Share

Bab 26. Ibu Angkat Tangan.

Aku harus melakukan tindakan sebelum eyang pulang. Aku tak mau beliau menaruh curiga atas pernikahan kami.

Segera ku hubungi nomor eyang.

"Assalamualaikum, Eyang."

"Waalaikummussallam, ada apa, Bian?"

"Yang, Bian mau pamit pulang. Ada hal yang harus diurus di sana." Aku terpaksa berbohong.

"Sana pulang! Kamu memang tidak pernah betah di rumah eyang." Suara kakekku terdengar kesal.

"Bukan begitu, Eyang. Bian ada urusan mendadak yang harus diselesaikan sekarang. Nanti kalau sudah ada waktu luang kami ke sini lagi, Yang."

"Kamu selalu bilang begitu. Nanti kalau ke sini bawa cicit eyang sekalian."

Aku menelan ludah. Cicit? Bagaimana mau ngasih cicit kalau kami saja belum pernah memproduksinya.

"Doakan semoga cepat jadi cicit, Eyang. Bian pamit, Yang

"Doakan semoga cepat jadi cicit, Eyang. Bian pamit, Yang. Assalamualaikum."

Aku segera menutup sambungan telepon setelah eyang menjawab salam.

Segera kukemasi barang bawaan. Rencana mau liburan beberapa hari di sini terpaksa batal kare
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status