Share

3. Nayla Menyembunyikan Fakta

"Oh?" Nayla baru tersadar dari lamunan panjangnya, dan pastinya Nayla langsung melirik ke arah sekitar saat dirinya sudah sampai di sebuah gedung, gedung yang akan memulai semua aktivitasnya di sana.

"Silakan, Nona." Asistennya Nayla begitu cekatan dengan mengulurkan tangan padanya, tapi Nayla menolaknya.

"Gak perlu seperti itu," ucap Nayla saat menolak halus pada asistennya.

"Baik." Sang asisten menganggukkan kepalanya dengan paham.

Nayla dan Luna selaku asistennya Nayla, kini mereka sudah melangkah bersama-sama untuk memasuki gedung dan sebuah ruangan, ruangan di mana Nayla akan meeting mendadak sekaligus pemotretan untuk hari ini, hari ini Nayla juga akan banyak membuang tenaganya demi pekerjaannya, pekerjaannya yang sudah pasti sangat membutuhkan dirinya.

'Semoga malam ini aku pulang cepat, karena sudah ada janji sama suami,' batin Nayla yang masih mengingat jelas jika dirinya dan sang suami akan pergi bersama.

Setelah Nayla dan Luna masuk di sebuah ruangan, ruangan yang sudah di penuhi dengan beberapa orang di sana. Luna langsung menuntun dan mengarahkan Nayla untuk duduk di kursi yang sudah di sediakan, dan Nayla langsung duduk di kursi itu dengan tenang.

'Fokus kerja, Nayla,' batin Nayla yang sebenarnya sedang tidak baik-baik saja semenjak kejadian sarapan tadi, sarapan yang sudah pasti membuat hatinya semakin kacau saat akan bekerja.

Namun, ini bukan pertama kalinya bagi Nayla jika saat dirinya akan bekerja selalu di usik dengan semua perkataan pahit dari ibu mertuanya, dan pastinya Nayla sudah terbiasa dengan perkataan jahat dari ibu mertuanya. Akan tetapi, Nayla selalu berusaha menguatkan hatinya sendiri.

'Aku harus mencari cara agar ibu mertua tidak terus membahas cucu,' batin Nayla yang sepertinya sudah pusing jika membahas ibu mertuanya yang selalu menyakiti hatinya.

Di saat meeting akan di mulai, tiba-tiba saja ponselnya Luna bergetar hebat di dalam saku blazer.

'Pasti dia lagi,' batin Luna dengan wajah yang sudah sangat pucat dan sedikit ketakutan.

Nayla melirik ke arah asistennya yang saat ini wajahnya sedikit pucat, lalu keningnya susah berkerut.

"Kau kenapa? Sakit?" Nayla bertanya pada asistennya dengan tangan yang sudah menyentuh pundak sang asisten.

"Ti ... Tidak, Nona." Luna membalas pertanyaannya dengan sedikit gugup.

"Tapi wajah kamu pucat sekali," kekeh Nayla yang terus saja memikirkan wajah asistennya.

Di saat Nayla sedang mengkhawatirkan asistennya, di situlah ada sosok yang menatap ke arah mereka, sosok pria yang pastinya bertanggung jawab penuh atas meeting hari ini.

"Nayla, bisa kita mulai meeting nya?" Pria itu langsung melontarkan perkataan itu pada Nayla yang masih sibuk dengan Luna.

Nayla langsung menoleh ke arah sosok itu dan berkata. "Bisa, Pak," ucap Nayla yang pastinya akan mematuhi pria itu.

Setelah beberapa saat kemudian, akhirnya meeting di dalam ruangan itu di mulai, Nayla dan Luna fokus pada meeting itu, meeting yang begitu penting untuk pekerjaan Nayla saat ini, pekerjaan yang sudah membawa karirnya begitu bagus dalam dunia hiburan.

***

Hari berganti begitu cepat, dan hari ini Nayla pulang lebih cepat dari biasanya, karena setelah Nayla bekerja, Nayla mampir ke rumah sakit terlebih dahulu untuk mengecek sesuatu, sesuatu yang masih menjadi rahasia untuk keluarga besarnya. Nayla juga masuk ke dalam rumah dengan mengendap-endap, apa lagi Nayla tidak mau jika ada orang yang melihat dirinya, karena saat ini dirinya sedang bingung setelah pulang dari rumah sakit.

'Jangan begitu, Nayla, jika kamu seperti itu, orang-orang akan mencurigai dirimu,' batin Nayla yang mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Nayla juga terus melangkahkan kakinya menuju kamar, dan akhirnya Nayla sudah berada di dalam kamar.

"Nayla? Sudah pulang?"

Nayla tersentak, ia tidak mengira jika sang suami telah berada di kamar lebih dulu. Perlahan, senyuman hangat pun terbit di wajah Nayla berusaha menyamarkan perasaan takut saat Nayla menyembunyikan fakta dan akan terbongkar di hadapan sang suami.

"Hei? Kamu baik-baik aja kan? Apa ada sesuatu yang mengganggu kamu? Kalau ada apa-apa cerita aja ke aku. Aku ini suami kamu. Jangan anggap aku seperti orang asing. Mengerti?" Agus pastinya bisa melihat ekspresi wajah istrinya yang terlihat begitu bingung dan gugup.

Nayla pun mengangguk seakan mengatakan jika dirinya baik-baik saja dan tidak ada masalah yang serius, lalu Nayla berkata. "Gak ada yang perlu dicemaskan. Kamu mandi duluan aja, habis itu gantian aku yang mandi. Sekarang cepat mandi sana!" Saat ini Nayla terdengar seperti memerintah sang suami agar cepat pergi dari hadapannya.

Dengan senyuman jahilnya Agus sengaja menggoda istri tercintanya itu, lalu Agus mengatakan. "Gak mau mandi bareng aja, Sayang?" goda Agus sebelum beranjak cepat dari hadapan istrinya yang saat ini pipinya sudah merona.

"Gak, mandi sendiri sana," kekeh Nayla yang tidak mau jika dirinya mandi berdua dengan sang suami.

"Baiklah." Agus hanya bisa pasrah dengan langkah kaki yang mulai pergi menuju kamar mandi.

Setelah memastikan Agus telah masuk ke kamar mandi, kini Nayla pun buru-buru membuka lemari pakaiannya, mulai mencari kertas hasil tesnya yang sengaja di sembunyikan dari beberapa tahun yang lalu.

"Maaf, Mas, udah sejak lama banget, aku menyembunyikan fakta ini. Maaf karena aku memilih hidup berumah tangga bersamamu dalam kebohongan, harusnya aku tidak melakukan ini tapi ini yang terbaik untuk kita, aku harus menyembunyikan kertas ini di tempat yang aman," gumam Nayla merasa sesak saat harus berbohong terus-menerus pada suaminya. Namun, jika Nayla tidak menyembunyikan semua ini, pasti keluarganya sang suami akan bertindak semakin kejam terhadap dirinya.

Nayla juga ingin mencocokkan hasil tes beberapa tahun yang lalu dan tes hari ini, tapi sepertinya Nayla tidak bisa membaca situasi yang ada jika saat ini dirinya masih berada di ruangan yang sama dengan suaminya.

"Apa ada perubahan dengan semuanya?" Nayla bermonolog sendiri dengan tangan yang sedang menggenggam sebuah kertas.

Namun, saat Nayla baru saja menggenggam kertas itu, tiba-tiba saja Nayla di kejutkan dengan suara bariton yang begitu di kenali olehnya.

"Nayla? Kamu sedang apa?" tanya Agus yang saat ini merasa bingung saat pandangannya menatap ke arah istrinya yang terdiam di depan lemari.

Ke dua bola matanya Nayla melotot saat mendengar pertanyaan itu dari suaminya, lalu tangannya langsung memasukkan kertas itu ke tempat semula di dalam lemari.

Nayla menoleh ke arah suaminya dan berkata. "Aku lagi memilih pakaian tidur untukmu," jawab Nayla yang mulai berbohong lagi pada suaminya demi menutupi kertas yang ada di dalam lemarinya saat ini.

"Pakaian aku?" Suaranya Agus terdengar bingung dan kembali berkata. "Tapi itu lemari pakaian kamu, Sayang, bukan lemari pakaian aku," ucap Agus yang sangat paham jika lemari itu adalah lemari istrinya, bukan lemari miliknya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status