Share

Istri Untuk Tuan ALEX
Istri Untuk Tuan ALEX
Author: Tinta Hitam

Pengantin Pengganti

"Loh ... Cempaka kok baju pengantinnya dilepas sih?" tanya Gadis saat melihat adiknya melepas baju pengantin yang tengah melekat di tubuhnya.

"Kak Gadis, Kakak gantiin aku untuk menikah sama Tuan Alex, ya! Aku nggak mau Kak nikah sama dia!" pinta Cempaka dengan tatapan memohon.

Gadis membulatkan mulutnya saat mendengar ucapan Cempaka. "Apa! Kamu yang benar aja dong Dek. Masa Kakak gantiin kamu? Nggak mau ah ... kan dia nikahnya sama kamu?"

"Kak ... please! Aku nggak mau nikah sama dia. Kakak tahu kan umurnya aja sudah 30 tahun, sudah pasti dia itu jelek dan tua. Lagi pula, aku mencintai Bagas Kak."

Cempaka mempunyai kekasih dan mereka sudah menjalin hubungan sekitar lima tahun lamanya. Dia menerima perjodohan itu karena tidak enak kepada ibunya, tapi Cempaka tidak bisa mengorbankan perasaannya.

"Lalu, kalau aku menggantikan kamu dan ibu tahu bisa-bisa ibu bisa terluka dan dia pasti akan malu."

"Gini ya Kak ... aku aja belum bertemu dengan Tuan Alex, dan aku yakin dia tidak mempermasalahkan pertukaran pengantin ini. Please Kak, tolongin aku! Aku mau pergi dari sini aku akan menikah dengan Bagas."

Gadis terdiam membuat Cempaka semakin memohon kepadanya. "Anggap saja ini adalah balas budi, karena Ibu sudah menyelamatkan Kakak."

Mendengar itu Gadis membulatkan matanya, tapi dia juga sangat menyayangi Cempaka, karena apa yang dikatakan wanita itu benar

"Kakak akan menggantikan kamu."

"Makasih banyak Kak." Cempaka memeluk Gadis.

Wanita itu hanya mengangguk. Di usianya yang 25 tahun, dia tidak menyangka jika akan menikah dengan cara yang seperti itu.

"Kalau gitu aku pergi ya Kak. Kakak jangan bilang-bilang ... aku akan lewat jendela. Tolong lihatin Kak, jangan sampai Ibu masuk dan mengetahui kalau aku pergi. Nanti kalau ibu tanya bilang aja yang sejujurnya, aku tidak bisa berpisah dengan Bagas, dan aku akan menikah dengannya," terang Cempaka.

Wanita itu akan menaiki jendela kamarnya, tetapi Gadis menahan tangan Cempaka. "Kalau ibu tahu kamu menikah dengannya, Ibu pasti akan terluka."

"Ibu akan mengerti Kak, aku tidak mau menikah dengan pria tua bangka itu."

"Ya sudah, kamu hati-hati ya." Gadis membantu Cempaka untuk pergi dari kamarnya.

Setelah dia melihat adiknya pergi dari sana, Gadis terduduk sambil memegangi gaun pengantinnya. Tiba-tiba seseorang masuk ke dalam kamarnya.

"Jadi sudah siap untuk Eyke dandani? Ayo Marimas bebeknye Kusniah. (Ayo mari duduk di kursi)," ucap seorang pria setengah lekong.

Gadis mengerutkan dahinya. "Bebeknya Kusniah? Di sini tidak ada namanya Kusniah, apalagi punya bebek. Adanya peliharaan ayam," celetuk Gadis.

"Elaaah ... bukan begindang maksud Eyke. Artinya ... ayo mari duduk di kursi," jawab pria tersebut sambil melenggak-lenggokkan tangannya.

"Ya sudah marimas, kamu jangan pakai bahasa lekongmu! Pakai bahasa normal aja, aku tidak paham." gerutu Gadis.

"Iya iya ... reybet pindang. (ribet banget)," jawab pria tersebut sambil memakaikan make-up di wajah Gadis.

"Apalagi itu, ikan pindang pakai serbet? Di sini nggak ada ikan pindang."

"Sudahlah ... sebaiknya kamu itu jangan banyak bicara! Biarkan Eyke melakukan tugas, oke."

"Iya terserah kamu deh botol lembek," cetus Gadis.

Dia akhirnya pasrah harus menggantikan adik angkatnya untuk menjadi pengantin pengganti. Tiba-tiba ingatan Gadis mengarah kepada beberapa tahun silam, di saat dia ditemukan oleh Bu Hasna saat terdampar di pinggir sungai.

'Jika ini bisa membalas Budi kebaikan ibu Hasna yang telah merawat dan juga menolong nyawaku, maka akan kulakukan.' batin Gadis.

Setelah dia sudah siap didandani, seseorang masuk ke dalam kamar yang tak lain dan bukan adalah Ibu Hasna.

"Cempaka, kamu sudah siap? Rombongan pak Jonathan sudah datang," tanya Bu Hasna sambil membalik tubuh Gadis yang saat ini tengah membelakanginya.

"Loh, Gadis!" kaget Bu Hasna saat melihat Gadis yang sedang menundukkan kepalanya. "Kamu kenapa pakai kebayanya Cempaka? Terus kenapa kamu didandani seperti pengantin?" bingungnya.

"Eh, tangga-tangga ... kudanya ini pengantinnya?" ucap pria yang bernama Saiful, namun biasa dia dipanggil dengan Sari.

"Dia ini anak angkat saya, bukan kuda. Di sini tak ada kuda yang kawin," celetuk Bu Hasna.

"Eh Marimas. Siapa yang naik tangga sama main kuda sih? Di sini itu nggak ada kuda. Lu kalau mau ngomong jangan pakai bahasa alien kenapa! Selayaknya cowok aja, begitu!" kesal Gadis yang sejak tadi mendengar Saiful terus aja berkata dengan bahasa lekong.

"Aduuh ... nama Eyke itu Sari, bukan Marimas. Memangnya Eyke minuman sasetan? Lagi pula, itu adalah bahasa unggulan Eyke yang biasa digunakan setiap hari, jadi Yeey, jangan mengubah cara bicara Eyke ya," jawab Sari sambil melenggak-lenggokkan pinggulnya.

Ibu Hasna dan juga Gadis saling melirik, kemudian mereka bergidik geli. "Sudah-sudah, malah pada bertengkar. Jawab sekarang pertanyaan Ibu! Ke mana Cempaka?"

Akhirnya Gadis pun menceritakan sebenarnya kepada Ibu Hasna, kenapa Cempaka pergi dan alasannya apa. Mendengar itu Ibu Hasna sangat syok, dia tidak menyangka jika Cempaka akan melakukan itu.

"Jadi dia meminta kamu menjadi penggantinya?" tanya ibu Hasna dan langsung dibalas anggukan oleh Gadis.

"Maaf ya Nak, gara-gara Cempaka kamu harus menjadi pengantin pengganti. Tapi Ibu akan berbicara dengan keluarga Delamo supaya membatalkan pernikahan ini. Ibu tidak ingin mengorbankan kamu," tutur Ibu Hasna.

Dia tidak mau mengorbankan Gadis, karena walau bagaimanapun wanita itu bukanlah putrinya dan dia merasa tak enak.

"Tidak usah Bu, tidak apa-apa. Anggap saja ini adalah balas budi aku karena Ibu sudah mau merawatku dan menolong nyawaku. Aku nggak papa kok gantiin Cempaka. Dan satu permintaanku ... restuilah hubungan Cempaka dan Bagas, mereka saling mencintai jangan pisahkan mereka, Bu!"

Melihat kasih sayang Gadis kepada anak kandungnya, Ibu Hasna pun tersentuh. Dia memeluk tubuh wanita itu. "Makasih ya sayang, kamu begitu tulus menyayangi Cempaka walaupun dia bukan adikmu "

"Sama-sama, tidak apa-apa. Lagi pula, umur Gadis kan udah 25 juga," kekeh wanita tersebut.

Kemudian mereka keluar dari kamar dan bertemu dengan keluarga Delamo yang sedang menunggu di ruang keluarga. Gadis terus saja menundukkan kepalanya, begitu pula dengan Alex yang akan dijodohkan dengannya.

Namun, saat Gadis mengangkat wajahnya, dia terkejut karena pria yang akan dijodohkan dengan Cempaka ternyata sangat tampan dan gagah.

'Ya ampun! Cempaka menolak pria tampan seperti ini? Tapi sayang, memang umurnya sudah tuir sih,' batin Gadis sambil terkekeh.

Ibu Hasna nampak ragu untuk membicarakan penggantian pengantin pada kedua sahabatnya. Tetapi, sudah tak ada waktu lagi, semua tamu undangan sudah berkumpul.

"Hasna, kenapa diam saja? Ayo kita lakukan pernikahannya! Semua orang juga sudah menungggu!" ajak tante Indah, calon besan bu Hasna.

"I-iya," jawabnya gugup, 'bagaimana ini ya Allah?'

Tante Indah dan om Jhonatan begitu terpana dengan kecantikan Gadis yang mereka sangka adalah cempaka, sebab mereka baru satu kali bertemu, jadi belum terlalu hafal.

"Lho! Itu kan Gadis? Bukankah penganntinya harusnya Cempaka, ya?" seru salah satu warga di sana, hingga membuat Alex dan kedua orang tuanya seketika menatap ke arah Gadis.

"Apa maksudnya ini, Hasna?" Tante Indah menatap lekat ke arah sahabatnya.

"Sebaiknya kita lakukan saja pernikahannya, udah kepalang tanggung," ucap om Jhonatan selaku papanya Alex, membuat pria tampan di sampingnya membulat, namun sejurus kemudian dia memalingkan pandangannya. "Gimana Lex? Kamu setuju kan?"

"Hm!" Hanya jawaban itu yang keluar dari pria dingin tersebut.

Akhirnya pernikahan pun di langsungkan dengan sakral, tetapi para tamu undangan tetap berbisik-bisik. "Jahat banget ya! Masa sodara sendiri di tikung? Jangan-jangan Gadis ingin merebut calon suami Cempaka karena dia tampan dan kaya?" tuduh salah satu warga di sana.

Gadis hanya bisa menundukkan kepalanya mendengar gunjingan dari para tamu undangan. 'Mereka hanya bisa bergosip tanpa tahu kebenarannya.' batin Gadis kesal, dia melirik ke arah Alex. 'Pria ini kenapa gak marah ya? Mana dari tadi diam aja kek kulkas.'

"Apa yang terjadi dengan Cempaka, Hasna? Kenapa putri pertamamu?" bisik tante Indah saat berada di atas pelaminan, karena ia masih sangat penasaran.

Sementara Alex hanya memasang wajah dingin dan datarnya saja, tak perduli mau pengantinnya di ganti atau tidak, sebab itu tak berpengaruh apapun untuknya.

BERSAMBUNG.....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status