Beranda / Romansa / Istri Warisan CEO / Bab 6 Suara Ketus

Share

Bab 6 Suara Ketus

Penulis: Myafa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-10 21:38:13

“Huek … huek ….” Ale memuntahkan isi perutnya. Kehamilannya ini benar-benar payah sekali. Padahal sudah masuk empat bulan, tetapi mualnya belum juga hilang. Belum lagi terkadang kepalanya pusing.

Setelah isi perutnya keluar barulah Ale merasa lega sekali. Akhirnya lega juga. Dengan segera Ale keluar dari toilet dan membersihkan bibirnya di wastafel di depan kaca toilet. Sebelum keluar dari toilet, Ale merapikan make up-nya terlebih dahulu.

Ale keluar dari toilet. Namun, dia dikagetkan dengan kehadiran Alca di dekat toilet wanita. Pria itu berdiri bersandar dengan tembok sambil melipat tangannya di dada. Melihat Alca di sana seketika nyali Ale ciut. Dia justru takut Alca marah. Karena baru saja klien datang Ale tiba-tiba pergi begitu saja. Rasa mualnya, membuatnya tidak sempat berpamitan.

“Kak Alca kenapa ke sini? Klien kita ditinggal?” Dengan wajah ragu, Ale bertanya.

“Dia sudah pergi.” Alca menjawab ketus.

“Kenapa pergi?” Ale menatap Alca dengan rasa penasaran.

Alca melepaskan tangannya yang dilipatnya di dada sambil menegakkan tubuhnya. “Jelas karena sikap tidak sopanmu. Apalagi?” Selesai bicara langkahnya diayunkan meninggalkan Ale.

Ale terpaku di tempatnya berpijak. Tidak menyangka jika sikapnya yang asal pergi membuat klien pergi juga.

“Apa kamu akan berdiri di sana terus?” Alca bicara tanpa menoleh sama sekali.

Ale mengembuskan napasnya. Ketakutannya semakin bertambah ketika dia baru saja merusak pertemuan dengan klien. Dia tahu di mata Alca apa yang dilakukannya terus saja salah. Jadi ini seperti nilai buruk yang tersemat di rapor miliknya.

“Cepat.” Kali ini Alca menoleh. Karena melihat tidak ada pergerakan sama sekali dari Ale.

Ale segera mengayunkan langkahnya mengejar Alca. Mereka segera ke mobil yang berada di tempat parkir. Alca memutuskan untuk mengantarkan Ale pulang. Mengingat kondisi Ale pucat,

“Lain kali jangan makan dulu sebelum bertemu klien.” Sambil menyetir Alca berbicara. Pria itu tidak menoleh sama sekali pada Ale. Pandangannya tetap fokus pada jalanan.

Ale menelan salivanya. Larangan itu pastinya ada hubungannya dengan dirinya yang muntah dulu. Tadi memang sebelum bertemu klien, mereka makan lebih dulu. Tidak menyangka ketika klien datang, Ale justru mual dan memilih ke toilet.

“Iya, Kak.” Ale mengiyakan apa yang dikatakan oleh Alca.

Alca hanya melirik istri sepupunya yang sebentar lagi akan menjadi istrinya itu.

Mobil terus melaju. Ale melihat jika arah mobil yang melaju adalah ke rumahnya. Tentu saja itu membuatnya bertanya-tanya dalam hati, ‘kenapa Kak Alca membawa aku ke rumah?’

Mobil sampai di rumah kediaman milik Dima yang ditempati oleh Ale. Alca memarkirkan mobilnya di tempat parkir, tetapi tanpa mematikan mesin mobilnya.

“Istirahatlah, agar besok kamu bisa bekerja.” Alca sengaja mengantarkan Ale ke rumah. Jika dipaksakan ke kantor, yang ada wanita itu bisa pingsan.

Akhirnya Ale tahu alasan Alca mengantarkannya pulang. “Terima kasih, Kak. Aku akan berusaha kejadian kemarin tidak akan terulang kembali.” Ale sadar jika kesalahan hari ini terlampau keterlaluan.

“Memang seharusnya kamu tidak ulang lagi.” Alca menjawab dengan nada penuh sindiran.

Sindiran semacam ini memang sudah biasa diterima Ale. Jadi makin lama, dia makin kuat. Dia seolah sudah kehilangan sosok Alca yang ramah sewaktu suaminya masih ada.

“Aku masuk dulu, Kak.” Ale turun dari mobil.

Tak ada jawaban dari Alca. Pria itu memilih diam saja. Saat Ale keluar, dia langsung melajukan kembali mobilnya.

Ale masih berdiri sambil melihat mobil Alca hilang dari pandangan. Helaan napas terasa berat ketika melihat Alca dengan sikapnya.

“Sabar, Sayang. Uncle Alca hanya sedang kesal saja.” Ale membelai lembut perutnya. Menenangkan anaknya di dalam kandungan.

***

Ale mengayunkan langkahnya kembali ke kamar. Merebahkan kembali tubuhnya di atas tempat tidur. Ale merasa begitu lelah sekali. Karena sudah sejak dinyatakan hamil, dia selalu tersiksa dengan mual. Tak ada teman di rumah, yang membuat Ale harus berjuang sendiri. Terkadang Ale rindu pada Dima di saat-saat seperti ini. Andai ada suaminya itu, tentu saja akan ada yang membantunya.

Merasa begitu lemas, Ale memutuskan untuk memejamkan matanya sebentar. Setelah ini nanti dia akan segera bersiap untuk berangkat bekerja.

Ale tidur begitu nyenyak. Hingga tidak menyadari jika waktu bergulir dengan cepatnya. Suara ketukan pintu, membuat Ale yang masih tidur, segera membuka matanya. Dilihatnya jam dinding yang berada di dinding kamarnya. Alangkah terkejutnya ketika melihat waktu menunjukan jam sembilan pagi.

“Non Ale.” Suara Bi Jani terdengar dari balik pintu.

Ale seketika panik. Harusnya dia tidur tiga puluh menit saja, bukan tiga jam. Dengan segera Ale bangun. Hal pertama yang dilakukan Ale adalah membuka pintu dulu. Ada hal yang ingin ditanyakannya pada asisten rumah tangganya.

“Bi, apa tadi Kak Alca sudah datang?” Saat pintu terbuka, Ale segera melemparkan pertanyaan itu.

“Den Alca tadi ke sini. Lalu saat Non Ale tidak kunjung keluar dari kamar, akhirnya dia pergi.”

Mendengar cerita dari asisten rumah tangga tersebut, Ale merasa kesal. Dia merutuki kesalahannya yang ketiduran dan alhasil dia tidak bisa ke kantor. Namun, nasi sudah jadi bubur. Percuma untuk disesali. Karena Alca pasti sudah kesal.

“Bibi kenapa ketuk pintu?” Ale menatap asisten rumah tangganya itu.

“Non Ale belum sarapan. Bibi mau membangunkan agar bisa sarapan. Kasihan si kecil di perut pasti lapar.”

Ale mengalihkan pandangan para perutnya yang mulai membuncit itu. Ada perasaan menghangat ketika masih ada orang-orang yang memerhatikannya. Salah satunya adalah asisten rumah tangganya. Sejak suaminya meninggal, dia memang tinggal dengan asisten rumah tangganya itu.

“Aku akan makan, Bi.” Ale tersenyum.

“Baiklah, saya permisi dulu.”

Setelah asisten rumah tangga pergi, akhirnya Ale menutup pintu. Ada hal penting yang ingin dilakukannya. Apalagi jika bukan menghubungi Alca. Dia harus memberitahu jika tadi dia ketiduran. Jadi dia tidak bisa ke kantor.

Ale mencoba menghubungi Alca. Sayangnya, sambungan telepon tersebut tidak direspon. Ale pun memilih untuk menghubungi Alca lewat sambungan telepon kantor. Berharap Alca mau menerima sambungan telepon tersebut.

“Halo, selamat siang dengan Janitra Grup.” Suara resepsionis di seberang sana terdengar.

“Saya Alegra Cecilia, sekretaris CEO. Bisa minta sambungkan ke ruang CEO langsung?” Ale memberitahu resepsionis di kantornya.

“Baik, Bu Ale, saya akan sambungkan.”

Ale menunggu sesaat. Sesaat kemudian barulah sambungan telepon tersebut tersambung.

“Halo.” Suara dingin terdengar di seberang sana.

“Selamat pagi, Pak. Saya Alegra.” Ale mulai bicara.

“Ada apa?” tanya Alca ketus.

Mendengar suara ketus dari Alca tentu saja membuat nyali Ale ciut. “Maaf, Pak, hari ini saya tidak bisa masuk kerja.” Ale memberanikan diri memberitahu atasan sekaligus calon suaminya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (10)
goodnovel comment avatar
Fatimah Chairan Chairani
jangan takut ale kamu kan punya dr suami yg dah meninggal...
goodnovel comment avatar
Devi Pramita
kok kesel sama alca yg kasar sama ale gk ngerti apa gimana yg dirasa sama ale
goodnovel comment avatar
siti yulianti
duh s uncle galak banget yakin nih bakal ketus terus sama Ale awas aja nanti klo bucin
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Istri Warisan CEO   Bab 360 S3 Warisan Terindah (TAMAT)

    Pembawa acara memanggil Alcander Janitra dan Alegra Cecilia pemilik Janitra Grup untuk memberikan sambutan pada para tamu undangan. Mereka memperkenalkan penerus dari Janitra Grup tersebut. Ada Dima Janitra berserta istri dan anaknya. Ada Arlo Alcander Janitra bersama sang istri.Semua orang akhirnya tahu jika Almeta adalah istri dari Arlo. Apalagi nama Almeta disebut dengan jelas oleh pembawa acara.Rafael yang melihat hal itu akhirnya pasrah. Dia sepertinya memang sudah harus merelakan Almeta untuk selamanya karena Almeta benar-benar sudah menjadi istri Arlo seutuhnya.Pesta begitu mewah sekali. Dihadiri oleh para tamu undangan yang didominasi oleh pengusaha-pengusaha kelas atas.“Mama senang melihat kalian sekarang sudah dekat.” Mama Ale tersenyum ketika melihat Almeta dan Arlo. Apalagi sejak tadi mereka berdua saling bergandengan tangan.“Doakan kami bisa seperti mama dan papa.” Arlo berharap jika pernikahan dengan Almeta akan berlangsung lama sampai kakek dan nenek seperti orang

  • Istri Warisan CEO   Bab 359 S3 Biar Semua Orang Tahu

    Rafael begitu terkejut ketika mendengar suara Arlo yang tiba-tiba terdengar.“Pak Arlo.” Rafael menyapa Arlo.Arlo hanya menatap sejenak pada Arlo, sebelum akhirnya kembali pada mama Rafael. “Anda bilang siapa yang mau dengan Meta?” tanya Arlo menatap mama Rafael. “Itu saya. Saya yang menerima Almeta untuk dijadikan istri.” Arlo menegaskan pada mama Rafael.“Ma, sudah.” Rafael menegur sang mama.“Oh ... jadi ini orang yang menerima wanita ini.” Mama Rafael tidak mendengarkan anaknya sama sekali. Masih terus menghina Almeta dan Arlo.“Iya, kenalkan saya Arlo Alcander Janitra, manajer Janitra Grup sekaligus putra pemilik Janitra Grup.” Arlo mengulurkan tangannya pada mama Rafael. Mama Rafael begitu terkejut mendengar ucapan Arlo. Dia langsung melihat ke arah Rafael.“Dia atasanmu?” tanya sang mama.“Iya, Ma. Dia atasanku.” Rafael membenarkan ucapan sang mama.Mama Rafael terkejut ketika ternyata Arlo adalah atasan Rafael. Dia juga tidak menyangka jika Almeta menikah dengan atasan

  • Istri Warisan CEO   Bab 358 S3 Jangan Jauh-Jauh

    Arlo membulatkan matanya ketika mendengar pertanyaan Almeta itu. Tidak menyangka Almeta bertanya seperti itu. “Kenapa kamu bertanya seperti itu?” tanya Arlo.“Kak Arlo suka aku yang berambut keriting seperti Kak Zila. Kak Arlo juga meminta aku memakai semua pakaian Kak Zila.” Almeta menjelaskan apa yang membuatnya berpikir seperti itu.Arlo akhirnya tahu apa yang membuat Almeta berpikir seperti itu.“Aku memintamu mengeriting rambut karena merasa kamu cantik saat dengan rambut bergelombang. Rambutmu lebih bervolume. Aku memintamu memakai baju Zila karena merasa sayang baju itu ada di lemari. Apalagi badanmu setipe dengan Zila. Jadi tidak ada salahnya ketika kamu memakai itu. Tidak bermaksud membuatmu menjadi Zila. Aku menyukaimu karena memang kamu bukan karena kamu mirip Zila.” Arlo mencoba menjelaskan pada Almeta. Perasaannya ada bukan karena Almeta yang mirip Zila, tetapi lebih karena memang dia adalah Almeta.Almeta menatap Arlo. Mencari kebohongan dari sorot matanya.“Jika kamu

  • Istri Warisan CEO   Bab 357 S3 Menciptakan Kak Zila

    “Kak Arlo bilang jika istri Kak Arlo yang sekarang memakaikan dasi?” Almeta langsung melemparkan pertanyaan itu saat masuk ke mobil.“Iya.” Dengan entengnya Arlo menjawab.“Kenapa Kak Arlo mengatakan hal itu?” Almeta masih tidak habis pikir. Kenapa suaminya mengatakan seperti itu.“Bukankah kamu sendiri yang bilang. Biarkan mereka tahu pelan-pelan. Aku sedang memberitahu pelan-pelan.” Arlo menyeringai. Dia memang sengaja mengatakan hal itu pada Rina-sang sekretaris karena tahu berita itu akan menyebar dengan cepat. Terbukti Almeta saja sudah dengar.Almeta hanya bisa pasrah ketika mengetahui alasan Arlo itu. Memang benar adanya jika orang perlahan harus tahu.Melihat Almeta yang sudah tidak melayangkan protes, Arlo segera melajukan mobilnya untuk segera pulang.Almeta menikmati perjalanan bersama sang suami. Namun, tiba-tiba saja Almeta teringat sesuatu.“Tadi Kak Rina bilang, Kak Arlo pesan bunga untuk istri, bunga apa?” tanya Almeta penasaran.“Lihat saja di rumah.” Arlo tidak mau m

  • Istri Warisan CEO   Bab 356 S3 Ayo Saling Mencintai

    Saat tautan bibir terlepas keduanya saling malu. Ini adalah kali pertama mereka berciuman sebagai suami dan istri.“Berapa bulan kita menikah?” tanya Arlo menatap sang istri.“Enam bulan.”“Dalam enam bulan baru ini aku menciummu.” Arlo tersenyum ketika menyadari berapa lama bertahan tanpa saling menyentuh.“Tapi, aku merasa seperti mengkhianati Kak Zila.” Almeta menundukkan kepalanya. Merasa bersalah sekali ketika baru saja melakukan ciuman.“Zila justru senang jika kita mulai membuka hati.” Arlo meyakinkan Almeta.Almeta membenarkan ucapan Arlo. Memang bisa jadi kakaknya justru senang ketika melihat dirinya dan Arlo bisa membuka hati.“Bersiaplah, kita makan malam di luar.” Arlo membelai lembut wajah Almeta.“Baiklah.” Almeta mengangguk. Dia segera berlalu keluar dari kamar Arlo. Menuju ke kamarnya.Almeta yang menutup pintu merasakan debaran yang begitu kencang di dadanya. Bayangan baru saja berciuman dengan Arlo pun menghiasi pikirannya.“Aku benar-benar jatuh cinta pada Kak Arlo

  • Istri Warisan CEO   Bab 355 S3 Masuk Ke Dalam Hatimu

    “Dasi Kak Arlo mana?” Almeta menadahkan tangannya.“Untuk apa?” tanya Arlo.“Sudah cepat mana?” Almeta terus memaksa.Arlo pun segera merogoh kantung celananya. Kemudian mengeluarkan dasi di dalam kantung celananya.Dengan segera Almeta langsung mengambil dasi yang berada di tangan Arlo. Kemudian melingkarkan ke leher Arlo.Apa yang dilakukan Almeta itu membuat Arlo terkejut.“Aku baru tahu jika Kak Arlo minta Kak Rina membuat simpul dasi. Kenapa tidak meminta padaku saja? Aku pikir selama ini Kak Arlo bisa melakukannya.” Almeta menegakkan kerah kemeja Arlo. Kemudian membuat simpul pada dasi itu.Arlo memandangi Almeta yang sedang sibuk membuat simpul. Karena dia lebih tinggi dibanding Almeta. Jadi dia tinggal menundukkan kepala saja ketika melihat Almeta. Entah debaran apa yang tiba-tiba dirasakannya itu. Dia bingung sendiri.“Aku memang tidak bisa memakai sendiri. Waktu sekolah mama yang memakaikan. Saat kuliah ada Zila. Sampai menikah pun Zila yang melakukannya.” Arlo berusaha tena

  • Istri Warisan CEO   Bab 354 S3 Apa Aku Cemburu?

    “Kalian mau ke mana?” tanya salah seorang karyawan senior.“Mau makan di kantin, Kak.” Almeta yang menjawab pertanyaan tersebut.“Kalian urungkan saja. Karena Pak Arlo mengajak kita semua untuk makan bersama. Jadi kalian ikut saja bersama untuk makan di restoran.” Karyawan senior itu memberitahu dengan penuh semangat.“Wah ... lumayan, aku bisa berhemat.” Dani begitu semangat mendengar hal itu.Almeta dan Rafael saling pandang sejenak. Sampai akhirnya Almeta membuang muka.“Kalau begitu ayo.” Karyawan senior itu menarik tangan Almeta.“Ayo, Rafael.” Dani pun menarik tangan Rafael.Almeta dan Rafael tidak punya pilihan. Mereka pun ikut bersama yang lain.Almeta dan teman-temannya pergi ke restoran di dekat kantor. Selang beberapa saat barulah Arlo datang.“Terima kasih, Pak Arlo untuk traktirannya.” Salah satu karyawan menatap Arlo.“Kalian belum makan. Kenapa berterima kasih?” Arlo tersenyum. “Sudah ayo duduk dan pesanlah apa yang kalian inginkan.” Arlo menatap para karyawannya. Terma

  • Istri Warisan CEO   Bab 353 S3 Seperti Zila

    Keduanya dalam keadaan canggung sekali. Apalagi baru saja Arlo memeluk Fazila.“Maafkan aku.” Arlo benar merasa tidak enak.“Tidak apa-apa, Kak. Aku yang harusnya minta maaf karena memakai baju Kak Zila, jadi membuat Kak Arlo mengira aku Kak Zila.” Almeta sadar alasan apa yang membuat Arlo memeluknya.Arlo merasa lega karena Almeta tahu alasannya memeluk. “Jadi baju ini yang kamu pinjam?” Arlo langsung mengalihkan pembicaraan.“Iya, aku tidak punya baju kerja, jadi aku meminjam baju Kak Zila. Nanti jika aku gajian, aku akan membeli.” Almeta mencoba memberitahu.“Tidak perlu beli. Pakai saja baju kakakmu. Lagi pula juga sayang jika baju dibiarkan di lemari begitu saja.” Arlo merasa jika lebih baik baju Fazila dipakai Almeta, dibanding Almeta harus membeli.Almeta tidak menyangka jika Arlo akan justru mengizinkannya untuk memakai semua pakaian kakaknya.“Baiklah, nanti aku akan ambil pakaian seperlunya saja.” Almeta tidak mau aji mumpung. Karena itu di akan memakai pakaian seperlunya sa

  • Istri Warisan CEO   Bab 352 S3 -Memeluk

    “Dengan saudara Almeta Annora?” Seseorang dari sambungan telepon terdengar bertanya.“Iya, saya sendiri. Ini dari siapa?” Almeta penasaran dengan yang siap yang berada di sambungan tersebut.“Saya, bagian HRD dari Janitra Grup, ingin memberitahu jika Anda sudah diterima bekerja di Janitra Grup.”Mendengar kabar itu Almeta langsung berbinar. Dia benar-benar senang sekali akhirnya dapat kabar jika diterima bekerja.“Silakan datang besok untuk tanda tangan kontrak.”“Baik, saya akan datang.” Almeta benar-benar terkejut sekali. Akhirnya dapat diterima di Janitra. Dia benar-benar begitu senang sekali.Akhirnya sambungan telepon mati juga. Dia langsung bersorak senang ketika akhirnya di terima di Janitra Grup.Seharian Almeta mempersiapkan diri untuk besok datang ke Janitra. Dia memilih-milih baju kerja untuk dipakai besok. Almeta baru menyadari jika dia tidak punya banyak baju ker

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status