BAB 24 – KEMARAHAN ELANG.“Bagus sekali, Miya. Jadi ini yang kamu bilang tidak selingkuh di belakangku!?” tanyanya dengan pelan tapi penuh penekanan. Siapa yang tidak geram melihat istrinya melakukan hal menjijikkan di depan matanya sendiri.Miya kaget mendengar suara itu. Suara yang pelan, tapi sangat menusuk. Dia pun menengok dan tak menyangka kalau yang ada di hadapannya adalah Elang.“Mas Elang. Kok, Mas ada di sini?” tanya Miya dengan heran bercampur takut.“Justru aku yang harusnya tanya sama kamu, Miya. Kenapa kamu bisa ada di sini dengan penampilan seperti ini dan berduaan dengan pria lain?!” Elang memindai pria berkemeja merah marun dan celana jeans navi dengan cemburu yang sangat besar.Elang salah paham. Dia pikir Miya selingkuh padahal semua itu tidak benar. Dicky dan Miya berpegangan tangan tanpa sengaja. Ketika pelayan mengantar makanan, Dicky tiba-tiba saja mendorong hotplate steak yang seharusnya milik Olga ke arahnya, maka dari itu Miya refleks mencegahnya dengan me
BAB 25 – RENCANA JAHAT CINDY.Hati Miya saat ini benar-benar hancur. Tak menyangka semua itu akan terjadi pada dirinya. Padahal mereka baru saja berbaikan, kenapa Elang kembali salah paham padanya? Miya menatap Dicky dengan kesal. “Kenapa kamu bohong, Dik? Kenapa kamu malah semakin membuat Mas Elang salah paham sama kita?” Tak habis pikir dengan ucapan sepupunya itu.Dicky menunduk, dia tak berani menatap wajah Miya. “Maaf.” Hanya itu yang terucap dari bibirnya. “Kenapa kamu tega nglakuin ini ke Mbak? Kenapa, Dik?” cecar Miya. Dia terus meminta penjelasan dari pria itu.“Maafin aku, Mbak.” Sesal di wajah Dicky, tapi tak bisa dia tunjukkan. Dia terlalu malu untuk menatap wajah Miya hingga suara pun tak bisa didengar oleh orang lain.Berbeda dengan suara Dicky yang kecil, suara ibu-ibu pengunjung restoran justru memekakkan telinga. Menatap Miya dengan geram dan jijik.“Dasar tukang selingkuh. Emang, sih, cantik. Tapi sayang, hatinya buruk.”“Amit-amit punya menantu kayak gitu. Aku kal
BAB 26 – INI RENCANA MAMA?!Mereka berdua memandang kepergian Dicky yang berjalan dengan lemas. Segepok uang dalam amplop coklat yang jumlahnya sangat besar nyatanya tak melukis senyuman di wajah tampan milik pemuda yang berbakti pada ibunya tersebut. Dicky berjalan lunglai, memikirkan perbuatan yang baru saja dia lakukan.“Maafin aku, Mbak. Aku terpaksa melakukan ini demi ibu yang sedang sakit.” Ucapan Dicky penuh keraguan dan juga rasa bersalah yang sangat besar. Namun, dia tak bisa berbuat apapun selain menerima uang itu dan menemui ibunya yang butuh biaya banyak. Dicky pun pergi, meninggakan Olga dan Cindy yang tengah asyik merayakan kemenangan.Tak sama dengan Dicky, dua wanita itu asyik duduk sembari menikmati kopi mahal yang sudah dipesan. Dengan elegan, Cindy mengambil cangkir lalu menyesapnya perlahan."Nikmat sekali. Sama seperti nikmatnya hari ini," gumam Cindy. Membayangkan keadaan rumah tangga Miya dan Elang yang hancur berantakan, dia tersenyum penuh kemenangan.Olga ter
BAB 27 – TOLONG PERCAYA AKU!“Sampai kapanpun Mama nggak akan mau bantu kamu untuk baikan dengan Elang titik!” Olga mengulangi perkataannya dengan tegas agar Miya tahu kalau dirinya memang tak pernah suka pada Miya.Perkataan Olga berhasil membuat Miya semakin yakin kalau ini pasti rencana ibu mertuanya untuk memisahkan dirinya dengan Elang. “Jadi benar kalau semua ini sudah Mama rencanakan sebelumnya agar aku dan Mas Elang bertengkar?”cecar Miya lirih. Hati Miya remuk mengetahui ibu mertuanya masih menyimpan keinginan untuk mereka berdua berpisah.Apapun yang dikatakan oleh Miya, Olga tidak peduli, dia masuk ke rumah dan mengabaikan Miya. Apapun yang Miya pikirkan tentang dirinya tak akan menghalangi tindakannya untuk tetap melanjutkan rencana selanjutnya dengan Cindy.Tak mau menyerah, Miya menghalangi pintu. Dia bahkan berlutut di depan ibu mertuanya agar Olga mau membantu.“Ma. Aku mohon bantu aku. Tolong jelaskan pada Mas Elang kalau aku nggak salah. Aku bersedia berlutut di dep
BAB 28 – CLUB MALAM.Elang masih terdiam di tempatnya berdiri, menatap dengan bingung club' tersebut."Ayo, Lang, tunggu apa lagi," ajak Bagas sambil meraih bahu Elang."Tapi kita mau apa ke sini, Gas?" tanya Elang dengan bingung. Elang tak bodoh untuk tahu tempat apa ini.Sebuah tempat hiburan malam, yang menyajikan semua bentuk kesenangan duniawi. Minuman beralkohol, musik yang mengiringi orang-orang mabuk yang menari dalam kegilaan. Serta jangan lupakan, wanita penghibur yang siap untuk dipakai kapan saja. Cukup siapkan uang, dan semua kenikmatan duniawi yang sesat itu bisa kau rasakan."Ya untuk senang-senang saja, Lang. Ayolah, daripada mukamu kusut seperti itu sejak tadi," bujuk Bagas tak gentar."Nggak bisa, Gas. Aku nggak mau masuk ke sana. Aku nggak bisa mium alkohol. Haram hukumnya! Terlebih lagi di dalam sana pasti akan bercampur dengan lawan jenis, aku takut khilaf, Gas. Lebih baik aku pulang saja, ya?" pinta Elang berniat pergi."Heh, tunggu dulu, buru-buru banget sih kam
BAB 29 – VIDEO VIRAL!"Ma-maksud kamu apa, Cin?" Elang terkejut mendengar pertanyaan Cindy. Bagaimana perempuan ini bisa tahu kalau dia dan Miya sedang ada masalah?"Sebentar, Lang!" Cindy menatap Elang dengan wajah yang tampak begitu serius.Cindy lantas tampak merogoh sesuatu dari dalam tasnya. Wanita itu kemudian mengeluarkan ponselnya dari dalam sana. Elang masih mengernyit bingung dengan tanda tanya besar di kepalanya, saat Cindy tampak membuka aplikasi dan mencari sesuatu dengan menggulir layar ponselnya."Nih, kamu lihat sendiri, deh," ucap Cindy sambil menyodorkan layar ponselnya ke hadapan Elang.Mata Elang membola dengan raut wajah terkejut, saat melihat apa yang Cindy tunjukkan padanya. Tangannya bergetar menerima ponsel milik Cindy.Sebuah video yang menampilkan pertengkarannya dengan Miya tadi siang di restoran itu ada di aplikasi tik tok."Yang ada di video ini kamu sama istri kamu, 'kan, Lang? Video ini viral di tik tok sejak sore tadi, lho," jelas Cindy sambil mengambi
BAB 30 – PERJUANGAN MIYAElang mulai menjalankan mobilnya keluar dari pelataran club, tempat dimana dia memarkirkan mobilnya tadi. Setelah sebelumnya berpamitan pada teman-temannya yang masih asyik menikmati malam di sana.Dengan Cindy yang telah duduk dengan cantik di kursi penumpang tepat di sebelahnya. Baru saja mereka berjalan tak lebih dari setengah kilo meter, rintik gerimis mulai turun membasahi jalanan yang tak begitu ramai."Maaf ya, Lang, malah jadi ngerepotin kamu," ucap Cindy dengan senyum simpul di wajahnya. Dinginnya AC mobil membuat dirinya sedikit merapatkan tubuhnya."Nggak apa-apa, kok, Cin, santai aja," jawab Elang masih menatap lurus pada jalanan di hadapannya yang mulai basah.Mendung menghiasi langit malam yang membuatnya semakin pekat dan gelap. Hanya saja sesekali terlihat kilat bercahaya di langit dari kejauhan, diikuti suara guruh yang terdengar agak jauh.Elang menyalakan wiper untuk menyingkirkan titik-titik air pada kaca mobil yang menghalangi pandangannya
BAB 31 – GUNJINGAN TETANGGA."Kenapa kamu bisa bilang kalau Mama benci sama Miya, sampai-sampai untuk jalan bareng aja nggak mau?" tanya Elang lagi dengan rasa penasaran yang kuat.Runa tersentak, dia menyadari kesalahannya karena terlalu banyak bicara. Tidak mungkin dia menjelaskan mengapa Mamanya begitu membenci Miya sejak dulu. Apalagi sampai pada titik dimana sang Mama tidak Sudi untuk hanya sekedar jalan dengan Miya."Aa-aah itu ...," ucap Runa dengan gugup, bingung mencari alasan apa yang harus dia katakan pada kakaknya."Kenapa kamu bisa bilang begitu, Dek? Jelasin ke Mas sekarang!" ujar Elang dengan sedikit memaksa.Beruntung di saat yang bersamaan, Olga datang dari dapur dan berjalan ke arah mereka."Kalian berdua ini ada apa, sih? Pagi-pagi udah ribut aja kayak kucing sama tikus," ucap Olga pada kedua buah hatinya.Runa sedikit bernapas lega, karena kedatangan sang Mama tepat pada waktunya. Dia tak mau lama-lama berhadapan dengan Elang dan terus disudutkan dengan pertanyaan-