Rina melempar pandangannya ke arah sang ibu mertua yang sesekali memberikan tatapan sinis arahnya. Ia kali ini terpaksa melakukan beberapa pekerjaan rumah guna tidak di suruh pergi dari rumah ini.
Meski dulu ingin menjadi satu-satunya ratu di sana, tetapi Rina tak bisa melakukannya karena Mama Tami tidak bisa ditekan sama sekali. Berbeda dengan perkiraannya di awal."Lihat saja setelah ini, aku tidak akan mau lagi disuruh-suruh olehnya!" gerutu Rina saat menjemur baju di belakang rumah. Ia dulu tidak pernah melakukan pekerjaan tersebut karena semua di lakukan oleh Ibunya. Malang betul nasibnya kini. Semua memang di luar ekspektasi.Lelah dan letih kini dirasakan olehnya. Rina tidak boleh berdiam diri dan tidak melakukan apapun. Setelah mencuci pakaian, wanita itu terpaksa menggunakan telapak tangan halusnya untuk menyapu serta mengepel seluruh lantai di rumah ini. Barulah setelah selesai, ia diperbolehkan makan oleh sang ibu mertua."Nah, begitu,Pekat malam mulai menyelimuti. Melissa memilih untuk makan malam di kamarnya saja dan tidak memperdulikan Jimmy yang menunggu di meja makan.Bibi yang mengantarkan makanan ke kamar tamu sana hanya memberikan gelengan kepala pada Tuan Mudanya. Jimmy tidak jadi menikmati santap malam meskipun perutnya sudah keroncongan. Laki-laki itu kemudian kembali ke lantai atas dan mengambil jaket sambil mengenakan sneakers.Ia merasa sedikit pusing menghadapi sikap Melisa yang sepertinya enggan memaafkan dirimu. Tetapi tidak mengapa, Jimmy bisa memaklumi hal itu. Mungkin, ia memang sudah bertindak kelewatan dengan memaksa Meliaa untuk bercumbu.Langkah kakinya menuruni anak tangga dan menuju ke pintu kamar Melisa. Pria itu mengetuk, sambil mengatakan, "Aku akan memantau club malam milikku. Kamu baik-baik saja di rumah dan jangan keluar tanpa seijin ku." Setelah mengatakan hal itu, Jimmy setelah pergi dari depan pintu kamar tamu. Namun baru saja tiga
Langkah Jimmy tergesa-gesa kala menyusuri Lorong club malam ini. Segudang rencana permohonan maaf sudah berada di benak. Ia tinggal mengeksekusinya saja.“Hallo, Max. Aku menyuruhmu untuk ….” Jimmy bergegas memberikan instruksi pada salah satu anak buahnya yang berada di sana. Kala ia menuju ke tempat parkir,ponsel yang baru dimasukkan ke saku celana nya berdering Kembali.Kali ini, bukan Max. melainkan nomor rumah ya g sangat Jimmy hafal. Tanpa pikir Panjang, ia segera mengangkat panggilan telepon tersebut dan menempelkannya pada telinga kanan sambil berjalan.“Tuan, Nona Melisa berpamitan ingin keluar rumah,” beritahu sang pembantu.Jimmy menghentikan langkahnya. “Mau apa dia keluar rumah? Jangan biarkan dia kabur!” putusnya dengan possessive.“Tapi, Tuan. Dia katanya ingin membeli pembalut,” jawab sang bibi lagi merasa tak enak.“Itu hanya alasan Melisa saja. Pokoknya jangan biarkan dia pergi dari sana," ujarnya. Jimmy tak ingin Melisa kabur."Katakan padanya, aku akan membelikan!"
Karena tersulut emosi, Rehan lantas melayangkan satu tamparan keras ke arah pipi kanan istrinya.Plak!Wajah cantik Rina terhempas ke arah kiri. Sementara ponsel yang tidak sembunyikan di belakang kanan tubuhnya tadi seketika terjatuh dan diambil oleh Rehan. Bahkan pria itu tidak peduli saat dia meringis kesakitan dan menatap nanar serta amara yang sudah tidak dapat terbendung kembali."Kamu keterlaluan, Mas." Rina membentak dengan air mata yang terus bercucuran. Baru kali ini dia mendapat kekerasan dari sang suami selama mereka menjalin kasih setahun belakangan.Dulu, pria itu sangat lembut dan tidak pernah sekali pun berkata kasar kepadanya. Tetapi apa yang dirasakan Rina saat ini? Pria itu baru saja menunjukkan taring dan juga membuka topengnya.Rehan mendekat seolah ingin menantang sang istri. "Keterlaluan apa memangnya? Aku tidak suka kamu mencampuri urusanku, Rin! Kamu tidak berhak melarangku dalam hal apa pun!" bentaknya yang tidak
Mengenakan rok pliske hitam dan juga kemeja berwarna coklat muda, Melisa menenteng beberapa berkas yang berada di tangan kanan sambil memegang tali tas selempangnya.Lembata gadis manis itu terarah segar lurus dengan penggunaan tinggi yang berada di hadapan. Tidak pernah sekalipun terpikirkan akan menyambangi tempat ini.Melisa pikir, pernikahannya akan langgeng sampai akhir hayat. Tidak menyangka jika pernikahan perjodohan itu hanya bertahan 2 tahun lamanya.Bibirnya kening tanpa suara. Tetapi, ada kesedihan yang berusaha mendobrak agar air matanya jatuh membasuh lara. Lemah!Satu kata yang selalu tersemat padanya. Serunya dia bersyukur karena telah diceraikan oleh laki-laki brengsek purnama Rehan dan sekarang diadopsi om tampan, yang membuat semuanya menjadi lebih indah. Namun, ia hanyalah wanita pada umumnya yang menangis saat perpisahan terjadi. Satu hal yang lumrah, bukan?Gadis itu lantas menatap ke arah samping kiri, saat sesosok laki-laki sedang berjalan ke arahnya. Yang dike
Sudah lama rasanya Jimmy tidak menegangkan otot-otot. Dan pada akhirnya, ada samsak hidup ia bisa digunakan untuk melakukan kekesalan yang sudah ledak ledak. Pria itu tidak terima jika Melissa diperlakukan selayaknya barang yang tidak berharga. Atau pun dianggap sebagai bola yang dilempar ke sana ke sini tanpa tujuan yang jelas.Bugh! Bugh!"Ampun! Ampun! Aku hanya menyarankan istriku supaya kamu tidak bosan! Karena yang aku tahu, kamu laki-laki yang pastinya cepat bosan dengan 1 wanita!" ujar Rehan semakin menyulut api yang tengah berkobar."Meski pun aku cepat bosan, tetapi aku tidak akan mungkin menyentuh istri kedua mu yang sangat murahan itu. Kalau saja rasa cintaku tidak dalam terhadap Melisa, mungkin aku juga tidak akan sudi memperjuangkannya!"Bugh! Bugh!Wajah Rehan sudah memar di sana-sini karena pukulan yang bertubi-tubi. Begitupun dengan beberapa anggota badan sangat sakit, karena tendangan Jimmy yang tidak main-main.
Melisa hanya terdiam tanpa suara. Sesat syiah mengedarkan pandangannya, meneliti setiap wajah Jimmy yang benar benarr rakus mencium dan melumat bibir.Mulutnya ingin berteriak dan mengumpat karena pria itu bertindak semaunya sendiri. Tetapi, nyatanya reaksi tubuh Melisa meminta lebih. Hidung mungil dengan ruam merah yang memenuhi daerah di sekitarnya juga tidak membuat Jimmy menu dahi perbuatan tersebut. Setelah pria itu puas melakukan aksinya dan sedikit sadar, barulah Melisa mendorong dada bidang menggunakan kedua telapak tangannya."Ma-maaf, Mel. Aku ...." Jimmy samar-samar menatap tak wanita itu yang tampak mengelap sudut bibir.Melihat tatapan Jimmy yang penuh domba, gadis itu seketika menjadi ling lung. Kejadian beberapa detik yang lalu membuatnya tidak bisa berpikir jernih. Ada sesuatu dalam dirinya yang berusaha mendobrak supaya bibir Melisa menuntut lebih. Tetapi untuk menjaga image di depan Jimmy, ia harus tetap terdiam dan tidak bersuara.
Jimmy berteriak, dan sontak membuat semua orang terkejut pula. Pun dengan lampu yang langsung menyala terang. Genset rumah baru saja diaktifkan oleh security, Jimmy lantas berbalik badan kala panggilan Melisa menyerukan namanya."Om Jimmy, ini aku! Bukan Mbak Kunti!" Jimmy berbalik badan. Aduh, ia tengsin abis. Nampak kikuk menatap sang gadis muda yang begitu menggemaskan dalam balutan mukena. Meneguk ludah sesaat, Jimmy membawa langkahnya mendekat.Berkacak pinggang, lalu berkata, "lain kalau selesai beribadah, lepas mukenanya dan jangan pakai senter di bawah dagu! Kau hampir membuatku serangan jantung! Kalau jantungan, kau mau tanggung jawab, ha?" serunya tak suka.Jimmy berusaha mengenyahkan rasa tak enak dalam dada. Ia mendongakkan dagu, malu karena ketahuan lemah karena sosok kunti yang ditakutinya."Tapi, Om tidak jantungan kan?" goda Melisa sambil tertawa. Sejenak, ia membuang rasa kesal dalam dada sejak siang tadi. Tingkah lucu Jimmy kadang membuat amarahnya langsung saja terp
Jimmy selalu membatasi diri untuk tidak menyantap makanan manis terlalu banyak. Tetapi setelah hubungannya dengan Melisa membaik, pria itu tidak henti-hentinya menikmati kue yang selalu dibuat oleh Melisa.Gadis itu seolah-olah membuatnya tidak kuasa untuk melawan. Bahkan untuk menolak permintaan Melisa saja, ia tak kusa. Ah, belum menikah saja Jimmy sudah tunduk pada seorang wanita. Bagaimana kalau mereka sudah menikah nanti? Jimmy akan terus-terusan tidak berkutik atas permintaan Melisa yang pastinya akan nyeleneh."Ya, ya sudah. Aku ganti baju dulu kalo kita akan ke tempat gym," ujar Melisa yang ingin segera memutuskan pandangan pria itu. "Oke. Aku tunggu di depan," ujarnya. Jimmy tahu, Melisa pasti akan sangat lama berganti pakaian. Maka dari itu, ia memilih untuk menunggu di depan rumah saja sambil memanasi mobil.*Setelah 10 menit menunggu, pria itu kemudian terpaku pada arah pintu masuk. Anak matanya menangkap pemandangan yang be