Share

Istri Warisan CEO
Istri Warisan CEO
Penulis: Myafa

Bab 1 Surat Wasiat

“Halo, Sayang.” Ale yang mengangkat sambungan telepon segera menyapa Dima, suaminya.

“Maaf, Bu. Ini bukan pemilik ponsel.”

Suara asing yang terdengar membuat Ale terkesiap. Tentu saja itu membuat Ale bingung. Kenapa orang lain yang mengangkat sambungan telepon tersebut.

“Ini siapa?” Ale melempar pertanyaan itu pada orang yang sedang memegang ponsel suaminya.

Alca yang mendengar ikut bingung ketika Ale bertanya tentang siapa gerangan orang yang berada di sambungan telepon. Padahal tadi jelas Ale mengatakan jika Dimalah yang menghubungi.

“Saya, pengguna jalan, Bu. Saya hanya ingin mengabari jika pemilik ponsel dan mobil ini mengalami kecelakaan di tol 97 km.” Orang di sambungan telepon memberitahu.

Tubuh Ale seketika lemas. Jantungnya terasa dihantam batu besar dan terasa begitu sesak. Tangan Ale memegangi dadanya yang terasa sesak. Bersamaan tubuh Ale yang lemas dan terduduk di lantai, air matanya menetes dari mata indahnya.

Alca langsung memenangi tubuh Ale yang terduduk di lantai. Dia bingung apa sebenarnya yang didengar Ale, sampai wanita itu lemas.

“Ale, ada apa?” tanya Alca menatap Ale.

“Dima, Kak, Dima ….” Ale menatap Alca dengan air mata yang terus menetes. Tak bisa keluar kalimat yang bisa menjelaskan apa yang terjadi. Hanya nama suaminya saja yang bisa disebut.

“Dima, kenapa?” Alca benar-benar semakin khawatir. Apalagi Ale terus menangis.

Alca yang tidak mendapati jawaban dari Ale pun memilih untuk meraih ponsel Ale. Mendapatkan jawaban dari orang yang berada di sambungan telepon.

“Halo, ada apa ini?” Alca langsung bertanya pada orang yang berada di sambungan telepon.

“Saya ingin memberitahukan Pak. Jika pemilik ponsel dan mobil ini mengalami kecelakaan di tol 97 km. Sekarang akan dibawa ke rumah sakit Pelita Hati. Silakan datang.” Orang di seberang sana memberitahu.

Alca terpaku. Dadanya terasa sesak mendapati adik sepupunya kecelakaan. Tentu saja pikirannya melayang memikirkan apa yang terjadi pada adiknya itu.

“Baiklah, saya akan ke sana.” Alca berusaha untuk tetap tenang. Karena dalam keadaan seperti ini tentu saja dia harus tetap tenang. Karena jika tidak, semua akan jadi berantakan.

“Baik, kami tunggu.” Orang di seberang sana segera mematikan sambungan telepon.

***

“Apa ada pasien atas nama Dima Janitra?” tanya Alca.

“Ada sedang dalam penanganan dokter.” Perawat memberitahu.

Alca dan Ale segera mencari di mana keberadaan Dima. Tubuh Ale seketika lemas. Ketika melihat kaki Dima yang terlihat. Tampak para dokter dan perawat masih mengecek keadaan.

“Dima.” Langkah Ale terayun menghampiri.

Alca memegangi bahu Ale. Memegangi tubuh adik iparnya yang mulai lemas itu. Dia ikut mengayunkan langkah menghampiri Dima. Air mata Ale tak tertahan lagi. Meluncur, membasahi wajahnya. Apalagi melihat suaminya yang sedang berada dalam keadaan tak berdaya di atas ranjang.

“Sayang.” Ale menerobos di antara para perawat yang sedang menangani Dima. Dia menangis sekencang-kencangnya. Suaminya tak sadarkan diri. Wajahnya penuh luka. Darah di mana-mana. Benar-benar membuat Ale hancur.

“Maaf, pasien tidak bisa diselamatkan.” Dokter mengatakan itu pada Ale dan Alca.

Ale terpaku mendengar apa yang diucapkan dokter. Untuk sejenak dia mencoba mencerna apa yang diucapkan oleh dokter. Ale beralih pada suaminya yang terbujur kaku di atas ranjang pasien. “Tidak.” Ale menggeleng. Dia masih tidak percaya jika suaminya meninggalkannya. Sambil menggoyang-goyangkan tubuh Dima, dia mencoba memanggil suaminya. “Sayang, bangun. Sayang, aku mohon bangun. Yang dikatakan dokter salah. Sayang.” Ale terus menggoyang-goyangkan tubuh Dima. Dia terus menangis memanggil suaminya. Sayangnya tidak ada jawaban sama sekali dari Dima sama sekali. “Sayang.” Ale berteriak ketika panggilannya tak dijawab. Dia masih tidak bisa menerima kenyataan yang ada di hadapannya. Dadanya begitu sesak. Ketika harus kehilangan orang yang dicintainya.

Alca mengembuskan napasnya. Jantungnya seolah baru saja dihantam benda tumpul. Rasanya sesak sekali ketika dokter menyatakan jika adik sepupunya itu meninggal dunia. Air matanya juga meluncur begitu saja membasahi wajahnya. Namun, selain dirinya ada Ale yang jauh lebih merasakan sakit atas kematian suaminya. Wanita yang berdiri di samping Dima itu begitu hancur mendapati suaminya sudah tiada.

“Al.” Alca mencoba memegangi bahu Ale. Berusaha untuk menenangkan istri adiknya itu.

“Kak, tolong bangunkan Dima. Pasti dia akan mendengarkan Kak Alca. Dia selalu dengar apa kata Kak Alca. Dia pasti bangun. Kak, tolong bangunkan dia.” Ale menatap Alca penuh harap. Dia meminta bantuan kakak iparnya itu untuk membangunkan sang suami.

“Al, Dima sudah tidak akan bangun.” Alca berat sekali mengatakan itu, tetapi Ale harus menerima kenyataan.

“Tidak, dia akan bertahan.” Ale beralih pada suaminya. “Sayang, aku akan minta dokter menyembuhkan kamu.” Ale seperti orang gila yang tidak terima kenyataan. Dia beralih pada dokter. “Dokter, lakukan apa pun. Tolong selamatkan suami saya. Lakukan operasi atau apa pun itu. Kami pasti akan bayar berapa pun.” Ale mencoba meminta bantuan dokter.

“Al.” Alca mencoba memanggil Ale yang makin menggila karena meminta bantuan dokter. Padahal sudah dikatakan jika Dima sudah meninggal dunia.

“Kak, tolong lakukan apa pun untuk Dima.” Ale menarik tangan Alca untuk meminta bantuan Alca.

“Al. Sadarlah jika Dima sudah meninggal.” Alca memegangi bahu Ale untuk menyadarkan istri adik sepupunya itu. Ale sudah benar-benar gila terus berusaha untuk membangunkan Dima. Padahal jelas Dima tidak akan pernah bangun.

Ale semakin kencang menangis. Dia memeluk tubuh kaku sang suami. Hancur sudah hatinya melihat sang suami pergi untuk selama-lamanya.

***

Pemakaman dihadiri banyak sekali pelayat. Dima adalah pria baik. Orang-orang yang mengenalnya, tentu ingin berbelasungkawa atas berpulang putra dari pemilik Janitra Grup.

Di antara para pelayat semua orang tertuju pada wanita yang baru saja dinikahi Dima selama sebulan itu. Mereka semua merasa kasihan sekali. Baru saja merengkuh kebahagiaan bersama, mereka harus terpisahkan oleh maut.

Saat jenazah Dima masuk ke liang lahat, Ale menangis kencang. Kehilangan Dima seperti kehilangan separuh hidupnya. Benar-benar hancur sekali hidup Ale. Tidak pernah ada di bayangan Ale akan ditinggal secepat ini oleh suaminya. Orang yang selalu ada untuknya. Orang yang begitu dicintainya itu.

“Jangan tinggalkan aku.” Saat jenazah mulai ditutupi tanah, tangis Ale semakin terisak. Dia semakin histeris.

Alca berusaha untuk menenangkan Ale. Dia tahu adik iparnya sangat terpukul dengan kematian suaminya.

***

Seminggu berlalu dengan cepatnya. Ale masih dalam kesedihan atas meninggalnya sang suami. Selama ini, dia masih mengurung diri di kamarnya. Masih belum terima dengan kematian sang suami.

Hari ini, pengacara Dima menghubungi keluarga. Dia ingin membicarakan surat wasiat yang dibuat Dima sebelum meninggal. Keluarga begitu terkejut karena tidak menyangka jika Dima membuat surat wasiat.

Di ruang keluarga, semua keluarga berkumpul. Termasuk dengan Ale. Mereka semua menunggu pengacara yang akan membacakan surat wasiat.

“Jadi saya ke sini ingin membacakan surat wasiat yang sudah dibuat oleh Pak Dima Janitra sebelum meninggal. Surat wasiat ini dibuat tanggal dua puluh empat bulan lalu.” Pengacara memberitahu.

Semua begitu terkejut. Artinya, surat wasiat itu dibuat baru saja. Seminggu setelah pernikahan lebih tepatnya. Entah bagaimana Dima bisa membuat surat wasiat, padahal sedang berbahagia bersama dengan istrinya.

Pengacara mulai membacakan surat wasiat. “Dengan ini saya Dima Janitra membuat surat wasiat ini secara sadar dan tanpa paksaan. Beberapa hal yang akan saya sampaikan tentang warisan yang akan saya berikan pada orang-orang terdekat saya jika sampai suatu hari saya meninggal dunia. Pertama saya akan memberikan saham Janitra, rumah, mobil pada istri saya, Alegra Cecilia. Beberapa apartemen dan mobil saya, akan saya berikan pada ibu saya, Mauren Aelin. Jika suatu hari saya meninggal, saya ingin kakak sepupu saya Alcander Janitra menikahi istri saya agar dapat menjaganya. Begitulah surat wasiat saya buat, tanpa paksaan sama sekali.”

Myafa

Selamat datang di novel Myafa. Kunjung Igee Myafa16 untuk info update dan visual

| 2
Komen (10)
goodnovel comment avatar
Sagitawiwik Bunda
sedih sekali
goodnovel comment avatar
Anindita Kesya
Absen Thor...️
goodnovel comment avatar
siti yulianti
mampir akuh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status