Share

Ep 3

Fahri ke rumah orang tuanya, dia keluar mobil dengan lemah. Tapi bagaimanapun itu keputusannya dan pilihannya. Ia datang ke rumah orang tuanya untuk memberitahu kalau ia telah resmi keluar dari kepolisian.

“Assalamualaikum,” ucap fahri membuka pintu rumahnya saat ini.

“Walakumsalam,” sahut dua suara yang berbeda dari dalam.

Rumah orang tuanya juga besar tapi tidak terlalu mewah dengan rumah yang diberikan ayah mertuanya.

“Fahri kamu datang kesini sendiri? Mana istrimu?” ucap Papa dari Fahri.

“Tidak usah tanyakan soal dia Pa,” pungkas Fahri tidak suka, dia langsung berjalan masuk lebih dalam menuju ruang tengah. Di sana ada Mamanya yang duduk sambil menonton tv.

“Ma,..” ucap Fahri berjalan mendekati mamanya yang langsung menoleh melihat dirinya saat ini.

“Loh Shena mana Fahri?” tanya Wulan ibu dari Fahri.

“kenapa sih Papa sama mama nanyain dia?” ucap Fahri ketus dan mendudukkan dirinya di sofa single.

“Bagaimana Papa sama Mama tidak menanyakan tentang Shena, dia istri kamu”  tukas Sasongko saat masuk ke ruang tengah.

“Benar kata Papa, dia istri kamu. Jadi bagaimana kita tidak menanyakan soal Talita” ucap Wulan ikut menimpali suaminya.

“Bukannya Papa dan Mama sudah tahu kenapa aku ingi menikahinya. Jangan terlalu menganggap dia sebagai menantu” sergah Fahri tidak suka.

“Fahri, lupakan semuanya. Dia orang yang baik tidak mung..”

“Sudahlah Ma, tidak usah membela atau membicarakannya. Aku kesini bukan untuk membicarakan perempuan itu. Aku hanya ingin bilang, kalau aku sudah tidak menjadi polisi”

“Apa? Kenapa kau keluar dari polisi” orang tua Fahri tampak terkejut dengan itu.

“Aku akan bekerja di perusahaan keluarganya” pungkas Fahri memberitahu kedua orang tuanya.

“Kenapa kau mau bekerja di sana? Lebih baik menjadi polisi Fahri” pungkas Sasongko tidak terima jika anaknya harus keluar dari kepolisian.

“Mereka yang menawariku, kesempatan jangan di sia-siakan Pa” sinis Fahri dan langsung berdiri dari duduknya.

“Kalau begitu aku pergi dulu, hanya itu yang ingin ku bicarakan. Aku harap kalian menerima keputusanku itu” pungkas Fahri.

Dia langsung pergi dari hadapan kedua orang tuanya yang hanya bisa menghela nafas atas keputusan putra keduanya itu.

............

Talita sendiri saat ini sedang duduk di ayunan rumahnya, dia menunggu suaminya yang juga belum pulang. Bahkan telponnya saja tadi diabaikan. Ia duduk merenung seperti orang yang tengah memikirkan sesuatu.

Terdengar bunyi bel rumah yang terdengar nyaring memenuhi seluruh ruangan rumah besar tersebut. Tentu saja Lita mendengarnya, itu pasti suaminya yang sudah pulang. Dia akan menemuinya sekarang padahal baru tadi pagi dia melihat Fahri tapi sekarang sudah rindu.

Lita berlari menuju ruang tamu besar rumahnya bersiap membukakan pintu, tapi pintu yang tidak dikunci itu sudah terbuka menampakkan wajah David kakaknya dan Papanya Aryo. harapannya tadi langsung buyar, rasa kecewa yang ada.

“Kenapa kau kesini?” ucap Lita dengan ketus.

“Kakak dan Papamu datang bukannya kau sambut dengan baik tapi malah begini. suruh masuk atau duduk bisa”sinis David.

“Masuk,” singkat Lita.

Aryo dan David langsung masuk duduk di sofa ruang tamu itu.

“Bagaimana kabarmu?” ucap Aryo melihat sang putri yang duduk didepan mereka.

“Yang seperti Papa lihat sekarang aku bagaimana” ucap Lita.

“Dimana suamimu?” ucap David sambil melihat sekeliling dalam rumah yang tampak sepi.

“Dia masih Dinas, kenapa menanyakannya” ucap Lita.

“Dinas? Bukannya dia sudah keluar dari kepolisian” ucap David.

“Apa? Jangan asal ngomong kak” Lita tidak suka dengan ucapan David tersebut.

“Kakakmu tidak asal ngomong Lita, suamimu bilang sama Papa dia sudah keluar dan akan bergabung bersama kita di perusahaan”

Lita terdiam, dia benar-benar terkejut dengan ucapan Papa serta kakaknya yang mengatakan kalau Fahri sudah berhenti dari kepolisian. Tapi kenapa fahri tidak bilang padanya. Lalu dimana dia sekarang, kenapa jam segini belum pulang, batin Lita berubah menjadi gelisah memikirkan Fahri.

“Kenapa kamu diam, jangan bilang kamu  tidak tahu. Dia tidak bilang padamu, suami macam apa dia tidak bilang dengan istrinya. Kau sudah kubilang jangan menikah dengan orang yang kamu kenal tiga bulan, dia aneh menurutku” tegas David menatap adiknya itu.

“Bukan urusan kakak, urus saja adikmu yang pacaran tidak jelas” kesal Lita menatap David.

“Kenapa kalian malah bertengkar begini, David jangan asal bicara. Fahri orang yang baik” ucap Aryo menegur putra sulungnya.

“Lita, kau juga adikku mengerti.” Tukas David menekankan kata adikku.

“Tapi aku tidak pernah menganggap mu Kakak, bukankah dulu kau begitu padaku” pungkas Lita tajam.

David langsung terdiam, ia ingat dulu perlakuannya pada Lita saat mereka sama-sama masih kecil. Dulu dia tidak pernah menganggap Lita adiknya karena Shena anak dari selingkuhan Papanya..

“Kenapa diam? ingat apa yang kau lakukan padaku dulu” sergah Lita menatap kakaknya yang terdiam.

“Lita..Jangan seperti itu dengan kakakmu” tegur Aryo.

“Kenapa? Apa yang ku bicarakan salah. Kalau kau tidak selingkuh dulu, mungkin aku tidak akan terlahir, mending aku tidak terlahir daripada dibenci keluarga besar mu” Lita menatap Papanya.

“Kamu bisa menutup mulutmu, kenapa kau seakan marah pada papa?” ucap Aryo meninggikan suaranya.

“Bagaimana aku tidak marah, gara-gara dirimu aku dicap anak selingkuhan. Meskipun kau tutupi dari media manapun. Dan jika kau tidak ingin aku marah padamu bilang siapa ibuku”

“dia pergi meninggalkanmu, entah kemana sekarang dia. Tidak usah kau cari ibumu itu, dia bukan wanita baik-baik” pungkas David menggantikan Papanya yang bicara.

“Cihh, meninggalkanku atau kalian yang menyuruhnya bukan menyuruhnya saja, mungkin sudah kalian habisi” ucap Lita menatap sinis kedua orang didepannya.

“Talita,..” bentak Aryo berdiri dari duduknya hendak menampar Lita.

“Papa,.” David juga ikut berdiri menahan Papanya tersebut.

“Tenanglah Pa,.” Tambah David sambil melihat Lita yang tampak diam dan santai.

“Sebenarnya kalian kenapa sih kesini,?” Lita melipat kedua tangannya di dada.

“Kita kesini ingin bertamu saja ke rumahmu. Tapi malah begini, kalau begitu kita pulang saja Pa. Sepertinya Lita sedang ada pikiran” ucap david mengajak papanya pulang saja.

“Ya sudah silahkan,” ucap Lita enteng.

“Bilang pada suamimu, besok dia suruh ke kantor jika berniat bergabung dengan kita” ucap David pada adiknya itu.

“Papa tegaskan padamu Lita, jangan pernah cari Mamamu. Mengerti..” pungkas Aryo sebelum pergi.

“Dengarkan apa kata Papa dan kataku. Lupakan dia, Mamaku juga Mamamu mengerti dan dia sangat menyayangimu” ucap David sebelum pergi menyusul Aryo yang sudah pergi terlebih dahulu.

“Bukan urusanmu kalau aku mencari Mamaku” ucap Lita dengan cukup keras agar David yang berlari keluar mendengarnya.

Setelah kedua orang itu pergi Lita langsung menutup pintu rumahnya, dia berjalan masuk kedalam hendak ke kamarnya saat ini. Tapi kemudian bel pintu berbunyi lagi, membuat Lita langsung melangkah untuk membukakan pintunya lagi.

“Sayang kamu sudah pulang?” ucap Lita saat sudah membuka pintu melihat Fahri yang berdiri sempoyongan.

“jangan sentuh aku” Fahri langsung menepis tangan Lita yang akan memegangnya agar tidak sempoyongan.

Mata Lita langsung membulat,

“Sayang kamu kenapa? Kau mabuk” ucap Lita saat mencium bau alkohol dari mulut Fahri.

“Minggir,.” Fahri mendorong Lita membuat Lita terdorong kuat.

“Arkh..” rintih Lita saat perutnya membentur sofa.

“Sayang kamu kenapa sih, kenapa kamu kasar begini padaku” Lita mendekat lagi pada Fahri.

“Kau berisik sekali, bisa diam tidak.” Tegas Fahri berjalan meninggalkan Lita yang mematung.

Lita mengejar Fahri yang akan terjatuh, ia menahan lengan suaminya itu agar tidak terjatuh.

“Kenapa kau minum sih sayang, dan kenapa kau bersikap seperti ini padaku” ucap Lita masih tidak mengerti dengan perubahan sikap Fahri padanya.

Fahri menatap tajam Lita, dia memelintir tangan Lita begitu kuat. Sehingga membuat Lita kesakitan.

“Arkkh, Arkhh sakit sayang” erang Lita kesakitan.

Fahri seakan tidak perduli, dia malah mendorong tubuh Lita membenturkannya pelan kedinding sambil terus memelintir tangan Lita.

“Dengarkan aku, aku membencimu. Dan aku jijik saat dirimu memanggilku sayang dengan mulutmu ini” Ucap Fahri membalikkan paksa tubuh Lita yang menahan sakit. Tidak puas dengan itu Fahri mencengkram kuat rahang Lita. Perempuan itu terus mengerang sakit dengan apa yang dilakukan Fahri saat ini.

“Sakit sayang..”rintihannya dan tak terasa air matanya menetes dengan apa yang dilakukan Fahri padanya.

“Aku salah apa padamu, kenapa sedari kita sah menjadi suami istri kemarin kamu bersikap kasar begini padaku” masih dengan menangis dia menatap suaminya yang tengah menatapnya marah.

“Kau pembunuh, aku membencimu. Sampai kapanpun aku membencimu” Fahri melampiaskan kekesalannya dengan memaki Lita berkali-kali dan dia mendorong perempuan itu kuat hingga terkantuk lantai dan dia langsung pergi begitu saja.

“Arkhh,.” Lita memegangi dahinya, tangannya memegang itu ia lihat sekilas telapak tangannya. Tangannya berdarah, dan itu berasal dari dahinya saat ini.

Lita menangis, dia merasa bingung dengan perkataan Fahri tadi apa maksudnya dia pembunuh, dan kenapa Fahri tadi menatapnya dengan penuh kebencian. Sungguh dia tidak mengerti dengan itu, sebenarnya apa salahnya disini.

°°°

T.B.C

“Apa? Kenapa kau keluar dari polisi” orang tua Fahri tampak terkejut dengan itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status