Bab 35. Awal Mula Kehancuran Farah dan ArmanMatahari mulai bersinar membawa kedamaian. Memberikan kehangatan dan ketenangan bagi semua insan."Hallo, Sayang." Arman membukakan pintu mobil sang pujaan yang baru saja sampai."Hai, Sayang." Dengan gerakan manja, Farah mengulurkan tangannya ke arah Arman. Terlihat laki-laki itu mengecup singkat tangan lembut nan mulus kekasihnya. "Ayo," ajaknya. Digandengnya tangan Farah dengan sangat mesra, seolah-olah menunjukkan pada semua orang jika mereka adalah pasangan yang sempurna."Aku sangat merindukanmu.""Begitupun denganku, padahal baru semalam kita tidur terpisah," ujar Arman dengan tidak tahu malu. Padahal mereka pasangan belum halal."Kita olahraga pagi dulu. Bagaimana?' bisik Farah dengan sensual."Bukannya hari ini ada rapat?""Ini masih jam 8 pagi. Ayolah." Farah mengeluarkan sikap manjanya. Luluh sudah pertahanan Arman. Bukannya belok ke ruangan kerjanya, Arman malah masuk ke dalam ruangan Farah."Jangan lupa kunci pintunya, Sayang.
Bab 36. Sistem Keamanan"Dasar bodoh!" Hendra memaki Arman dan Farah. Saat ini ketiganya sudah berada di ruangan Hendra. "Apa yang kalian pikirkan.Hah?""Paman, maafkan aku," ujar Farah terisak pilu."Kalau sudah seperti ini kalian bisa apa? Kamu juga Arman, harusnya sebagai laki-laki kamu bisa menahan nafsumu.""Tapi Farah yang sudah menggoda saya, Paman." Arman membela diri, ia tak ingin disalahkan sendiri."Kalian berdua sama-sama bodoh.""Paman maafkan aku," rengek Farah."Sudahlah, untuk ke depannya kalian lebih wasapada lagi.""Baik, Paman," jawab Farah dan Arman secara bersamaan. "Paman, aku ingin kita melakukan sesuatu.""Sesuatu apa, Farah?!""Kita laporkan saja tindakan ini ke polisi, Paman. Ini kan sudah termasuk pencemaran nama baik dan juga melanggar kode etik privasi orang lain.""Kamu pikir polisi sebodoh itu? Kalian melakukan hal gila itu di ruangan kantor di jam kantor dan juga Arman__" Hendra menjeda ucapannya. "Kalau sampai kasus ini tembus ke polisi, kalian berdua
Bab 37. Perubahan Sikap di Lingkungan Kerja. [Jangan melupakan janji temu kita. Sore nanti saya jemput.]"Aduh!" Aisyah menepuk jidatnya. Saking sibuknya mengurus masalah Arman dan Farah, ia sampai melupakan janjinya dengan Rendra.[Kita mau ke mana?] Aisyah membalas pesan itu.[Bertemu dengan wanita yang mengejar-ngejar aku. Ingat misi kita.]"Ya Allah ... bagaimana ini?" Mendadak Aisyah menjadi panik, ia tidak mungkin tampil biasa saja. "Dia pasti menginginkan aku tampil beda, tapi ...'' Aisyah mengigit kukunya.[Jam berapa acaranya?][Jam 3 sore aku jemput.]"Tidak! Satu jam lagi dong. Aduh!" Aisyah langsung panik banget. "Aku belum nyalon, belum memilih baju, belum ... ahhh, aku tidak bisa prepare dalam waktu satu jam."[Dua jam ya. Aku perlu bersiap-siap dulu.] Aisyah mencoba bernegosiasi pada Rendra.[Tidak bisa. Satu jam lagi aku sudah sampai di kantormu.]"Astaghfirullah. Rani, ahh, iya, Rani." Aisyah setengah berlari keluar memanggil Rani."Ada apa, Bu. Kenapa Ibu panik sep
Bab 38. Vidio SkandalJam pulang kantor telah tiba. Semua karyawan telah pulang, tapi anehnya mereka tidak pulang ke rumah masing-masing melainkan berkumpul di depan pos satpam dengan tatapan yang sulit diartikan."Bu Meta, di luar ada apa rame-rame?" tanya Aisyah, melihat dari cctv."Saya tidak tahu, Bu.""Aduh ...," keluh Aisyah. "Apa ada gosip miring lagi tentang saya?" Wajahnya mulai terlihat cemas."Hmmm, baiknya Bu Aisyah tunggu di sini saja dulu. Biar saya pastikan ke depan." Meta memberikan usulan."Terima kasih, Bu Meta." Aisyah menghembuskan napas penuh kelegaan."Saya permisi dulu, Bu," pamit Meta keluar dari ruangan Aisyah.Di dalam ruangannya Aisyah terus memantau kerumunan orang-orang di luar. "Sampai kapan karyawan ini merubah sikap, supaya tidak mudah terprovokasi oleh gosip Ya Tuhan?" gumamnya mulai lelah melihat tingkah bawahnya yang mudah terbawa arus.****Farah dan Arman berjalan bergandengan tangan dengan sangat mesra, mereka memang terbiasa pulang terakhir. "Ma
Bab 39. Aisyah dan Pusaran KonspirasiMeta berjalan dengan anggun menuju ruangan Aisyah. Namun, langkahnya harus terhenti ketika Rani menodongnya."Jangan bilang itu ulahmu juga, Bu Meta?" "Memangnya kenapa? Toh mereka selama ini jahat menghasut karyawan di sini. Aku tidak berbuat curang ataupun menuduh tanpa bukti. Semua yang aku perlihatkan pada mereka adalah sesuatu yang benar adanya.""Tapi, Bu. Saya merasa bersalah, karena saya yang mengirimkan video itu pada mereka.""Kamu tenang saja. Saya yang akan bertanggungjawab semuanya, karena kamu mengirimkan video itu atas saran saja. Sudah ya, saya mau ke ruangan Bu Aisyah dulu."Meta berlalu dari hadapan Rani, tak lupa ia mengetuk pintu ruangan Aisyah. Saat sudah terdengar suara pemilik ruangan mengizinkan masuk, Meta segera masuk dan duduk di depan Aisyah."Ada apa? Sepertinya terjadi keributan lagi?" tanya Aisyah."Begitulah, Bu. Semua karyawan di sini sudah mengetahui semua kebusukan mereka," jawab Meta dengan santai."Bagaimana
Bab 40. Pemecatan dan Pengungkapan"Apa, Paman?! Bagaimana bisa?" teriak Farah di ujung telepon.'Paman juga tidak tahu. Kamu lihat sendiri saja di media sosial,' ujar Hendra. Ya, ia memberi tahu Farah tentang video yang tersebar luas."Dasar brengsek! Paman lakukan sesuatu. Makin ke sini, dia semakin berbuat semaunya."'Kamu yakin pelakunya Aisyah?'"Kalau bukan dia lalu siapa lagi? Yang tahu video itu cuma dia seorang, Paman."'Baiklah. Besok pagi kita bicarakan hal ini. Jika benar dia, paman akan melaporkan tindakan ini pada papanya.'"Aku tidak mau tahu. Pokonya aku mau wanita sialan itu dipecat!" Klik! Farah mematikan telepon itu secara sepihak. Dengan segera ia membuka link yang diberikan Hendra, dan ternyata benar saja video itu sudah viral di mana-mana dan mendapatkan ribuan like dan komen."Akhhhhhh ... ini benar-benar gila! Bagaimana mungkin dalam hitungan menit seviral ini?!" teriak Farah. Sungguh ia sangat malu. "Apa yang akan terjadi selanjutnya. Akhhhhhhh ...." Ia melem
Bab 41. Rencana Jahat Hendra"Akhirnya aku bisa mengambil keputusan besar ini. Terima kasih Ya Tuhan karena engkau sudah mempermudah segala jalannya," gumam Aisyah pelan. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi. Padahal hari masih pagi, tapi masalah sudah muncul tanpa permisi."Aku sangat yakin ada dalang di balik semua kejadian ini. Tapi siapa?" Ia mencoba memejamkan matany sebentar untuk menghilangkan penat. Namun, belum sempat terpejam di luar sudah terdengar suara keributan antara Rani dan seseorang. Karena penasaran akhirnya Aisyah membuka pintu ruangannya."Maafkan saya, Bu. Pak Hendra sedari tadi memaksa bertemu Ibu, padahal saya sudah menjelaskan baik-baik Ibu sedang tidak bisa diganggu," jelas Rani."Tidak apa, Rani. Itu bukan salahmu," jawab Aisyah. "Silakan masuk Pak Hendra, barangkali ada hal penting yang ingin Anda sampaikan kepada saya," lanjutnya sambil membuka pintu lebih lebar lagi. Dengan angkuh Hendra melanglang masuk begitu saja."Anda tidak bisa berbuat seenaknya, Bu A
Bab 42. Tunangan PalsuRupanya Bella tidak menyerah begitu saja meskipun ia sudah berkali-kali ditolak Rendra. "Aku tidak yakin dia memiliki kekasih, bahkan sudah bertunangan. Itu pasti hanya alibinya saja untuk menjauhiku," gumamnya sebelum turun dari mobil mewahnya."Selamat pagi, Nona. Maaf Anda tidak diperkenankan masuk ke dalam perusahaan ini lagi," sapa resepsionis dengan ramah, begitu melihat Bella mulai melangkahkan kaki menuju tempat di mana Rendra berada."Heh! Anda siapa berani-beraninya mengatur saya?" skak Bella dengan nada angkuh."Saya hanya menjalankan tugas, Nona. Jika ingin bertemu silakan tunggu di sana." Resepsionis itu kemudian melakukan tugasnya yang lain.Bella melihat sekelilingnya, ada dua bodyguard yang berjaga di sana."Sialan sekali. Awas yah kamu Rendra. Semakin kamu jual mahal, semakin aku gencar ingin memilikimu."Bosan. Itulah yang sekarang Bella rasakan, ia memainkan gawainya. "Kalau bukan karena Rendra, aku tak sudi menunggu seperti ini."Sedangkan di
Bab 59. Menjauh Dari KeagresifanSebelum selingkuhannya terbangun, Farah buru-buru mengemasi barang-barangnya, termasuk tas berisi berbagai macam, mulai dari uang sampai alat makeup. "Maaf ya om, aku pamit. Kali ini aku tidak memberi tahumu, maaf sekali lagi," ucap Farah pelan, ia menjaga agar Hamdan tidak terbangun.Farah angkat kaki dari rumah itu, meninggalkan Hamdan yang tengah pulas tertidur. Setelahnya, Farah memesan taksi online. Ia mendapatkan tumpangan usai menunggu selama lima menit. Hatinya terasa sangat bebas bisa keluar dari rumah Hamdan."Tidak tahu kenapa, aku mulai risih pada Hamdan yang mulai tampak mengekang. Seolah dia ingin memiliki aku seutuhnya, padahal aku masih punya suami," batin Farah. Dia menatap layar ponselnya dan melihat kontak bertuliskan 'papa Keysa' agar Arman tidak curiga."Selama ini aku jauh bermain gila dengan om Hamdan, apa sebaiknya aku lepaskan saja dia? Arman juga sudah lumayan hidupnya, aku mencintainya. Arman tampan, mengerti, dia menyayang
Bab 58. Posesif Farah berhasil pergi dari rumah dan bertujuan datang ke apartemen Hamdan."Aku rasa isi rekeningku mulai dikit, uang yang dari om Hamdan sudah terpakai untuk treatment ratusan juta kemarin, aku harus memintanya lagi kepada dia," kata Farah. Dia berdiri di pinggir jalan sembari menunggu taksi online yang sudah dipesan beberapa menit lalu."Aku tidak mau membawa mobil jika ke rumah om Hamdan, nanti dia tahu aku sudah hidup lumayan dan uang yang diberikan menjadi berkurang," lanjut Farah. Sebulan lalu Arman membeli mobil baru atas usaha restorannya yang berkembang pesat."Dengan ibu Farah, ya? Silakan naik Bu," ucap seorang lelaki.Farah merasa taksi pesanannya belum tiba di tempat, tetapi mengapa ada mobil yang menawarkan untuk naik."Siapa dia? Apa benar ini driver yang aku pesan? Tapi ..."Farah tidak ingin berlama-lama, sebelum ketahuan Arman saat lelaki itu lewat dari jalan yang sama. Farah segera naik ke mobil dan optimis itu benar-benar taksi online yang dipesan
Bab 57. Membuka UsahaMalam harinya. Sebelum tidur, Farah dan Arman bergelayut manja satu sama lain. "Kamu lucu deh sayang, dua hari ditinggal kamu semakin membuatku cinta," ujar Farah.Farah masih kian menunjukkan perubahan sikap manisnya di hadapan Arman, agar suaminya tidak curiga."Kamu juga semakin menggoda. Seksi, cantik. Dua hari meninggalkan rumah ternyata kamu benar-benar berubah lebih baik," puji Arman.Tidak berselang lama usai saling bercanda, tiba-tiba Arman terdiam. Diamnya lelaki itu membuat sang istri curiga."Apa jangan-jangan Arman mulai sadar aku sedang bermain cantik? Aku harus hati-hati," batin Farah."Kamu kenapa sayang? Tiba-tiba diam, seperti sedang kepikiran sesuatu. Kamu memikirkan ekonomi ya?" ucap Farah penuh selidik. Padahal, di dalam hati Farah khawatir suaminya membahas tentang dirinya."Iya sayang. Aku memikirkan itu."Farah memberi respons terkejut sambil berkata, "aku mana mungkin selingkuh, aku setia denganmu. Laki-laki kemarin bukan selingkuhan aku
Bab 56. Menutupi Kebusukan Diri Sendiri Keesokan paginya. Saat matahari baru terbit, waktu masih menunjukkan pukul enam pagi. "Sudah pagi dan aku harus kembali ke rumah," gumam Farah dalam hati.Farah meninggalkan apartemen Hamdan dan izin untuk pulang. Ia tidak berbicara langsung kepada lelaki selingkuhannya, tetapi menulis melalui sepucuk surat dan ditinggalkan di atas nakas. "Aku yakin om Hamdan akan membaca ini. Dia akan meraih ponselnya dulu dan otomatis membaca ini," batin Farah lagi.Dia meletakkan surat di bawah ponsel Hamdan.Farah memberikan kecupan terakhir sebelum meninggalkan Hamdan, lanjut merapikan barang-barangnya dan memilih pergi. "Aku pamit dulu ya om, sampai bertemu lain waktu," ucap Farah pelan sesaat sebelum meninggalkan Hamdan.Farah menarik napas dan berkata, "Aku harus memulai permainan manis ini." Ada rencana yang disiapkan Farah untuk Arman.***Di rumah Bu Ratna, Arman tampak uring-uringan. Wajahnya kusam dan lelah, semalaman Arman tidak tidur usai men
Bab 55. Penyesalan Datang di AkhirEmpat hari sudah berlalu. Berita kematian Aisyah terus muncul di publik, sampai ke televisi. "Berita ini muncul lagi," gumam Rina.Pak Hermawan adalah CEO, termasuk orang penting dan tender perusahaannya selalu masuk ke koran-koran juga ke berita. Sudah wajar kasus Aisyah masih terus berlanjut dan beritanya ada di mana-mana."Kamu kenapa terlihat begitu fokus? Wajahmu juga tegang, ada apa sih sebenarnya?" Ratna duduk di sebelah Rina dan mencari tahu rasa penasarannya.Di luar berita yang sampai ke telinga masyarakat, rupanya Ratna, ibunya Arman juga mengetahui. Rina selaku mantan ipar Aisyah juga update terus perkembangan kabar Aisyah yang muncul di layar ponselnya."Ternyata berita ini sudah resmi ditutup. Aisyah dipastikan meninggal dalam tragedi kecelakaan yang menimpanya," ucap Rina pelan. Matanya yang semula menatap ponsel, kini bertatap kosong. Rina menghela napas panjang. Tampaknya wanita itu tertegun dengan kabar tersebut."Sudahlah Rina, ki
Bab 54. Aisyah Tidak Jadi MatiMirna berjalan pelan dengan jantung berdebar-debar. Dia begitu yakin jika samar-samar pakaian pink yang dilihat dengan mata kepalanya sendiri adalah milik Aisyah. Untuk meyakinkan dugaannya, Mirna memanggil seseorang yang melintas dari lokasi tersebut. Mirna meminta tolong agar dibantu mengecek apakah ada manusia di dasar jurang yang dalam itu."Apakah bapak tidak keberatan jika saya meminta tolong turun ke bawah? Jika bapak tidak bisa ke sana, saya yang turun. Tapi tolong beri saya tali dan awasi perjalanan saya turun ke dasar jurang," ucap Mirna. Bapak tua yang sedang melintas guna mencari kayu bakar, merasa setuju dengan permintaan Mirna. Beliau dibayar oleh Mirna, paling tidak ada bayaran dari usahanya."Saya saja yang turun, Bu. Anda tampak lemas, saya khawatir anda akan terperosok ke dalam sana lalu sulit naik ke atas."Mendengar lelaki tua menawarkan diri, Mirna sigap setuju. Dia memantau dari atas dan harap cemas. "Semoga itu anakku dan masih
Bab 53. Sebuah Rencana Licik yang MenakutkanKeesokan harinya. Farah enggan bercakap dengan Arman yang sejak semalam terus diam. Bukan meredam suasana karena hampir ketahuan kebusukannya, justru Farah semakin acuh. Bahkan dia tidur di kamar semalam, seorang diri, lalu mengunci pintu dari dalam. Arman yang tidak bisa berbuat apa-apa hanya tampak pasrah. Dengan satu bantal guling dan selimut, lelaki yang kini akrab disapa suami oleh Farah memutuskan tidur di ruang televisi. Ratna juga tutup mulut. Sepatah kata pun tak keluar dari mulutnya melihat Arman diperlukan buruk oleh Farah. Sesekali Ratna teringat jika dulu saat masih menjadi suami Aisyah, Arman tidak sekalipun pernah mendapatkan perlakuan yang sama. Di dalam kamar, terlihat Farah sedang membuka kontak dan sibuk mencari nomor seseorang. Senyum miringnya muncul setelah menemui apa yang dia cari."Hallo, selamat malam, apa kabarmu?" ucap Farah melalui sambungan telepon. Seseorang di seberang juga menjawab sapaan Farah."Temui say
Bab 52. Farah Bermain GilaFarah tiba ke tempat janjian menggunakan taksi online. Wanita itu memakai masker hitam, kacamata hitam, lalu berjalan terburu-buru. Di sebuah halaman apartemen, berdiri seorang laki-laki yang sejak tadi celingukan ke sana kemari. "Selamat sore cantik," sapa lelaki paruh baya itu. Farah membalas sapaannya dengan kecupan di dada."Om sudah tidak sabar, apakah kita bisa lanjut ke dalam?" lanjut lelaki itu. Farah tanpa menolak langsung mempersilakan diri. Bahkan laki-laki paruh baya tersebut membopongnya dan mereka berdua tertawa kecil menikmati perbuatan kotor di dalam sana."Om Hamdan tidak ada berubahnya, ya. Masih tetap bugar dan tampan. Pastinya kamu semakin tajir melintir, ya, Om?" cecar Farah.Ya, laki-laki yang sedang bersama Farah saat ini adalah Hamdan, papanya Keysa. Patut saja ekspresi Farah amat terkejut saat mengetahui Hamdan menjadi salah satu tamu undangannya, rupanya lelaki itu memiliki hubungan dengannya."Kamu juga semakin hot, sayang. Cantik
Bab 51. Kesulitan Setelah Bulan MaduSetelah acara pesta di gedung, Farah meminta kepada Arman untuk lanjut ke hotel. Secara gaya hidup, Farah memang dibiasakan gaya hidup tinggi dengan setelan tinggi pula. Tidak heran jika setelah menikah mewah di gedung, Farah meminta langsung tidur di hotel dengan tarif yang tidak murah. Awalnya Arman sempat menolak, masih banyak pengeluaran yang harus mereka lakukan untuk momen berbulan madu nantinya. Namun, melihat Farah menekuk wajahnya sebagai tanda marah, Arman sudah takut. Dia enggan pernikahannya kandas padahal masih seumur jagung."Semua perlengkapan, termasuk pakaian, sudah aku siapkan di dalam mobil. Kamu tinggal membawaku saja ke hotel dan membayar semuanya. Kamu kan suamiku, sudah menjadi tugasmu, bukan?" ucap Farah yang kedengaran sangat menganggap ringan.Arman mengangguk menyetujui. Mereka berpindah tempat dari gedung menuju ke hotel mewah di sekitaran kota. Di dalam mobil, wajah Farah yang semula panik karena kasus video syur itu, k