiku   Mendadak Pergi

    "Bu, Caca pergi dulu ya," ucap Caca sambil mencium tangan ibunya saat jam menunjukkan pukul 07.30 pagi, sebab tadi Vano sudah mengirimkan pesan bahwa sopirnya sedang menunggu di parkiran rumah sakit."Maafkan Ibu ya, Nak, kamu harus menikah dengannya tanpa cinta. Maaf jika kami belum bisa menjadi orang tua yang baik untukmu." Bu Eka menangis."Ibu ini bicara apa sih. Tidak perlu menyesali apapun. Caca ikhlas kok. Lagi pula, cinta akan datang seiring berjalannya waktu. Doakan saja yang terbaik untuk rumah tangga Caca. Kalau begitu Caca pamit ya Bu, Pak Vano sudah menunggu."Setelah mencium tangan ibunya Caca pergi, akan tetapi sang ayah masih belum tersadar, sehingga wali nikah diwakilkan kepada wali hakim, sebab tidak memungkinkan untuk ayahnya Caca hadir.Saat mobil sudah sampai di kediaman tante Lena, Caca langsung disambut oleh wanita itu. "Jadi kamu yang bernama Caca?""Iya Tante. Maaf, Tante siapa ya?" Caca yang bilang memang belum mengetahui siapa Tante Lena."Perkenalkan. Saya

  • Istri Untuk Suamiku   Menjebak

    "Syarat? Syarat apa yang Bapak maksud?" bingung Caca sambil menatap ke arah Vano.Pria itu tersenyum miring kemudian dia melipat tangannya di depan dada dan menyandarkan tubuhnya di dinding."Syaratnya adalah ... kau harus menikah denganku!" Ucapan Vano sontak membuat kedua bola mata Caca membulat, tetapi pria itu masih terlihat begitu santai. "Ya terserah pada dirimu ... kalau kau memang sayang dengan ayahmu, maka aku bisa membantumu. Syaratnya adalah tadi, jika kau tak mau juga tak masalah."Pria itu menegakkan tubuhnya hendak pergi dari sana, namun tiba-tiba Caca menahan tangannya. "Saya mau, Pak."Dia tidak mempunyai pilihan lain, karena bagi Caca keselamatan sang ayah itu lebih utama. Apalagi saat ini sedang kritis dan butuh pertolongan."Kau yakin?" tatapan Vano menyipit mencoba untuk meyakinkan wanita tersebut. Tapi di dalam hatinya dia bersorak bahagia."Saya yakin, Pak!" Caca bahkan tidak perduli jika nanti Vano menyakitinya setelah mereka menikah, karena baginya saat ini kes

  • Istri Untuk Suamiku   Sadar

    "Bukan maksud abi untuk membelanya, Umi. Hanya saja takut dia tersinggung. Bagaimana kalau maksud dia memang tidak ingin merebut Andre? Memang real hanya sebatas teman." Abi Haidar berkata dengan pikiran yang positif.Akan tetapi, Umi Khaira adalah seorang wanita dan dia sangat tahu karakter seperti Mila itu bagaimana. Mendengar penjelasan dari suaminya, Umi Khaira malah terkekeh dan itu membuat Abi sangat bingung."Kenapa Umi malah tertawa? Memangnya ucapan abi ada yang salah?""Abi, Abi ..." Beliau menggelengkan kepalanya. "Abi ini adalah seorang pria, jadi mana paham jika berada di posisi wanita itu seperti apa. Dengar ya Bi! Tidak ada seorang lawan jenis yang memberikan perhatian dengan secara berlebihan kepada teman lelakinya, begitu pula sebaliknya, jika tidak ada sebuah perasaan. Teman hanya sekedarnya menyemangati itu sudah hal biasa, tetapi jika memberikan perhatian dengan mengirimkan makanan setiap hari, apakah itu hal yang wajar? Umi rasa tidak."Andre dan juga Abi hanya di

  • Istri Untuk Suamiku   Ucapan Menohok

    Sesuai dengan permintaan Vano, Caca membawanya berkeliling tempat-tempat yang menurutnya menyenangkan sekaligus sangat indah jika di malam hari.Setelah jam menunjukkan pukul 23.30 malam, Vano mengajak Caca untuk pulang. Walaupun sebenarnya dia tidak ingin, tetapi kasihan melihat wanita itu yang sepertinya sudah mengantuk."Oh ya, nanti aku mau kau mengajakku di saat siang hari.""Hah? Siang hari, Pak? Tapi kan siang-siang itu waktunya bekerja, jadi mana mungkin bisa?"PLETAK!"Kamu itu bodoh sekali." Vano menyentil kening Caca, membuat wanita itu merengut. "Libur kerja kan bisa. Memangnya selama 7 hari itu nonstop bekerja? Hari Minggu bukannya libur?""Iya, tapi nggak usah nyentil kening saya juga Pak! Jidat saya ini nggak jenong," sungut Caca dengan bibir yang sudah maju 5 cm.Vano benar-benar gemas, ingin sekali dia mencubit kedua pipi Caca tapi ditahannya. 'Wanita ini benar-benar sangat menarik. Baru kali ini aku merasa gemas kepada lawan jenis. Biasanya wanita secantik apapun ti

  • Istri Untuk Suamiku   Bos Vampir

    Caca membalik tubuhnya, seketika cengiran kuda pun ia tampilkan di wajah imutnya. "Eh ... Pak Vano.""Apa kamu bilang tadi? Kamu mau bejek saya? Emang kamu pikir saya perkedel?" Pria itu menaruh kedua tangan di atas pinggang sambil menatap tajam ke arah Caca."Hah? Bejek? Ti-tidak Pak. Bapak salah denger kali. Mungkin telinga Bapak belum dikorek selama satu bulan.""Jadi, secara tidak langsung kamu mengatakan kalau saya ini jorok? Iya!" sentaknya dengan kesal."Tidak Pak. Siapa juga yang berkata seperti itu. Kalau begitu saya duluan ya Pak, permisi!" Caca segera berlari tanpa menunggu jawaban dari Vano, dia masuk ke dalam lift dengan dada yang sudah berdebar kencang."Astaga Caca! Hampir aja kepalamu kena jitak. Masih mending kalau dia cuma menjitak, coba kalau dia memecat diriku? Dari mana lagi aku harus dapat uang sebanyak itu untuk operasi ayah, jika tidak bekerja di sini, huuhh ..." Wanita itu menghela nafas dengan kasar sambil memegangi dadanya. "Lagian mukanya horor banget wala

  • Istri Untuk Suamiku   200 juta

    Pria itu tersenyum sinis kemudian dia bangkit dari duduknya berjalan perlahan ke arah Caca. Melihat wanita itu dengan raut wajah yang sudah tegang."Kenapa? Apa kau lupa denganku?" tanyanya dengan nada begitu angkuh.Caca meremas roknya, dia merutuki kebodohannya kemarin karena sudah menggertak Vano. 'Astaga! Jadi dia CEO pengganti Pak Andre. Aduh ... bagaimana kalau dia mencari masalah denganku dan dia malah memecatku? Tapi kan di luar itu semua tidak ada masalahnya dengan kerjaan?'"Kenapa kau diam saja?" tanya Vano kembali saat melihat wanita yang berada di hadapannya dia membisu."Tidak apa-apa, Pak. Saya cuma kaget saja. Dan saya rasa hubungan kemarin tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan, itu di luar dari kerjaan kita kan Pak. Memangnya apa kesalahan saya sampai harus dipanggil ke sini?"Vano sangat tertarik dengan pribadi Caca. Dia sama sekali tidak takut dengan dirinya. 'Menarik. Bahkan dia seperti menantangku, tidak takut jika aku akan memencetnya. Baiklah kita akan berm

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status