Home / Rumah Tangga / Istri Warisan Sahabat / 89. Malam Menegangkan

Share

89. Malam Menegangkan

Author: pramudining
last update Last Updated: 2025-05-15 16:47:52

Happy Reading

*****

"Mas," panggil Pak Mat mencoba menyadarkan lamunan panjang Haidar.

Beberapa menit terdiam, Haidar mulai bisa mencerna saran sang sopir.

"Astagfirullah. Bener juga, Pak." Haidar menepuk keningnya sendiri. Akibat terlalu panik, dia melupakan hal yang jauh lebih penting.

"Coba di telepon dulu, Mas. Nanti gimana-gimananya biar tahu. Kalau memang harus ke rumah sakit, ya, saya siapkan kendaraannya." Pak Mat menunggu Haidar yang mengambil ponsel.

Dari tempat Pak Mat berdiri, dia melihat Haidar yang mengangguk-anggukkan kepala dengan ponsel menempel pada telinga kiri. Tak begitu jelas apa yang dibicarakan majikannya sekarang.

Selesai dengan percakapannya, Haidar menghampiri lelaki paruh baya itu.

"Pak, njenengan siap-siap, nggeh. Sewaktu-waktu, saya akan minta bantuannya. Untuk sementara, saya akan menangani Aliyah sesuai arahan dokter," ucap Haidar.

"Nggeh, Mas. Saya siap. Gimana katanya dokter, Mas?" tanya Pak Mat. Lelaki paruh baya tersebut juga penasaran dengan sa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Istri Warisan Sahabat   89. Malam Menegangkan

    Happy Reading*****"Mas," panggil Pak Mat mencoba menyadarkan lamunan panjang Haidar. Beberapa menit terdiam, Haidar mulai bisa mencerna saran sang sopir."Astagfirullah. Bener juga, Pak." Haidar menepuk keningnya sendiri. Akibat terlalu panik, dia melupakan hal yang jauh lebih penting. "Coba di telepon dulu, Mas. Nanti gimana-gimananya biar tahu. Kalau memang harus ke rumah sakit, ya, saya siapkan kendaraannya." Pak Mat menunggu Haidar yang mengambil ponsel. Dari tempat Pak Mat berdiri, dia melihat Haidar yang mengangguk-anggukkan kepala dengan ponsel menempel pada telinga kiri. Tak begitu jelas apa yang dibicarakan majikannya sekarang. Selesai dengan percakapannya, Haidar menghampiri lelaki paruh baya itu."Pak, njenengan siap-siap, nggeh. Sewaktu-waktu, saya akan minta bantuannya. Untuk sementara, saya akan menangani Aliyah sesuai arahan dokter," ucap Haidar."Nggeh, Mas. Saya siap. Gimana katanya dokter, Mas?" tanya Pak Mat. Lelaki paruh baya tersebut juga penasaran dengan sa

  • Istri Warisan Sahabat   88. Demam

    Happy Reading*****Aliyah cuma bisa menjawab perkataan sang suami dengan memasang wajah kecewa. Sadar diri jika perempuan itu memang sudah sanggat sering melanggar janjinya. "Mas, kali ini aku nggak akan bohong. Aku benar-benar cuma pengen ketemu Mbak Azza dan cerita-cerita saja." Aliyah menarik-narik ujung kemeja yang digunakan sang suami supaya lelaki itu mau mengabulkan permintaannya."Enggak, Sayang. Sekali, Mas ngomong enggak, ya, enggak," kata Haidar. Walau suaranya tak sekeras tadi, tetapi mampu membuat bibir sang istri mengerucut."Mas, nggak kasihan sama aku? Udah nggak sayang lagi, ya." Perempuan yang telah dihalalkan Haidar itu memasang wajah sedih."Justru karena Mas sangat sayang, makanya melarangmu untuk menemuinya. Ayolah, Sayang. Mas, melarang semua ini, demi kebaikanmu juga." Haidar mencoba membujuk sang istri dengan mengelus puncak kepala perempuan tersebut."Mas tahu kan kalau aku nggak pernah punya saudara perempuan. Jadi, ketika aku bertemu dengan Mbak Azza, aku

  • Istri Warisan Sahabat   87. Proses Panjang Pengobatan

    Happy Reading******Hari-hari yang dilalui Haidar dan Aliyah, hanya berkutat antara rumah dan rumah sakit. Walau cukup melelahkan, tetapi perempuan itu tetap menjalani pengobatannya demi melegakan hati sang suami.Sebulan berlalu, pengobatan Aliyah sudah mulai dijalankan. Obat-obatan terapi mulai masuk ke tubuhnya. Dia pun sudah mulai merasakan efek dari terapi yang dijalaninya. Ruam-ruam mulai tampak, kulitnya sedikit mengering, walau belum parah. Seringkali, ketika Aliyah mengecek kesehatan, tensinya ikut naik.Minggu pertama menjalani terapi, tubuh Aliyah sedikit melemah. Terapi yang diberikan, walaupun tak memiliki efek sekeras kemoterapi. Namun, masih sangat berimbas pada kesehatan tubuh lainnya. Sampai saat ini efek itu masih terasa pada Aliyah.Rencana, minggu ini Aliyah harus memeriksakan kembali kesehatannya. Hal itu harus rutin Aliyah lakukan agar sang dokter mengetahui seberapa besar manfaat dan efektifitas terapi yang dijalankan. Pastinya, semua akan memerlukan kesabaran

  • Istri Warisan Sahabat   86. Proses Pengobatan

    Cepat, Aliyah menggelengkan kepalanya. "Mas, nggak salah apa-apa, kok. Air mata ini adalah air mata kebahagiaan. Aku nggak pernah nyangka bisa dicintai oleh lelaki seperti njenengan, Mas." Perempuan itu tanpa sungkan mendaratkan kecupan di pipi Haidar.Lelaki di hadapan Aliyah tersebut sampai membulatkan mata saking terkejutnya dengan tingkah sang istri. Haidar pun membalas berkali-kali lipat apa yang dilakukan perempuan tersebut."Mas, ih. Berhenti, dong. Aku lapar," protes Aliyah karena sang suami belum mau melepaskan ciumannya. *****Rasa gugup melanda Aliyah ketika memasuki ruang observasi pengambilan sampel sel kanker pada dirinya. Hal itu dilakukan untuk mengetahui apakah kanker yang dideritanya memiliki target untuk menjadi fokus pengobatan terapi. Setelah mendapat penjelasan dan pengarahan sebelumnya dari sang dokter, Aliyah makin pesimis jika penyakitnya bisa disembuhkan.Semangat dari Haidar dan seluruh keluarganya tak mampu menghilangkan ketakutan Aliyah. Sepersekian pers

  • Istri Warisan Sahabat   85. Sangat Romantis

    Happy Reading*****Haidar cuma bisa menggelengkan kepala melihat tingkah sang istri yang terlihat sangat bahagia. Memang tidak salah lelaki itu membawa Aliyah ke tempat seperti itu."Sayang, tunggu. Cukup lari-larinya," peringat Haidar. Napas Aliyah mulai tersengal-sengal karena sedikit berlari dari halaman parkir tadi. Bibir yang tanpa polesan apa pun tampak memutih seiring wajahnya yang kian memucat. Haidar hampir saja mengeluarkan air matanya melihat kondisi sang istri."Sayang, Mas sudah bilang jangan lari. Lihat kondisimu sekarang." Gegas Haidar merengkuh tubuh Aliyah dan mendudukkannya pada kursi roda."Aku cuma pengen hidup normal seperti dulu, Mas. Nggak terganggu sama sekali dengan penyakit ini." Suara Aliyah mulai terbata-bata karena napasnya terputus-putus."Sabar, ya, Sayang. Suatu saat, kamu pasti bisa kembali seperti dulu.""Tapi, Mas."Tatapan sayu milik Aliyah membuat Haidar tak tega meneruskan keinginannya untuk makan di kafe. Niat semula yang ingin membahagiakan sa

  • Istri Warisan Sahabat   84. Mulai Nakal

    Happy reading*****Keesokan harinya, Haidar membawa sang istri bertemu dengan dokter yang sudah direkomendasikan oleh dokter Irma. Walau agak terkejut karena dokter yang menangani sang istri ternyata laki-laki. Namun, Haidar berusaha menepis semua pemikiran negatif agar pengobatan Aliyah berjalan lancar."Kapan kami bisa menjalani terapi pengobatan istri saya, Dok," tanya Haidar pada dokter setelah menyerahkan beberapa berkas rujukan yang diberikan oleh dokter Irma."Besok sudah bisa kita mulai, Pak. Mengingat kondisi pasien yang sudah siap menerima proses pengobatannya, tapi ingat Anda berdua harus sabar dan telaten pada pengobatan ini. Kami para dokter, bukanlah pesulap yang dengan mudah dapat menghilangkan penyakit istri Anda." Dokter muda itu tersenyum saat mengatakannya."Saya paham akan hal itu, Dok. Terima kasih sudah berkenan merawat istri saya." Haidar menjabat tangan sang dokter dan segera berpamitan. Aliyah sudah diperiksa dengan teliti oleh dokter muda tersebut.Perjalana

  • Istri Warisan Sahabat   83. Kukuh pada Permintaan

    Happy Reading*****"Aku lagi sakit, lho, Mas. Jadi, nggak akan bisa ngurus rumah dengan baik. Sekalipun rumah sederhana, wong jaga badan aja nggak mampu apalagi sampai menjaga rumah sebesar ini." kata Aliyah."Siapa yang nyuruh sayangnya Mas ini ngurus rumah sebesar ini? Tugasmu itu cuma berada di samping Mas, menjaga kesehatan dan semangat untuk sembuh. Enggak ada tugas lainnya," sahut Haidar disertai kerlingan mata. Jelas sekali jika lelaki itu begitu mencintai Aliyah.Perempuan yang sedang duduk di kursi roda tersebut mengerucutkan bibir. Aliyah berdiri dan mulai meninggalkan sang suami."Eh, mau ke mana?" Haidar panik dengan gerakan tiba-tiba yang dilakukan sang istri."Mau pipis, Mas. Masak iya mau ikut?" Senyum terkembang disertai kerlingan mata sama seperti yang dilakukan Haidar, saat Aliyah mengatakan hal tersebut."Kalau boleh, ya, mau." Haidar mengurungkan kalimat yang akan dia keluarkan selanjutnya karena melihat kedua indera penglihatan sang istri terbuka sempurna. "Kala

  • Istri Warisan Sahabat   82. Keberangkatan

    Happy reading****Sepeninggal Hazimah dan Yana, Aliyah masih terus berdebat hebat dengan sang suami mengenai permintaannya tersebut. Namun, Haidar terus berusaha menghindar dengan mengalihkan bahasan setiap kali istrinya mengungkit.Hari keberangkatan pengobatan telah tiba, meskipun harus diwarnai drama layaknya adegan sinetron dalam film nasional. Seluruh keluarga Haidar telah mendukung keputusan yang diambilnya bahwa selama pengobatan Aliyah berlangsung, mereka akan tinggal untuk sementara waktu di ibu kota propinsi Jawa Timur. Namun, Aliyah bersikeras meminta mereka berobat jalan saja.Alasan yang dikemukakan cukup mengejutkan bagi seluruh keluarga mereka. Aliyah takut terjadi apa-apa dengan Hazimah, belum lagi cuti yang diajukan oleh Haidar tidak mendapat persetujuan. Pada saat kesehatan Aliyah sendiri masih sangat mengkhawatirkan, perempuan itu masih sempat memikirkan kondisi Hazimah."Jika tinggal di sana selama tiga bulan Mas akan kehilangan pekerjaan. Jadi, kita berobat jala

  • Istri Warisan Sahabat   81. Ngeyel

    Happy Reading*****"Kenapa nggak bisa, Mbak? Aku ikhlas dan merestui kalian berdua. Jangan memikirkan tentang penyakitku ini. Jika kalian bahagia, maka aku akan lebih bahagia," sahut Aliyah berapi-api saat menjelaskan tentang perasaannya pada Hazimah."Aliyah!" bentak Haidar sekali lagi, "Harus berapa kali Mas ngomong dan menjelaskannya. Kamu enggak bisa seenaknya membuat keputusan dan memaksa orang lain untuk menuruti keinginanmu yang memang enggak sanggup kami melakukannya."Yana abergerak cepat dengan menyentuh lengan Haidar. Sorot matanya mengisyaratkan agar si lelaki tersebut tidak bertindak keras pada Aliyah yang dapat memicu beban pikiran."Kita lihat perkembanganmu nanti, Sayang," jawab Yana, "saat ini Azza nggak bisa menikah dengan siapa pun karena dia masih dalam masa iddah."Aliyah memutar bola mata, mulai berpikir dan menghitung waktu antara kematian Zafran sampai sekarang. Lalu, perempuan itu tersenyum ketika mendapati bahwa apa yang diucapkan Yana adalah suatu kebohonga

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status