Beranda / Rumah Tangga / Istri untuk Suamiku / 3. Nayla Menyembunyikan Fakta

Share

3. Nayla Menyembunyikan Fakta

Penulis: rindiyoon
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-28 13:07:16

"Oh?" Nayla baru tersadar dari lamunan panjangnya, dan pastinya Nayla langsung melirik ke arah sekitar saat dirinya sudah sampai di sebuah gedung, gedung yang akan memulai semua aktivitasnya di sana.

"Silakan, Nona." Asistennya Nayla begitu cekatan dengan mengulurkan tangan padanya, tapi Nayla menolaknya.

"Gak perlu seperti itu," ucap Nayla saat menolak halus pada asistennya.

"Baik." Sang asisten menganggukkan kepalanya dengan paham.

Nayla dan Luna selaku asistennya Nayla, kini mereka sudah melangkah bersama-sama untuk memasuki gedung dan sebuah ruangan, ruangan di mana Nayla akan meeting mendadak sekaligus pemotretan untuk hari ini, hari ini Nayla juga akan banyak membuang tenaganya demi pekerjaannya, pekerjaannya yang sudah pasti sangat membutuhkan dirinya.

'Semoga malam ini aku pulang cepat, karena sudah ada janji sama suami,' batin Nayla yang masih mengingat jelas jika dirinya dan sang suami akan pergi bersama.

Setelah Nayla dan Luna masuk di sebuah ruangan, ruangan yang sudah di penuhi dengan beberapa orang di sana. Luna langsung menuntun dan mengarahkan Nayla untuk duduk di kursi yang sudah di sediakan, dan Nayla langsung duduk di kursi itu dengan tenang.

'Fokus kerja, Nayla,' batin Nayla yang sebenarnya sedang tidak baik-baik saja semenjak kejadian sarapan tadi, sarapan yang sudah pasti membuat hatinya semakin kacau saat akan bekerja.

Namun, ini bukan pertama kalinya bagi Nayla jika saat dirinya akan bekerja selalu di usik dengan semua perkataan pahit dari ibu mertuanya, dan pastinya Nayla sudah terbiasa dengan perkataan jahat dari ibu mertuanya. Akan tetapi, Nayla selalu berusaha menguatkan hatinya sendiri.

'Aku harus mencari cara agar ibu mertua tidak terus membahas cucu,' batin Nayla yang sepertinya sudah pusing jika membahas ibu mertuanya yang selalu menyakiti hatinya.

Di saat meeting akan di mulai, tiba-tiba saja ponselnya Luna bergetar hebat di dalam saku blazer.

'Pasti dia lagi,' batin Luna dengan wajah yang sudah sangat pucat dan sedikit ketakutan.

Nayla melirik ke arah asistennya yang saat ini wajahnya sedikit pucat, lalu keningnya susah berkerut.

"Kau kenapa? Sakit?" Nayla bertanya pada asistennya dengan tangan yang sudah menyentuh pundak sang asisten.

"Ti ... Tidak, Nona." Luna membalas pertanyaannya dengan sedikit gugup.

"Tapi wajah kamu pucat sekali," kekeh Nayla yang terus saja memikirkan wajah asistennya.

Di saat Nayla sedang mengkhawatirkan asistennya, di situlah ada sosok yang menatap ke arah mereka, sosok pria yang pastinya bertanggung jawab penuh atas meeting hari ini.

"Nayla, bisa kita mulai meeting nya?" Pria itu langsung melontarkan perkataan itu pada Nayla yang masih sibuk dengan Luna.

Nayla langsung menoleh ke arah sosok itu dan berkata. "Bisa, Pak," ucap Nayla yang pastinya akan mematuhi pria itu.

Setelah beberapa saat kemudian, akhirnya meeting di dalam ruangan itu di mulai, Nayla dan Luna fokus pada meeting itu, meeting yang begitu penting untuk pekerjaan Nayla saat ini, pekerjaan yang sudah membawa karirnya begitu bagus dalam dunia hiburan.

***

Hari berganti begitu cepat, dan hari ini Nayla pulang lebih cepat dari biasanya, karena setelah Nayla bekerja, Nayla mampir ke rumah sakit terlebih dahulu untuk mengecek sesuatu, sesuatu yang masih menjadi rahasia untuk keluarga besarnya. Nayla juga masuk ke dalam rumah dengan mengendap-endap, apa lagi Nayla tidak mau jika ada orang yang melihat dirinya, karena saat ini dirinya sedang bingung setelah pulang dari rumah sakit.

'Jangan begitu, Nayla, jika kamu seperti itu, orang-orang akan mencurigai dirimu,' batin Nayla yang mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Nayla juga terus melangkahkan kakinya menuju kamar, dan akhirnya Nayla sudah berada di dalam kamar.

"Nayla? Sudah pulang?"

Nayla tersentak, ia tidak mengira jika sang suami telah berada di kamar lebih dulu. Perlahan, senyuman hangat pun terbit di wajah Nayla berusaha menyamarkan perasaan takut saat Nayla menyembunyikan fakta dan akan terbongkar di hadapan sang suami.

"Hei? Kamu baik-baik aja kan? Apa ada sesuatu yang mengganggu kamu? Kalau ada apa-apa cerita aja ke aku. Aku ini suami kamu. Jangan anggap aku seperti orang asing. Mengerti?" Agus pastinya bisa melihat ekspresi wajah istrinya yang terlihat begitu bingung dan gugup.

Nayla pun mengangguk seakan mengatakan jika dirinya baik-baik saja dan tidak ada masalah yang serius, lalu Nayla berkata. "Gak ada yang perlu dicemaskan. Kamu mandi duluan aja, habis itu gantian aku yang mandi. Sekarang cepat mandi sana!" Saat ini Nayla terdengar seperti memerintah sang suami agar cepat pergi dari hadapannya.

Dengan senyuman jahilnya Agus sengaja menggoda istri tercintanya itu, lalu Agus mengatakan. "Gak mau mandi bareng aja, Sayang?" goda Agus sebelum beranjak cepat dari hadapan istrinya yang saat ini pipinya sudah merona.

"Gak, mandi sendiri sana," kekeh Nayla yang tidak mau jika dirinya mandi berdua dengan sang suami.

"Baiklah." Agus hanya bisa pasrah dengan langkah kaki yang mulai pergi menuju kamar mandi.

Setelah memastikan Agus telah masuk ke kamar mandi, kini Nayla pun buru-buru membuka lemari pakaiannya, mulai mencari kertas hasil tesnya yang sengaja di sembunyikan dari beberapa tahun yang lalu.

"Maaf, Mas, udah sejak lama banget, aku menyembunyikan fakta ini. Maaf karena aku memilih hidup berumah tangga bersamamu dalam kebohongan, harusnya aku tidak melakukan ini tapi ini yang terbaik untuk kita, aku harus menyembunyikan kertas ini di tempat yang aman," gumam Nayla merasa sesak saat harus berbohong terus-menerus pada suaminya. Namun, jika Nayla tidak menyembunyikan semua ini, pasti keluarganya sang suami akan bertindak semakin kejam terhadap dirinya.

Nayla juga ingin mencocokkan hasil tes beberapa tahun yang lalu dan tes hari ini, tapi sepertinya Nayla tidak bisa membaca situasi yang ada jika saat ini dirinya masih berada di ruangan yang sama dengan suaminya.

"Apa ada perubahan dengan semuanya?" Nayla bermonolog sendiri dengan tangan yang sedang menggenggam sebuah kertas.

Namun, saat Nayla baru saja menggenggam kertas itu, tiba-tiba saja Nayla di kejutkan dengan suara bariton yang begitu di kenali olehnya.

"Nayla? Kamu sedang apa?" tanya Agus yang saat ini merasa bingung saat pandangannya menatap ke arah istrinya yang terdiam di depan lemari.

Ke dua bola matanya Nayla melotot saat mendengar pertanyaan itu dari suaminya, lalu tangannya langsung memasukkan kertas itu ke tempat semula di dalam lemari.

Nayla menoleh ke arah suaminya dan berkata. "Aku lagi memilih pakaian tidur untukmu," jawab Nayla yang mulai berbohong lagi pada suaminya demi menutupi kertas yang ada di dalam lemarinya saat ini.

"Pakaian aku?" Suaranya Agus terdengar bingung dan kembali berkata. "Tapi itu lemari pakaian kamu, Sayang, bukan lemari pakaian aku," ucap Agus yang sangat paham jika lemari itu adalah lemari istrinya, bukan lemari miliknya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri untuk Suamiku    31. Akhir Dari Semuanya

    "Mama! Mama! Baju spiderman Mahes ada di mana, ya? Mahes mau pake baju itu, Ma!" teriakkan yang begitu lantang itu pun terdengar mengisi seluruh sudut di rumah itu. Suara anak kecil itu tampak memenuhi dan mendominasi segala suara yang ada. "Ya ampun, Mahesa. Pelan-pelan sayang kalau ngomong. Enggak boleh berteriak begitu, kasihan Oma jadi kebisingan." Bocah laki-laki itu pun hanya menampilkan cengiran andalannya, seakan tidak merasakan rasa bersalah barang sedikit pun. "Aku kira Mama jauh tadi. Makanya aku teriak deh. Aku udah coba nyari sendiri tapi enggak ketemu-ketemu, Ma." Mahesa menarik lembut tangan sang Mama membawa wanita itu dan berhenti tepat di hadapan lemari khusus miliknya. "Mahesa? Semua ini?" Nayla terbelalak tak tau harus mengekspresikan dirinya bagaimana lagi. Hatinya terasa runtuh saat itu juga. Keadaan lemari bocah itu yang semula tersusun begitu rapi, kini justru telah berubah sepert

  • Istri untuk Suamiku    30. Citra Pergi Dari Indonesia

    Waktu berlalu begitu cepat. Tak terasa, sudah 1 tahun semenjak dari kelahiran anak pertamanya, Mahesa. Berbagai macam kehidupan dijalani oleh Citra mulai menjadi seorang Ibu sampai merangkap sebagai istri dalam satu waktu. "Bagaimana perasaan kamu sekarang, Nak? Ibu berharap kamu akan terus baik-baik saja seperti saat Ibu ada di samping kamu." Citra meneteskan air matanya. Saat ini, ia tengah berdua dengan sang anak di ayunan yang ada di kolam renang. Tak ada satu pun wanita di muka bumi ini yang rela berpisah dengan anaknya. 9 bulan lamanya wanita itu mengandung hingga bertarung nyawa untuk melahirkan bayi itu. Setelah semua perjuangan yang ia lewati, sekarang Citra dengan terpaksa harus mengikhlaskan segalanya. Wanita itu harus belajar melupakan bayi yang sudah ia kandung dan lahirkan sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat serta disepakati bersama. "Kalau nanti Ibu sudah enggak di samping kamu. Kamu harus te

  • Istri untuk Suamiku    29. Agus Menceraikan Citra

    "Ibu benar-benar minta maaf dengan semua yang Ibu lakukan selama ini ya, Nak. Seharusnya Ibu tidak bertingkah seperti itu. Ibu sudah menjadi mertua paling buruk untuk kamu." Nayla menggelengkan kepalanya. Ia kemudian menyentuh kedua tangan milik mertuanya itu cukup lama. Wanita itu lantas mencium begitu lama tangan milik wanita paruh baya itu. "Udah Ibu .. aku paham kok sama posisi Ibu. Semua orang tua pasti menginginkan anaknya memiliki keturunan. Aku juga sama sekali tidak melupakan standar hidup itu." Nayla menyunggingkan senyuman tipis di wajahnya. Berharap air mata yang terus mengalir dari pelupuk mata wanita itu akan reda. Saat ini, usai Agus yang menemukan surat medis milik Nayla. Semua anggota keluarga tampak berkumpul di sofa yang ada di kamar Nayla dan Agus itu, termasuk juga Citra dengan bayi mungil di dalam gendongannya. "Ibu benar-benar minta maaf untuk semuanya ya, Nak." Nayla menganggukkan kepalanya tampak antara menantu dan mertua itu saling berpelukan cukup lam

  • Istri untuk Suamiku    28. Mahesa Putra Setiawan

    Usai pintu persalinan itu telah dibuka lebar, Citra pun dibawa ke ruangan rawat inap kelas VIP bersama bayinya yang dimasukkan ke dalam troli. Dari kelahiran bayi itu, Nayla sama sekali belum ada menyentuh bayi mungil itu. Wanita itu hanya bisa menyaksikan semuanya dari jauh dengan senyuman pahit di wajahnya. Sang suami terlihat begitu bahagia dengan kelahiran anak yang berasal dari darah dagingnya itu. Nyut! Terasa, denyut sesak yang muncul di dalam hati Nayla. Bagaimana tidak, melihat sang suami merasa begitu bahagia dengan tatapan penuh terima kasih kepada Citra membuat Nayla tentu berpikiran yang tidak-tidak. Hampir 1 tahun sang suami menjalani kedekatan yang intens dengan wanita itu. Ada sedikit rasa ketakutan di dalam diri Nayla, takut jika suaminya itu akan berubah pikiran. Nayla sadar, ia memang istri pertama dan cinta pertama dari pria itu. Hanya saja, bukan tidak mungkin bagi pria itu akan memilih Citra yang jelas-jelas bisa memberikan segalanya untuk Agus. Terlebih,

  • Istri untuk Suamiku    27. Citra Melahirkan

    Hari demi hari kian berlalu membuat kandungan wanita itu kian bertambah besar. Tak terasa, kini Citra sudah memasuki bulan di mana dirinya diperkirakan akan melahirkan. Dengan susah payah, Citra tampak berjalan merangkak hendak naik menuju ranjang tempat tidurnya. "Sayang! Kenapa enggak bilang aku dulu sih. Kamu ini kebiasaan banget apa-apa selalu milih lakuinnya sendirian." Tak lama setelah itu, Agus datang dengan raut wajah penuh memperhatikan sang istri. Ia tentunya merasa takut dengan keadaan Citra yang sekarang sudah sangat rawan. Sebisa mungkin Agus terus berada di sisi wanita itu, tidak pernah membiarkan untuk wanita itu melakukan sesuatu tanpa sepengetahuan dirinya. Bahkan untuk ke kamar mandi pun, pria itu juga ikut ke dalam. Awalnya Citra menolak karena malu namun setelah mendapatkan wejangan dari Agus mengenai rasa khawatir pria itu membuat wanita itu mau tak mau mengiyakan saja. "Aku enggak apa-apa, Mas. Aku itu cuman hamil bukan sakit keras," canda Citra saat menemu

  • Istri untuk Suamiku    26. Nayla Merasa Sedih

    Nayla membuka tirai di kamarnya dengan helaan nafas panjang yang mengiringi gerakan tangannya itu. Sejenak, matanya tampak menatap ke arah ranjang yang sudah lama tidak pernah didiami oleh suaminya."Aku kangen kamu tidur di samping aku, Mas." Nayla tak munafik, hatinya terluka setelah beberapa bulan ini ia terus saja tidur di kamar sendirian. Hampa. Tak ada lagi suara candaan yang dilontarkan oleh sang suami sesaat sebelum waktu tidur Nayla. Tok! Tok! Suara ketukan pada pintu kamarnya pun seketika membuat lamunan Nayla buyar saat itu juga. Entah mengapa, senyuman kini mengembang begitu lebar di wajahnya. Ia yakin, pasti suaminya lah yang mengetuk pintu kamarnya itu. "Aku tau, dia pasti akan cemas dengan keadaan aku. Maafkan kejahilan istri kamu ini ya, Mas. Pengen diperhatiin sama kamu aja harus pake acara lama-lama in ke ruang makannya." Nayla terkekeh geli sendirian. Wajahnya tampak begitu sumringah tak sabar ingin melepas rasa rindunya pada sang suami. "Aku tau kamu pasti

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status