Braak!Restu membanting pintu depan rumahnya dengan keras begitu dia tiba di rumah. Dia melampiaskan rasa kesalnya pada Dania yang membuat masalah dengannya lagi.Tentu saja suara keras di pintu depan rumah itu membuat Lisa dan juga Rina menjadi kaget. Mereka segera keluar dari ruang tengah untuk menyambut Restu.“Sayang, gimana hasilnya? Jadi dong manager keuangan sekarang,” sambut Lisa yang langsung menggandeng lengan Restu.“Gimana Res, semuanya lancarkan?” Rina ikut menyambut dengan riang.“Ah, lepasin!”Restu menghempaskan tangan Lisa, lalu dia segera menghempaskan bobot tubuhnya di sofa. Dia menarik napas dalam lalu mendongakkan kepalanya dan menyandarkannya di sandaran kursi.Restu mengendurkan dasi yang sedang mencekik lehernya itu. Dia menyugar rambutnya kasar yang tampak terlihat aneh di depan Rina dan Lisa. Dua wanita itu segera mendatangi Restu yang tampak sedang sangat frustasi itu.“Mas, kamu kenapa sih? Dateng-dateng kok kayak orang stres. Tadi semuanya lancarkan?” ta
Dania duduk melamun sambil mengaduk makanan di atas piring makannya pikirannya menerawang jauh ke depan mencoba menebak apa yang akan dilakukan oleh Restu hari ini.Dia ingin tahu keputusan apa yang diambil oleh Restu setelah mengetahui keputusannya kemarin. Dania merasa sedikit puas Setelah dia berhasil mempermalukan Restu seperti yang biasa pria itu melakukan kepadanya.Selamat pagi Bu Dania ucap Maya menyapa atasannya.Pagi May. Jadwal saya hari ini ngapain aja tanya Dania sambil melanjutkan lagi sarapannya.Siang ini akan ada rapat internal bersama dengan Pak Haris dan Pak Alex di kantor Bu. Rencananya akan membahas tentang rapat umum yang akan dilangsungkan sebentar lagi.Oke. Oh ya my, bisa nggak kamu selidiki Pak Hendra. Ya takut dia selama ini sudah berbuat curang tentang penerimaan karyawan di perusahaan kita pinta Dania sambil menoleh ke arah Maya yang berdiri di sampingnya.Maksudnya pak Hendra direktur HRD kita BuIya kemarin dia sendiri yang bilang kalau Mas Restu ma
“Jaga ucapan kalian!” Terdengar suara menggelegar dari arah belakang Restu yang membuat semua orang yang sedang berseteru itu tertuju pada orang tersebut. Seorang pria dengan mata elangnya yang sangat tajam, menatap ke arah Restu.Lisa kaget saat dia melihat ada pria muda nan tampan yang menjadi incaran semua orang, kini ada di hadapannya. Tidak ingin membuang waktu lagi, Lisa langsung mendekati Alex, untuk mendapatkan dukungan.“Pak Alex,” ucap Lisa yang mengenali sosok Alex.“Selamat pagi, Pak Alex,” sapa Maya sambil menganggukkan kepalanya memberi hormat pada wakil CEO Media Grup itu.“Itu siapa?” bisik Restu di dekat telinga Lisa.“CEO Media Grup,” jawab Lisa tanpa menoleh ke arah Restu.“Kebetulan banget Pak Alex ada di sini. Saya mau mengadukan pegawai kurang ajar itu, Pak.” Lisa langsung memanfaatkan suasana.Alex tidak menjawab ucapan Lisa. Dia melirik tajam ke arah Dania yang sepertinya tadi sedang bermasalah dengan wanita asing yang tiba-tiba mendekat padanya itu.Dania
“Siapa mereka?” tanya Alex dengan suara pelan tanpa memindahkan tatapan tajamnya pada Dania.Dania menoleh ke arah Alex. Dia tahu siapa orang yang sedang Alex maksud kan, tapi Dania berpura-pura tidak tahu. Hal ini karena Alex memang belum tahu kalau Restu adalah mantan suaminya.Alex menangkap sebuah keragu-raguan dalam raut wajah Dania. Dia mengangkat kedua alisnya bersamaan lalu memiringkan sedikit kepalanya seolah memberi sinyal pada Dania kalau wanita itu harus segera menjawab pertanyaannya tadi.Mereka cuma orang yang aku kenal dulu jawab Dania yang kemudian segera mengalihkan pandangannya lagi dari sorot mata menakutkan milik Alex.Siapa?Dania menoleh ke arah Alex, maksudnya siapa?Mereka kelihatan kenal cukup baik sama kamu. Siapa mereka?Dania menarik nafas panjang dia tidak tahu kenapa Alex tiba-tiba tertarik untuk mengetahui tentang bagian masa lalunya.Selama ini dia dan Alex hampir tidak pernah bicara tentang pribadi mereka masing-masing. Meskipun Haris menyuruh merek
Dania terbelalak saat mendengar apa yang dikatakan oleh Alex. Dia tidak menyangka pria itu akan dengan sangat entengnya, mengeluarkan kalimat sakral yang diinginkan oleh semua wanita dari pria yang mereka cintai.Namun sayangnya, Alex bukan pria yang Dania suka, jadi tidak ada yang special saat kata-kata itu meluncur dari mulut Alex.“Nikah? Kamu mau ngajakin aku nikah? Aku gak salah denger?” tanya Dania yang masih menganggap apa yang dikatakan oleh Alex tadi adalah sebuah permainan saja.“Enggak. Kamu gak salah denger.”Dania yang masih tidak percaya dengan Alex, akhirnya menggeser posisi duduknya dan menatap ke arah Alex. Dia ingin tahu apa sebenarnya yang menjadi alasan Alex hingga tiba-tiba pria itu mengajaknya menikah.“Apa rencana kamu? Pasti ini bukan sesuatu yang tanpa alasan kan?” tebak Dania yang sampai menyipitkan matanya penuh selidik.Alex tersenyum tipis, “Pinter juga kamu. Kamu gak perlu khawatir, ini akan menguntungkan buat kita.”“Menguntungkan?”“Iya. Kamu bisa g
Dania sedang rapat internal bersama dengan Haris dan Alex sambil makan siang bersama. Mereka memilih di sebuah hotel milik mereka yang tidak terlalu jauh kantor Mediatama, tempat rapat seharusnya berlangsung.Mereka membicarakan banyak hal. Di ulang tahun Media Grup kali ini, Haris berencana ingin mengundurkan diri dari perusahaan karena dia ingin beristirahat. Usianya yang sudah tidak lagi muda, sudah tidak mampu lagi jika harus menjalankan perusahaan. Dia ingin menyerahkan pada Alex dan Dania saja, dia akan memantau saja.“Jadi fix ya. Tahun ini akan difokuskan di Mediatama. Sekalian kita perkenalkan Dania jadi presdir Mediatama yang baru,” ucap Haris sambil menatap dua anak muda yang duduk di hadapannya.“Alex setuju aja. Yang pasti acara besok harus sukses.”Alex menoleh ke arah Dania, “Kamu harus kerjakan yang bener!” tegas Alex yang masih meragukan kemampuan Dania.Dania balas membalas tatapan Alex, “Iya, tahu! Gak usah di perjelas juga aku dah tau kok,” jawab Dania dengan ke
Mata Lisa tiba-tiba membulat lebar, “Eh, tunggu dulu! Jangan-jangan .....”“Apa? Jangan-jangan kenapa?” Restu ikut penasaran.“Mas, jangan-jangan si Dania itu simpenannya Pak Alex.”“Simpenannya Pak Alex? Kok bisa? Kayaknya gak mungkin deh. Lagian selama ini kan Dania itu gak pernah pergi ke mana-mana. Mana mungkin dia busa kenal orang kayak Pak Alex.” Restu meragukan ucapan Lisa.“Ih kamu ini ya, Mas. Kamu tau gak sih, sekarang itu banyak ceritanya orang jual diri tapi gak tau siapa yang beli. Nah, kayaknya si Dania ini nekat jual diri ke Pak Alex buat biaya hidup dia. Lagian kan dia masih perawan, pasti harganya mahal itu.”“Dania jual diri? Masa sih?”“Kamu inget gak waktu pertama kali kita ketemu sama dia. Liat deh, penampilannya waktu itu masih jelek kan? Tapi besoknya dia udah cantik dengan baju mahal. Pasti dia udah dapet duit banyak dari Pak Alex.”Restu menganggukkan kepalanya, “Masuk akal sih. Trus, kenapa dia bisa jadi presdir? Kalo cuma dikasih uang sih, masuk akal
“Apa-apaan ini!” geram Dania sambil melihat isi dari amplop itu yang kini sudah ada di atas meja kerjanya.Dania melihat satu persatu kertas yang dikirimkan oleh seseorang yang sangat dia percayai kalau orang itu pasti Restu. Wajah Dania menjadi lebih mengetat bahkan sesekali dia mengomel sendiri atas kelakuan kekanakan mantan suaminya itu.Entah apa yang hendak direncanakan oleh Restu, hingga pria itu tidak berhenti mengganggunya. Padahal dulu, pria itu sendiri yang menyuruhnya pergi dari kehidupannya.“Siang, Bu.” Maya masuk ke ruang kerja Dania.“Surat nikah? Milik siapa itu, Bu?” tanya Maya yang melihat sebuah gambar surat nikah tapi dia tidak bisa membaca tulisan yang ada di sana.Dania mengangkat wajahnya melihat ke arah Maya, “Restu mana? Apa dia mulai kerja?” Dania sudah tidak sudi lagi memanggil mantan suaminya itu dengan sopan.“Saya kurang tahu, Bu. Apa perlu saya cari tahu?”“Kurang ajar banget tu orang. Bisa-bisanya dia ngirim beginian. Maksudnya apa coba!” geram Dani