Share

Istri Untuk Suamiku
Istri Untuk Suamiku
Author: Tinta Hitam

Permintaan Fatma

Author: Tinta Hitam
last update Last Updated: 2023-09-29 17:07:23

"Mas, aku mau kamu menikah lagi!" pinta seorang wanita yang sedang terbaring di ranjang dengan wajah pucatnya.

Pria yang sedang memakai dasi seketika menoleh. Terlihat raut wajahnya tak senang saat mendengar ucapan wanita itu.

"Cukup Fatma! Sudah berapa kali aku bilang, aku tidak akan menikah lagi!" tegas seorang pria yang bernama Satria.

Fatma bangun dari tidurnya, lalu dia menyandarkan tubuhnya di dipan ranjang dan menatap lekat pada pria yang sudah menemaninya selama 5 tahun itu.

"Mas, aku ingin melihatmu bahagia. Kamu tahu kan, jika aku tidak akan bisa memberikanmu seorang anak? Aku ini gak bisa hamil, Mas. Aku ikhlas jika kamu menikah lagi."

"Tidak. Sudahlah Fatma, aku malas membahas ini terus." Satria keluar dari kamar untuk menuju meja makan.

Dia menghela nafasnya dengan kasar. Tatapannya kosong dengan tangan yang sedang mengaduk-aduk kopi yang ada di gelas.

Sudah beberapa kali Fatma memintanya untuk mendua, tetapi selalu Satria tolak dengan tegas. Pikirannya menerawang ke 5 tahun silam, dimana ia menikahi Fatma karena perjodohan almarhum kedua orang tuanya.

"Mas," panggil Fatma yang sudah sampai di meja makan.

"Fatma, sudah cukup! Jangan memaksaku untuk mendua." Satria merasa jengah, sebab setiap hari Fatma selalu membahas tentang menikah lagi.

"Maaf, Mas. Aku tidak bermaksud membuatmu marah. Hanya saja, kamu tahu kan jika aku sedang sakit dan kita tak mungkin mempunyai anak. Aku hanya ingin ada yang mengurus kamu sebelum aku tiada," tuturnya.

Satria bangkit dari duduknya dengan tatapan tajam ke arah Fatma. "Cukup ya! Kamu itu bukan Tuhan yang tau kapan kamu tiada. Ingat Fatma! Ucapan adalah do'a. Sudahlah, aku mau ke cafe dulu."

Tanpa mengulurkan tangannya untuk di cium oleh Fatma, Satria pergi begitu saja. Dia meninggalkan sang istri yang tengah menangis.

"Maafkan aku, Mas. Maaf jika aku memaksamu. Tapi ini untuk kebahagiaanmu," lirihnya.

Dia meremas dadanya yag terasa sakit. Bukan Fatma rela mengizinkan Satria menikah lagi, akan tetapi penyakitnya yang semakin hari semakin parah, membuat Fatma tak memiliki pilihan lain.

Fatma hanya ingin melihat Satria ada yang mengurus saat ia sudah tak ada di dunia ini lagi. Namun, di balik itu semua ada hal penting yang menjadi dorongan bagi Fatma untuk mengizinkan Satria mendua. Sebab ia tahu, jika selama ini Satria tak pernah mencintainya.

"Mas, maaf jika aku harus melakukan ini." Fatma menuju kamar lalu menelpon Uminya.

"Hallo assalamualaikum, umi," ucap Fatma saat telepon teraambung.

"Waalaikumussalam."

"Umi, apa umi dan abi sudah dapatkan calon untuk mas Satria?"

"Iya nak, kami sudah mendapatkan wanita itu. Dan umi pastikan ia gadis baik-baik. Besok umi dan abi akan ke rumah untuk berbicara sama kamu dan Satria."

Setelah berbicara dengan uminya, Fatma menutup teleponnya. Dia kembali termenung sambil menatap foto pernikahannya bersama dengan Satria.

Air mata kembali mengalir deras saat mengingat 5 tahun perjalanan rumah tangga mereka berdua. Fatma memang sadar, selama ini sikap baik Satria padanya bukan dasar cinta, namun hanya sekedar menghargai dia sebagai istri.

"Aku berharap, wanita itu tidak pernah sakit, seperti aku saat ini." Dia menghapus air matanya lalu mengambil obat yang ada di laci kamar.

"Aawwh! Sssh!" ringis Fatma saat merasakan perutnya kembali sakit.

.......................

Malam ini Satria pulang lebih lambat, karena ia sengaja sebab malas berdebat dengan Fatma yang ujung-ujungnya akan membahas soal pernikahan lagi.

"Assalamualaikum," ucap Satria saat masuk kedalam kamar.

"Waalaikumusalam," jawab Fatma sambil mencium tangan Satria. "Mas, tumben kamu pulang telat?" tanyanya sambil membuka jas Satria.

"Iya, cafe lagi rame," bohong Satria, kemudian dia segera masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah selesai, Satria langsung menuju tempat pembaringan karena badannya terlalu lelah. Bukan hanya lelah tubuh saja, tapi pikiran juga.

"Mas, kamu gak mau makan dulu?" Fatma mengkhawatirkan kesehatan suaminya.

"Aku sudah makan, dan aku sangat lelah," jawabnya dan langsung memejamkan mata.

Fatma yang mendengar itu pun akhirnya mengurungkan niatnya untuk memberitahu Satria jika besok kedua orang tuanya akan datang ke sana.

.

.

Pagi ini seperti biasa, Fatma sedang menyiapkan kebutuhan Satria, mulai dari baju sampai makannya. Walaupun dia sedang sakit, tapi kebutuhan Satria selalu Fatma yang handle, sebab ia merasa itu adalah tugas seorang istri.

"Ini Mas, kopinya." Fatma menaruh kopi di hadapan Satria.

"Hm, makasih," jawab Satria dengan datar.

Fatma hanya tersenyum tipis. Jawaban dingin nan datar sudah biasa ia dengar dari mulut suaminya, tapi tidak masalah bagi Fatma, sebab ia tau suaminya tak pernah mencintai dirinya.

Dengan cekatan Fatma mengambilkan sarapan untuk Satria, lalu dia pun duduk di samping pria itu. 'Aku rasa ini waktu yang pas,' batin Fatma sambil melirik ke arah suaminya.

"Mas, aku mau bilang kalau--"

Kriing!

Ucapan Fatma terhenti saat tiba-tiba saja ponsel Satria berdering, dan ternyata itu telepon dari Yusuf, sahabat sekaligus orang kepercayaannya di cafe.

"Iya, kenapa Suf?" tanya Fadli saat telepon tersambung.

"Oh, oke. Kamu siapkan saja semuanya, nanti aku langsung nyusul kesana ya." Telepon pun terputus.

Satria menyadari jika tadi Fatma ingin mengatakan sesuatu. "Kamu tadi mau bilang apa?" tanyanya sambil meminum kopinya.

"Itu Mas, aku cuma amu bilang kalau umi dan abi akan kesini nanti siang. Mereka juga mau menbicarakan sesuatu sama kamu," terang Fatma.

"Oh, begitu ... memang mau bicara soal apa?"

Fatma terdiam, dia nampak ragu untuk mengungkapkan kedatangan orang tuanya, takutnya Satria malah marah.

"Gak tau Mas. Nanti siang kamu makan di rumah ya!" pintanya penuh harap.

Mendengar permintaan Fatma, Satria mengangguk, "aku usahakan ya. Tapi aku tidak janji, sebab hari ini jadwal meeting ku benar-benar sangat padat." Satria tak mau memberi harapan pada Fatma.

"Iya Mas. Tapi aku berharap kamu pulang, sebab umi dan abi ingin mengatakan sesuatu yang penting."

Satria penasaran apa yang akan di bicarakan oleh kedua mertuanya, namun ia harus cepat ke cafe sebab ada meeting pagi ini.

Kemudian ia pun pergi dengan Fatma yang mengantarnya sampai halaman depan. "Sebenarnya apa yang akan di katakan oleh umi dan abi, ya? Hal penting apa itu?" lirih Satria saat berada di dalam mobil.

Dia pun ingin segera menyelesaikan pekerjaannya untuk bisa datang nanti siang, sebab Satria juga amat penasaran.

Sementara Fatma sedang menelepon Uminya dan menanyakan apakah jadi atau tidak kesana.

"Semoga nanti siang mas Satria tidak marah dan menolak. Ya Allah, lancarkanlah semuanya. Semoga umi dan abi bisa memberi pengertian pada mas Satria." Fatma kembali meringis sambil meremas perutnya, kemudian dia meminta pembantu yang ada di rumah itu mengambilkan obatnya.

BERSAMBUNG......

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nofita Sari
sabar yaaa fatma
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Untuk Suamiku   END

    "Mas Satria!" kaget Fatma.Satria menatap teduh ke arah Fatma, bergantian pada bayi yang ada di dalam gendongan wanita itu. "Hai, aku tadi habis meeting tidak sengaja melihat kalian. Maaf jika aku mengganggu.""Tidak apa Nak. Sini duduklah bergabung bersama dengan kami!" ajak Abi sambil menepuk kursi kosong yang ada di sebelahnya."Oh ya, tidak apa Bi. Saya juga masih ada pekerjaan, dan bayi ini siapa?" tanyanya penasaran sambil melihat ke arah bayi mungil nan cantik yang berada di dalam gendongan mantan istrinya."Ini adalah anak kami," jawab Andre."Hah? Anak?" bingung Satria, karena setahunya Fatma tidak bisa hamil. Dia juga memperhatikan bahwa wajah wanita itu sekarang berbinar dengan sangat cantik, tidak seperti saat berada di sisinya pucat tanpa gairah.'Fatma benar-benar berubah. Auranya sekarang terpancar begitu sangat indah dan cantik, berbeda saat dia bersamaku dulu.' batin Satria."Iya, memang Fatma tidak bisa hamil," sindir Andre yang tahu isi di dalam pikiran Satria. "Tap

  • Istri Untuk Suamiku   Bab 148

    "Kalau aku sih setuju saja. Lalu kapan kita akan ke sana dan rekomendasi Panti Asuhan mana yang bagus menurut mama atau menurut Umi dan Abi?""Umi punya rekomendasi yang bagus," ucap Umi Khaira.Mereka setuju untuk 4 hari ke sana, melihat apakah ada seorang bayi yang akan diadopsi atau tidak. Dan setelah makan malam selesai Caca dan juga tante Lena pulang begitu pula dengan Umi dan Abi."Kamu baik-baik ya Nak. Kalau ada apa-apa dan butuh apa-apa, tinggal bilang sama Umi. Pasti Umi buatkan dan Umi bantu. Dan Andre. Tolong jaga Fatma ya! Besok Umi ke sini lagi.""Iya Umi. Umi dan Abi hati-hati di jalannya!""Assalamualaikum," ucap Abi dan Umi serempak."Waalaikumsalam."..Hari yang ditunggu pun telah tiba, di mana hari ini Fatma, Andre dan keluarga mereka pergi ke sebuah Panti Asuhan, tetapi tidak dengan Caca, karena dia menemani Vano di rumah."Ayo kita masuk!" ajak Umi, "Assalamualaikum!" ucapnya saat mereka sudah masuk ke dalam panti asuhan."Waalaikumsalam. Eh, mbak Khaira." Seora

  • Istri Untuk Suamiku   Pulang

    Hari ini Fatma dan juga Andre pulang kembali ke tanah air zetelah wanita itu dinyatakan sembuh. Tentu saja membuat kebahagiaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata oleh Andre maupun kedua orang tua Fatma."Mas, aku bisa jalan sendiri," ucap Fatma dengan wajah yang malu saat Andre menggendongnya turun dari mobil setelah mereka sampai di rumah."Iya, aku tahu, tapi aku tidak mau jika istriku sampai kelelahan," jawabannya sambil tersenyum manis, kemudian dia masuk dan menidurkan Fatma di atas ranjang. "Istirahat dulu ya! Nanti setelah makanan siap aku akan memberitahumu."Fatma hanya bisa mengangguk sambil tersenyum bahagia, karena perlakuan Andre yang begitu membuatnya semakin jatuh cinta.Dia merasa seperti seorang ratu di dalam kehidupan Andre, di mana pria itu tak pernah sekalipun menyakitinya, bahkan selalu membuatnya tersenyum. Mungkin memang itu yang dinamakan cinta sejati."Sekarang aku percaya Mas, bahwa penyakit itu bisa sembuh bukan karena Allah saja, tetapi karena bat

  • Istri Untuk Suamiku   Mendadak Pergi

    "Bu, Caca pergi dulu ya," ucap Caca sambil mencium tangan ibunya saat jam menunjukkan pukul 07.30 pagi, sebab tadi Vano sudah mengirimkan pesan bahwa sopirnya sedang menunggu di parkiran rumah sakit."Maafkan Ibu ya, Nak, kamu harus menikah dengannya tanpa cinta. Maaf jika kami belum bisa menjadi orang tua yang baik untukmu." Bu Eka menangis."Ibu ini bicara apa sih. Tidak perlu menyesali apapun. Caca ikhlas kok. Lagi pula, cinta akan datang seiring berjalannya waktu. Doakan saja yang terbaik untuk rumah tangga Caca. Kalau begitu Caca pamit ya Bu, Pak Vano sudah menunggu."Setelah mencium tangan ibunya Caca pergi, akan tetapi sang ayah masih belum tersadar, sehingga wali nikah diwakilkan kepada wali hakim, sebab tidak memungkinkan untuk ayahnya Caca hadir.Saat mobil sudah sampai di kediaman tante Lena, Caca langsung disambut oleh wanita itu. "Jadi kamu yang bernama Caca?""Iya Tante. Maaf, Tante siapa ya?" Caca yang bilang memang belum mengetahui siapa Tante Lena."Perkenalkan. Saya

  • Istri Untuk Suamiku   Menjebak

    "Syarat? Syarat apa yang Bapak maksud?" bingung Caca sambil menatap ke arah Vano.Pria itu tersenyum miring kemudian dia melipat tangannya di depan dada dan menyandarkan tubuhnya di dinding."Syaratnya adalah ... kau harus menikah denganku!" Ucapan Vano sontak membuat kedua bola mata Caca membulat, tetapi pria itu masih terlihat begitu santai. "Ya terserah pada dirimu ... kalau kau memang sayang dengan ayahmu, maka aku bisa membantumu. Syaratnya adalah tadi, jika kau tak mau juga tak masalah."Pria itu menegakkan tubuhnya hendak pergi dari sana, namun tiba-tiba Caca menahan tangannya. "Saya mau, Pak."Dia tidak mempunyai pilihan lain, karena bagi Caca keselamatan sang ayah itu lebih utama. Apalagi saat ini sedang kritis dan butuh pertolongan."Kau yakin?" tatapan Vano menyipit mencoba untuk meyakinkan wanita tersebut. Tapi di dalam hatinya dia bersorak bahagia."Saya yakin, Pak!" Caca bahkan tidak perduli jika nanti Vano menyakitinya setelah mereka menikah, karena baginya saat ini kes

  • Istri Untuk Suamiku   Sadar

    "Bukan maksud abi untuk membelanya, Umi. Hanya saja takut dia tersinggung. Bagaimana kalau maksud dia memang tidak ingin merebut Andre? Memang real hanya sebatas teman." Abi Haidar berkata dengan pikiran yang positif.Akan tetapi, Umi Khaira adalah seorang wanita dan dia sangat tahu karakter seperti Mila itu bagaimana. Mendengar penjelasan dari suaminya, Umi Khaira malah terkekeh dan itu membuat Abi sangat bingung."Kenapa Umi malah tertawa? Memangnya ucapan abi ada yang salah?""Abi, Abi ..." Beliau menggelengkan kepalanya. "Abi ini adalah seorang pria, jadi mana paham jika berada di posisi wanita itu seperti apa. Dengar ya Bi! Tidak ada seorang lawan jenis yang memberikan perhatian dengan secara berlebihan kepada teman lelakinya, begitu pula sebaliknya, jika tidak ada sebuah perasaan. Teman hanya sekedarnya menyemangati itu sudah hal biasa, tetapi jika memberikan perhatian dengan mengirimkan makanan setiap hari, apakah itu hal yang wajar? Umi rasa tidak."Andre dan juga Abi hanya di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status