Share

Bab 2 Permintaan Menikah

Ale dan Alca begitu terkejut dengan surat wasiat Dima itu. Alca semakin tidak mengerti kenapa adik sepupunya itu begitu lancangnya membuat surat wasiat tanpa memberitahu apa pun padanya. Ini seolah keputusan sepihak saja.

“Apa-apaan ini? Aku tidak terima dengan surat wasiat macam ini!” Suara Ale bergetar. Tangisnya pecah ketika mendapati permintaan suaminya itu. Ale menatap pengacara dengan tatapan kekesalan. Dia merasa warisan yang dibuat Dima benar-benar konyol sekali. Jadi tentu saja itu membuatnya tidak bisa menerima surat wasiat itu.

“Apa surat ini asli?” Papa David bertanya pada pengacara. Sebenarnya dia tak kalah terkejut karena anaknya menyiapkan surat wasiat sebelum meninggal.

“Surat ini sudah sah secara hukum, Pak. Ini, beliau juga memberikan rekaman sebagai bukti jika memang surat ini buat secara sah.” Pengacara memberikan file rekaman yang dibuat oleh Dima.

Alca langsung meraih file itu. Dia segera menyambungkan pada televisi yang berada di ruang keluarga. Saat rekaman itu dimulai, tampak Dima berada di ruang kerjanya di kantor. Tampak Dima begitu segar dan sehat ketika berada di dalam rekaman.

“Hai, semuanya. Mungkin saat kalian menerima rekaman ini, artinya aku sudah tiada. Mungkin kalian bertanya-tanya kenapa aku membuat surat wasiat. Aku sendiri juga tidak tahu. Aku hanya merasa firasatku buruk belakangan ini. Beberapa kali aku bermimpi buruk. Jadi aku putuskan untuk membuat surat wasiat ini. Pasti kalian sudah mendengar semua dari pengacara. Itu semua memang adalah keinginan aku. Aku sengaja tidak memberikan harta bendaku untuk papa. Karena papa punya lebih banyak dari aku. Oh … ya untuk wasiat aku tentang pernikahan Kak Alca dan Ale. Itu benar adalah keinginan. Aku merasa tidak akan ada orang yang bisa menjaga Ale, sebaik kak Alca. Jadi aku mohon untuk kalian semua mengizinkan Kak Alca untuk menikah dengan Ale. Kak Alca, maaf aku tidak bertanya padamu lebih dulu. Pasti kamu akan sangat membenciku. Namun, percayalah jika aku sudah memikirkan dengan matang semunya. Itu saja yang aku ingin sampaikan. Aku hanya ingin kalian semua bahagia meskipun tanpa aku. Aku titip Ale pada kalian semua. Mama-Papa, jangan biarkan Ale sendiri. Aku mohon. Kak Alca, jangan sakiti Ale, karena hatinya begitu rapuh. Jagalah dia untukku. Mama Arriel-Papa Adriel, tolong terima Ale sebagai menantu. Aku mencintai kalian semua. Bahagialah selalu meski aku tidak ada.”

Rekaman Dima itu sesekali diiringi tawa sedikit. Dima memang adalah pria yang begitu mudah tersenyum dan bercanda. Dia benar-benar mirip dengan papanya. Mudah bergaul dan begitu ramah.

“Sial.” Mendapati rekaman itu Alca mengumpat. Dia benar-benar membenci adiknya. Dia tidak menyangka adik sepupunya itu melakukan hal gila. “Aku tetap tidak bisa menerima.” Alca langsung menolak. “Jika Dima ingin aku menjaga Ale, tentu saja aku bisa menjaganya, tetapi bukan dengan menikah.” Alca tidak bisa meninggalkan kekasihnya hanya untuk menikahi adik iparnya.

Ale yang ikut menonton rekaman sang suami, merasa begitu terluka sekali. Rasanya seperti didorong ke jurang yang begitu dalam. Dia hanya bisa menangis melihat hal ini.

Pengacara yang selesai membacakan surat wasiat memilih untuk berpamitan. Dia memberikan ruang untuk keluarga membicarakan itu, barulah setelah itu, dia akan memberikan surat-surat semua aset yang harus diberikan pada penerima hak waris.

“Apa kalian tidak merasa aneh? Kenapa Dima membuat surat wasiat setelah pernikahan. Lalu kenapa dia harus memberikan saham, rumah, dan mobil pada Ale yang jumlahnya cukup banyak sekali. Padahal mereka baru seminggu menikah. Lalu kenapa Dima meminta aku untuk menikah dengan Ale. Padahal dengan aset yang diberikan pada Ale, harusnya Dima berpikir istrinya bisa hidup dengan baik.” Alca menatap Ale yang duduk di samping mamanya itu penuh curiga.

“Mama juga bingung.” Mama Mauren menimpali. Dia tidak tahu apa yang dipikirkan anaknya.

“Apa kamu yang membuat semua ini? Apa kamu yang membuat Dima membuat surat wasiat dan membuat kecelakaan Dima?” Kalimat itu meluncur dari mulut Alca.

Ale menatap Alca dengan tatapan tak percaya. Bagaimana bisa kakak sepupu suaminya itu menuduhnya seperti itu.

“Aku tidak melakukan hal itu.” Ale mengelak tuduhan itu. “Aku benar-benar tidak tahu jika Dima membuat surat wasiat itu.” Memang benar adanya jika Ale memang tidak tahu.

“Alca, jangan berpikir seperti itu, ini bukan film yang dibuat drama seperti itu.” Mama Arriel mencoba untuk menyadarkan pikiran aneh anaknya itu.

“Ma, ini terlalu aneh. Mana ada orang yang baru saja menikah sudah memikirkan tentang surat wasiat.” Alca merasa jika ada sesuatu di balik ini semua.

Ale benar-benar terluka mendapati tuduhan Alca. Istri mana yang mau suaminya mati. Tentu saja dia tidak mau. Tak kuasa melihat Alca, dia memilih untuk masuk ke kamarnya.

Melihat Ale yang pergi, keluarga hanya bisa membiarkan. Mereka sendiri juga berada dalam dilema. Karena memang tidak mengerti kenapa Dima membuat surat wasiat seperti ini.

“Bisa jadi Dima sengaja memintamu menikahi Ale karena sahamnya diberikan pada Ale semua. Artinya, jika Ale menikah dengan orang lain, saham itu akan jatuh ke tangan orang lain. Jika dia menikah denganmu, sahamnya tetap akan berada di tangan keluarga Janitra.” Papa Adriel memberikan pendapatnya dari apa yang ditangkap dari penyerahan aset milik Dima.

“Yang dikatakan Adriel ada benarnya.” Papa David membenarkan ucapan adik tirinya itu. Dima adalah orang yang sangat berhati-hati. Jadi anaknya pasti memikirkan banyak hal.

“Jika begitu, kamu harus menikah dengan Ale.” Mama Mauren merasa anaknya pasti sudah memikirkan matang-matang apa yang diputuskan. Mama Mauren berpindah duduk di samping Alca. Tangannya menarik tangan Alca. “Alca, menikahlah dengan Ale. Pertama karena itu adalah permintaan Dima, kedua agar saham keluarga tidak jatuh ke arang lain.” Mama Mauren mencoba membujuk Alca. Dia berharap Alca mau menikah dengan Ale.

Permintaan menikah dengan Ale benar-benar membuat Alca bingung. Dia tidak bisa menikah dengan wanita lain. Ada wanita yang sudah sejak lama menunggunya. “Ma, aku tidak bisa.” Alca menarik tangannya.

“Alca, kamu tahu bukan aku sudah membangun perusahaan itu sejauh ini. Jadi tentu saja jika dimiliki orang lain, usaha Papa akan sedih. Coba pertimbangkan untuk menikah dengan Ale. Jika bukan demi Dima, tolong demi Papa.” Papa David ikut menimpali ucapan sang istri.

“Aku punya pacar, tidak mungkin menikah dengan Ale.” Alca benar-benar dalam keadaan bingung. Kini orang tua Dima justru mendesaknya untuk menikahi menantunya. Tentu saja itu adalah pilihan sulit. Alca tentu saja tidak semudah itu untuk menerima pernikahan ini, mengingat dia memiliki kekasih yang sudah sejak lama dipacarinya.

Komen (12)
goodnovel comment avatar
Inayati Bachrat
seruuuu critanya
goodnovel comment avatar
siti yulianti
yakin pacar mu setia alca
goodnovel comment avatar
Devi Pramita
Pernikahan terpaksa mau gk mau ale Terima demi permintaan suaminya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status