Share

4. Perdebatan Agus dan Nayla

Nayla langsung kembali menatap ke arah lemari yang ternyata itu memang lemari miliknya, dan Nayla sudah merapihkan kertas tadi.

"Oh iya, aku lupa." Nayla tertawa saat mengetahui dirinya salah berbohong dengan suami yang begitu teliti.

Tanpa di sadari Agus sudah berada di belakang tubuh istrinya dengan memeluk tubuh sang istri dari belakang.

"Kenapa keluar lagi? Mandi sana!" titah Nayla pada suaminya, bahkan saat ini tangannya sedikit memukul lengan suaminya yang sudah melingkar pada perut ratanya.

"Aku lupa kalau sabun cair ku sudah habis," bisik Agus di telinganya sang istri.

"Oh, aku lupa belum memeriksa kebutuhan kamar mandi kita," ungkap Nayla dengan tangan yang sudah menepuk pelan jidatnya sendiri.

Agus melepaskan pelukannya dan mengusap-usap jidat istrinya yang terdengar oleh telinganya jika sang istri menyakiti jidatnya sendiri.

"Hehe, aku siapkan kebutuhan mandi dulu," ucap Nayla yang mulai berpamitan pada suaminya, untuk mengisi sabun dan lain-lainnya di dalam kamar mandi, dan sang suami pastinya mengizinkan dirinya.

Nayla juga sudah pergi dari hadapan Agus, dan Nayla juga sudah masuk ke dal kamar mandi setelah membawa beberapa paper bag dari sebuah lemari yang ada di dekat kamar mandi.

"Apa yang sedang dia sembunyikan?" Agus bermonolog sendiri dengan melirik ke arah lemari istrinya, dan di dalam lemari itu ada sebuah kotak yang ternyata di dalam kotak itu sedikit mengeluarkan kertas putih membuat Agus semakin penasaran dengan kertas itu.

"Apa ini?" Agus ingin melihat kertas itu, tapi kotak yang ada di dalam lemari istrinya menggunakan kunci untuk membukanya.

Agus benar-benar penasaran dengan kertas itu dan Agus berniat untuk membuka kotak itu, tapi sebelum Agus membuka kotak itu, Agus lebih dulu melihat kertas yang sudah menonjol keluar dari kotak itu, di kertas itu ada sebuah logo rumah sakit membuat keningnya berkerut.

"Rumah sakit? Siapa yang sakit?" Agus pastinya penasaran sekali dengan isi kertas itu. Namun, tiba-tiba saja terdengar suara istrinya.

"Sayang, sudah silakan mandi," ucap Nayla yang sudah keluar dari kamar mandi.

"Iya." Agus langsung menutup lemari istrinya dan membalikkan tubuhnya untuk segera pergi menuju kamar mandi.

Agus sudah masuk kembali ke dalam kamar mandi dan Nayla kembali membuat lemari pakaiannya, dan di sana Nayla mengernyitkan dahinya saat melihat jika kotak itu sedikit mengeluarkan kertas, kertas yang sudah pasti kertas hasil lab di rumah sakit.

"A ... Apa tadi suamiku melihat ini?" Nayla mulai bermonolog sendiri dengan mata yang langsung melirik ke arah kamar mandi.

Nayla mencoba mengatur napasnya dalam-dalam agar tidak memikirkan hal-hal negatif tentang kertas itu, dan Nayla juga berharap jika suaminya tidak mengetahui semua ini.

***

Ke esokan harinya, setelah sarapan pagi antara Nayla dan Agus. Agus mulai berpamitan terlebih dahulu pada istrinya, dan hari ini Agus dan Nayla hanya sarapan berdua saja karena orang tuanya Agus sudah pergi sebelum sarapan pagi di mulai, entah ada keperluan apa dari orang tuanya Agus membuat Agus malas memikirkan orang tuanya.

"Aku berangkat ke kantor duluan ya, Sayang. Kamu juga jangan lupa untuk segera bersiap dan pergi ke tempat pekerjaanmu. Jangan sampai terlambat nanti agensi yang mengontrakmu menjadi berpikir dua kali untuk mempekerjakanmu jika kamu tidak tepat waktu." Agus menyampaikan pesan sekaligus berpamitan kepada sang istri.

Nayla pun mengangguk tanda patuh. Tentu saja, Nayla pasti akan selalu mengingat pesan yang telah diingatkan oleh sang suami, karena bagaimana pun juga, suami adalah panutan baginya. Apapun yang suaminya katakan harus dituruti olehnya.

Seperti baru tersadar jika ada yang kurang, Agus pun meraba lehernya dan baru ingat jika dasinya terlupakan.

"Ada apa, Mas?" tanya Nayla saat mendapati wajah lupa sang suami terhadap barangnya. Nayla ingin membantu, tapi gelengan kuat dari sang suami membuat Nayla mengurungkan langkahnya.

"Udah, kamu kerjakan tugas kamu aja dulu. Biar aku cari dasi aku sendiri aja di kamar, ada di lemari, kan?" balas Agus yang langsung diangguki oleh sang istri.

Agus pun lantas bergegas menuju kamar mereka kembali. Namun, tiba-tiba saja Nayla seakan teringat tentang kejadian kemarin, kertas yang sudah setengah keluar dari tempat yang di sembunyikannya itu pun membuat Nayla teringat kepada Agus.

"Aduh, apa Mas Agus mau mengambil itu lagi?" Nayla pastinya panik dan sepertinya Nayla tidak akan membereskan peralatan makan yang ada di atas meja makan.

Buru-buru Nayla pun bergegas naik ke atas untuk menemui sang suami sebelum terlambat.

"Tuhan, lindungi kertasku," gumam Nayla yang saat ini sudah berada di dalam kamarnya.

Benar saja, sesuai dengan dugaan Nayla. Tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang, terlihat Agus yang mulai memegang kertas itu dan siap untuk membacanya dengan teliti. Namun, sebelum semua itu terjadi, Nayla buru-buru berlari cepat, merampas kertas itu dari Agus.

"Nayla! Apa-apaan kamu?" Agus yang merasa tak terima karena kertas itu di tarik paksa dari genggamannya oleh sang istri.

Dengan memasang mimik wajah yang sebisa mungkin tidak akan sampai di curigai oleh sang suami, Nayla terlihat berusaha menyamarkan kedoknya dengan seuntai senyuman hangatnya.

"Ini, bukan apa-apa, akan lebih baik jika kamu sekarang fokus mencari dasi kamu. Sebentar lagi sudah mau jam 8 pagi, kamu harus segera pergi sebelum terlambat ke kantornya," balas Nayla tampak jelas mengalihkan pembicaraan di antara mereka.

Agus pun seketika memicingkan kedua matanya, merasa ada yang aneh dengan istrinya.

"Kembalikan! Aku masih belum membaca semuanya, Nayla. Cepat kembalikan," titah Agus seraya menyodorkan tangannya.

Nayla sontak menggeleng cepat menandakan jika ia tidak ingin memberikan kertas itu.

"Nayla! Kita bukan lagi anak kecil. Jika itu milikmu, maka cepat berikan kepadaku. Aku benar-benar tidak tau kalau selama ini kamu sering ke dokter. Cepat berikan kertas itu padaku!" tegas Agus seakan tidak terbantahkan.

Nayla bergeming, bagaimana pun juga ia tentu akan mempertahankan kertas itu dan tidak membiarkan suaminya membacanya. Sudah bertahun-tahun rahasia itu disembunyikan, ia masih belum siap untuk menceritakan segalanya pada sang suami.

"Sudah aku bilang, ini bukan apa-apa. Kamu harus segera bersiap. Jangan hanya karena kertas ini kamu sampai terlambat ke kantor," balas Nayla berusaha tenang.

Agus yang semakin merasa jelas ada sesuatu dari kertas itu sontak mencoba merebutnya kembali dari Nayla. Namun dengan cepat, Nayla terus mencoba menghalanginya.

"Cepat berikan kertas itu, Nayla! Jika itu tidak penting cepat berikan saja padaku! Jangan membuatku emosional, Nayla!" bentak Agus membuat Nayla sempat terperanjat.

Nayla lalu memundurkan langkahnya guna menjauhi suaminya, dan Nayla tidak akan memberikan kertas itu sampai kapanpun.

"Nayla! Cepat berikan kertas itu atau aku akan me..."

Belum usai Agus berbicara, tiba-tiba saja pintu kamarnya telah di ketuk lebih dulu oleh seseorang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status