Share

Mimpi buruk

Ayudisha adalah seorang putri yang berasal dari keluarga sastrawan. Kakeknya adalah saudara dari mantan Raja terdahulu. Jadi dapat dikatakan Ayudisha adalah seorang bangsawan langsung dan keturunan Raja. Hanya saja keluarganya memang terkenal bersahaja dan sederhana. Jadi mereka terbiasa bersikap biasa saja, itulah yang membuat orang-orang merasa hormat dan menganggap keluarga mereka adalah keluarga bangsawan terbaik yang dimiliki kerajaan Malaka.

Ibu Ayudisha adalah seorang penyanyi dan penyair terkenal diusia muda. Keluarganya berasal dari seniman wayang diluar pulau. Hanya saja darah seni yang dimiliki oleh sang Ibu tak menurun pada diri Ayudisha.

Ayudisha adalah Putri satu-satunya yang mereka miliki. Walaupun ada seorang kakak, tapi kakaknya adalah pedagang yang berlayar keluar pulau dan mereka jarang bertemu dengan kakaknya. Jadi hanya Ayudisha anak mereka yang ada di rumah. Hal itu membuat Ayudisha dimanjakan ketitik yang ekstrim.

Tempramen Ayudisha sangat angkuh dan manja. Ia terbiasa diperlakukan baik dan lembut, itulah kenapa ia sangat nyaman saat bersama Tanjung. Tanjung adalah sastrawan yang pandai membuat syair dan puisi yang melelehkan hati. Kemampuan itu hampir mirip dengan kemampuan yang dimiliki ibunya.

Dalam waktu singkat Ayudisha menjadi terlena dan jatuh cinta. Akan tetapi perjanjian pernikahan telah dilakukan sejak ia masih kecil. Ia akan dinikahkan dengan seorang laki-laki bernama Bayan. Laki-laki itu terkenal bengis, kasar dan tak punya tata Krama. Itu membuat Ayudisha merasa dia tak pantas mendampingi nya dimasa depan. Itulah alasan ia menolak dengan keras perjodohan itu, dan memilih Tanjung sebagai pendampingnya di masa depan.

Tapi siapa yang menyangka bahwa itu adalah pilihan yang salah. Ia menderita begitu banyak dan orang tuanya harus menanggung malu karena hal itu. Ayudisha terus melafalkan kata maaf didalam hatinya untuk orang tua yang telah ia sakiti hatinya.

Sekarang ia akan menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya. Ia berharap keputusan ini adalah keputusan terbaik yang bisa ia lakukan dalam hidup ini, sambil berharap orang tuanya akan bahagia dengan keputusan yang mereka ambil untuk anak mereka.

Ayudisha duduk ditempat tidur miliknya. Tempat itu begitu hangat dengan batubata yang solid dan kokoh. Apalagi ditambah dengan kain hangat serta penerangan yang cukup.

Air mata Ayudisha perlahan jatuh, tempat ini begitu nyaman dan hangat. Tapi ia meninggalkan semua ini hanya untuk laki-laki yang akan meninggalkan nya disebuah tanah dingin dengan beralaskan bambu. Itu membuat Ayudisha merasa ia sangat bodoh. Ia harusnya sadar bahwa terkadang cinta bukan segalanya. Kenyamanan adalah hal yang utama.

Keluarganya telah memanjakannya dengan semua hal yang mereka punya. Tapi ia terlalu keras kepala dan memilih untuk membuat dirinya berakhir dengan buruk.

Ayudisha tidur dengan pakaian bersih dan diselimuti dengan kain hangat. Ia juga beralaskan tempat tidur kapuk yang sangat nyaman. Perlahan Ayudisha mulai tertidur dengan rasa lelah yang menumpuk. Ia berharap hari ini adalah sebuah kenyataan bukan sebuah mimpi. 

Saat Ayudisha tertidur lelap, ia tak tau bahwa takdir telah berubah sepenuhnya. Ia sudah mengambil jalan yang berbeda dari kehidupan sebelumnya dan akan menjalani kehidupan baru yang penuh dengan ketidakpastian.

Takdir yang berjalan selalu ada ditangan Tuhan tapi manusia selalu memiliki kuasa untuk memilih jalan mana yang akan mereka ambil.

Saat kabut menyelimuti malam, Ayudisha bergelut dengan mimpi buruk yang merasuk dalam jiwanya. Ia mengingat semua rasa sakit dan penghinaan yang ia rasakan di masa lalu. Betapa buruk pandangan orang untuknya dan betapa menyedihkannya hubungan keluarga antara Ayudisha dengan oran tuanya.

Perlahan rasa sakit mengambil alis kesadarannya dan tanpa sadar Ayudisha menangis dalam tidurnya. Keputusasaan itu terasa begitu nyata dan menusuk. Hal itu terasa begitu lama dan tak ada habisnya.

Setelah ia membuka mata, Ayudisha langsung melotot takut dan perlahan menangis lagi. Tapi ruangan rapi dengan kehangatan yang cukup membuat ia tersadar bahwa semuanya hanyalah mimpi. Ia telah kembali dari mimpi buruk yang itu dan berhasil memulai hidup yang baru dengan cara yang lebih baik. 

Sebentar lagi ia akan menikah dengan orang yang disebut sebagai panglima perang paling kuat di Malaka.

Ayudisha bangun dan mencari air untuk diminum. Ia keluar dan berjalan menuju dapur. Sekarang sudah tengah malam dan rumah besar itu menjadi begitu sepi. Hanya beberapa penjaga yang berjalan di luar dan melakukan patroli. 

Saat Ayudisha mengambil teko yang terbuat dari tanah liat dan mengambil gelas, ada suara di.belakangnya.

"Kenapa kamu belum tidur?"

Suara itu terdengar lembut dan halus, hingga membuat Ayudisha langsung mengenali siapa itu. Ya, itu adalah suara sang Ibu. Wanita yang paling Ayudisha rindukan. Wanita yang memanjakannya dengan segala hal yang ia punya.

"Bu?"

Wanita itu langsung mendekat dan membelai rambut Ayudisha dengan sayang.

"Apa yang kamu lakukan di luar, kenapa belum tidur? Ini sudah tengah malam."

Ayudisha menunduk karena malu. "Aku baru saja mimpi buruk." Ucapnya jujur.

Mendengar hal itu, sang Ibu langsung kaget. Ia tak pernah menyangka putrinya yang manja akan berani keluar kamar dan pergi ke dapur setelah mimpi buruk. Ia ingat, Ayudisha akan selalu berlari ke kamar orang tuanya dan menceritakan tentang mimpi buruknya sambil menangis. Lalu mereka bertiga akan tidur bersama sambil menenangkan Ayudisha bahwa itu hanyalah mimpi.

Minah langsung tersenyum. "Kamu sudah dewasa."

"...?"

"Dulu kamu sangat penakut dan tak segan berlari ke kamar jika bermimpi buruk. Tapi sekarang kamu justru pergi ke dapur dan mencari air untuk minum dan menenangkan diri. Ibu dan Ayah merasa cemas sepanjang hari karena takut kamu tak terbiasa menikah dengan seorang prajurit. Tapi hari ini kami merasa bahwa keputusan untuk menikahkan mu dengan Bayan adalah keputusan yang benar. Ibu yakin kamu akan menjadi istri yang baik di masa depan."

Ayudisha langsung terdiam, ia tak menyangka Ibu dan Ayahnya begitu optimis dengan semua keputusan yang ada. Mereka sangat percaya dengan sikap dan masa depan Ayudisha. Tapi siapa yang menyangka bahwa di kehidupan sebelumnya ia justru mengecewakan dua orang itu.

Minah memegang tangan putrinya dan menuntun menuju kamar mereka.

"Tidurlah bersama ibu dan Ayah malam ini. Mungkin ini menjadi malam terakhir kamu bisa bermanja-manja dengan kami sebagai seorang gadis."

Mendengar hal itu, Ayudisha menjadi kaget. Bukankah ia akan menikah beberapa Minggu lagi. Kenapa ini menjadi malam terakhir?

"Bu, kita bisa menghabiskan waktu untuk beberapa malam lagi."

"Tidak, baru saja surat dari Raja turun untuk memberikan titahnya. Hari pernikahan akan di majukan dan besok malam keluarga Bayan akan datang untuk melamar mu."

"Kenapa begitu terburu-buru?" Ucap Ayudisha heran.

"Bayan akan melaksanakan pemilihan Patih muda. Jadi setelah pernikahan dia mungkin akan mengikuti misi mengancam nyawa, karena itu Raja akan memberikan hadiah pernikahan akbar sebagai bentuk penghargaan dan dukungan."

Ayudisha merasa heran dan kaget, ia tidak tau bahwa Bayan akan tiba-tiba melakukan pemilihan Patih muda begitu cepat. Di kehidupan sebelumnya Bayan akan melakukan pemilihan satu tahun berikutnya. Ini terasa begitu aneh dan tak wajar. Kenapa kehidupan ini berubah begitu cepat, padahal ia baru terlahir kembali belum satu hari. Jika ia bisa merubah masa depan, kenapa perubahan itu terlalu mencolok dan bergerak dalam waktu yang sangat cepat. Apalagi ditambah dengan surat langsung dari Raja. Tidak mungkin kelahiran kembali Ayudisha mampu mengubah keputusan Raja yang agung.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status