Bab 17B Mampukah Bertahan
"Cewek atau cowok?"
"Cowok, Mas," jawab Ela mantab. Namun saat melihat raut wajah Ardi berubah masam, Ela merasa menyesal mengucapkannya.
Ela dibuat heran, pertanyaan macam apa ini? Yang benar saja, majikan Gita bukan sembaran majikan. Kenapa Tuan Ardi justru keliahatan seperti seorang pacar atau suami yang mengkawatirkan pasangannya. Ardi berterima kasih, lalu kembali mengemudikan mobil mewahnya membelah jalanan yang macet karena bersamaan jam pulang kerja.
"Si*l terlambat. Aargh." Ardi memukul stir kemudinya. Dia tak paham dengan apa yang dirasakan sekarang. Mengingat kejadian di kafe membuat hatinya kembali panas. Nyeri dan sesak di rongga dada begitu terasa. Ditambah lagi beberapa motor yang menyelip sembarangan membuatnya mengumpat tak beraturan. Sekedar meluapkan emosinya pada Gita.
"Masuk dulu, Ton! Aku buatkan minum."
"Tidak usah, Ta. Terima kasih banyak. Nanti kala
Bab 18A Bucin "Aku baru mau memintanya," ucap Ardi lirih. Mencoba mengangkat wajah, Gita terbelalak saat sorot mata tajam Ardi mengunci manik matanya. "Tuan....!" Hening tak ada suara. Ardi sudah membungkam Gita hingga tak mampu melanjutkan protesnya. Mata Gita membelalak sempurna, sungguh dia merasa malu jika sampai Bi Irah melihatnya. "Maaf Tuan, sesungguhnya saya takut Allah...." "Marah?" sahut Ardi dengan muka bersalah. Gita hanya mengangguk malu sambil mengusap bibirnya. Sebenarnya kalimat terakhir menggantung itu tidak diucapkan dari lubuk hatinya karena dia tahu kemesraan hubungan suami istri justru mendatangkan pahala. Namun pria di depannya ini belum tau hubungan mereka, bahkan suaminya sangat membenci istrinya. Apa jadinya kalau suaminya tahu dia istrinya saat ini juga. Gita tak mampu membayangkannya. Memilih bertahan di rumah ini, Gita berusaha mengajak suaminya menjadi pribadi yang baik dan bisa jauh dari Jessy. "Maaf, aku tidak bisa menahan diri. Buatkan omelet yang
Bab 18B Bucin Gita merasa tertampar. Suaminya melakukan perbuatan buruk juga sebagian karena andilnya. Meninggalkannya saat malam pertama hingga sekarang. Seharusnya sebagai istri dia bisa menjaga suaminya agar tidak mengumbar hawa nafsu dengan wanita lain. Kalau sedari awal Gita tahu suaminya masih single pasti dia akan memikirkan ulang untuk tidak kabur. Setidaknya Gita bisa meminta izin tetap melanjutkan kuliah saat sudah menjadi seorang istri."Menurut ustadz saat mengisi tausiyahnya. Sebaik-baik manusia adalah yang bertaubat dan memohon ampun kepada Allah atas kesalahan yang dilakukan. Tidak ada dosa yang tidak diampuni Allah sebesar apapun itu, Tuan. Karena Allah Maha Pengampun kepada siapa saja umatNya yang bertaubat. Bertaubat dalam artian tidak akan mengulangi lagi kesalahannya dan bersungguh-sungguh untuk kembali ke jalan yang diridhoi Allah. Maafkan saya, jika terkesan menggurui!"Gita menunduk, rasa takut menghantui dirinya manatahu suaminya tak terima dengan penjelasanny
Bab 19A Salah PahamGita sudah tak tahan lagi mendengar kemesraan mereka di dalam ruang kerja. Ingin rasanya mendobrak pintu di depannya."Mas Bintang, awas ya!" Giginya saling menggertak menahan cemburu.Tanpa aba-aba, pintu pun menjadi saksi bisu sasaran kecemburuannya.Brakk,Ardi tersentak, pun juga Jessy yang tengah memegang penggaris dengan posisi menunduk dan tangan di atas meja desain."Apa yang kalian la...lakukan?" Teriakan diakhiri suara terbata Gita membuat keduanya heran."Ada apa, Ras?"tanya Ardi penuh selidik. Tangan kanannya memegang pensil khusus untuk mendesain.Dia mendekati Gita yang terpaku di tempatnya.Betapa Gita ingin menenggelamkan wajahnya di bawah bantal sekarang juga. Bisa-bisanya dia berpikir terjadi hal yang tidak-tidak di ruang kerja. Jam dinding yang berdetak jarumnya seakan menertawakan tingkah konyolnya. Ternyata mereka berdua sedang menggambar desai
Bab 19B Salah Paham"Sudah sampai, Tuan." Gita mengucap sambil menoleh ke arah Ardi.Ardi terdiam menatap lekat manik mata gadis berjilbab marun di depannya. Gita tertegun saat Ardi mulai mengikis jarak dengannya.Aroma mint bisa dirasakan sampai ke indra penciuman Gita."Tuan, sudah sam...."Tanpa persiapan, bibir merah Gita sudah menjadi sasaran pria di depannya. Gita hanya tercengang dibuatnya dan tak berniat membalasnya."Aku menyukaimu, Ras. Sungguh, aku tidak bisa berbohong. Aku benar-benar tertarik padamu."Deg,"Tapi, Tuan?"Ardi melakukannya lagi dengan lembut, pun juga Gita tak bisa menolaknya. Mengingat dia tidak berdosa melakukannya bersama Ardi, Gita mencoba membalas.Ardi terkesiap dengan apa yang dilakukan Gita. Dalam hati bertanya-tanya kenapa Gita dengan senang hati melakukannya.Tidak bisa dipercaya oleh logikanya. Mereka larut dalam kenikmatan. Sesaat
Bab 20A Semakin dekat Sejak pernyataan malam itu, Gita berusaha menjaga jarak dengan suaminya. Dia memang belum menjawab, pun Ardi tak ingin memaksanya. Gita terus mencari cara untuk berterus terang karena yang dia tahu suaminya sangat membenci istrinya. Bagaimana jadinya kalau suaminya tahu kalau dirinya yang disukai sekaligus menjadi orang yang paling dibenci.Sementara itu, Ardi justru semakin mencoba mendekati Gita. Ardi menyadari Laras adalah gadis kecil yang sudah mengubah dunianya. Sedikit demi sedikit dia mulai mengurangi kebiasaannya minum-minuman keras dan juga bermain-main dengan Jessy. "Ar, ke kantor jam berapa?" Pagi-pagi seperti biasa Jessy menyambangi rumahnya."Sebentar lagi, Jess. Sarapan dulu! Masih nunggu Laras bersiap sekalian aku mengantarkannya ke kampus.""Laras lagi," batin Jessy tak suka."Aku sudah sarapan. Siapa yang masak, Ar?""Laras."Mendengarnya, Jessy tersenyum kecut. Kentara sekali Ardi sangat menikmati masakan Gita. Semakin hari mereka semakin terl
Bab 20B Semakin dekat"Astaga. Serius, Ta?" Ela menjerit saking kagetnya. Tak percaya kalau selama ini Gita ternyata tinggal bersama suami yang ingin dihindarinya."Iya, El."Gita menghambur ke pelukan Ela. Sahabat yang siap menyediakan bahu untuknya menangis. Tak ingin air mata sahabatnya mengucur sia-sia, Ela segera menenangkan Gita saat isakan mulai berkurang."Gimana ceritanya Pak Ardi suamimu. Katamu suamimu bernama Atmaja?" Ela masih belum pulih dari herannya."Salahku, El. Aku tak mempedulikan nama ataupun sosok wajahnya. Yang aku tahu hanya nama belakangnya Atmaja. Tuan Ardi sudah pernah menemui Toni saat aku kabur ke Yogya.""Jadi, Toni sudah tahu?" ujar Ela terkejut."Iya, dia yang memperingatkanku. Kamu masih ingat, kan?""Iya, pantas aja Toni merasa nggak asing dengan Pak Ardi. Lalu apa yang kamu lakukan selanjutnya,Ta?""Entahlah, El. Aku masih bingung. Mas Bintang punya
Bab 21A Hasutan Hiruk pikuk manusia melintasi jalan raya yang biasa Ardi lewati. Jam pulang kerja tiba, jalanan dipenuhi kendaraan. Asapnya pun mengepul di udara. Sepulang kerja, Ardi sengaja menjemput Gita untuk diajak mampir ke butik. Lelahnya bekerja tak dirasakan saat ingin mewujudkan sebuah keinginan. Ardi ingin memberikan hadiah untuk Gita yang sudah membuatnya kembali mengingat Tuhannya. Dari lubuk hati yang terdalam sedikit demi sedikit perasaan suka itu bermunculan. Dia menyadari perubahan ke arah pribadi yang baik muncul saat mengenal Gita. Meskipun untuk mencapai tujuan yang sempurna itu harus pelan-pelan tapi Ardi yakin bisa meraihnya.Tin.tin,Mobil mewah yang dikendarai Ardi sudah parkir di gerbang depan kampus. Lambaian tangannya menyapa dua gadis yang berjalan dari arah dalam kampus. Gadis dengan gaya sama, mereka suka mengenakan tunik floral selutut dipadu dengan leging dan jilbab polos senada. "Ta, itu suamimu."Gita sudah membalas lambaian tangan Tuan Ardi sembar
Bab 21B Hasutan "Asal malam ini temani aku lagi seperti biasa!" "Apa yang tidak untuk Pak Robert." Senyum tersungging di bibir merah Jessy yang memakai kosmetik mahal. Dia mencari kesenangan lain saat Ardi melupakannya. Tak memperhitungkan berapa besar dosa yang sedang ditabungnya, Jessy hanya memikirkan kenikmatan duniawi. Masih memandang dua insan yang sedang memadu kasih, Jessy mengepalkan tangannya. Gigi menggertak seraya mengumpat sang wanita. "Awas saja, Laras kamu sudah berani main-main denganku." Seminggu berlalu, sejak Ardi membelikan baju untuk Gita, Jessy tak berhenti mencari celah untuk membuat Ardi membenci Gita. Berbagai cara dilakukan Jessy agar gadis itu bisa pergi jauh dari rumah Ardi. Sementara itu, Gita tak merasa canggung dibelikan baju karena Ardi memberikannya sebagai hadiah mau mengingatkannya beribadah. Ada rasa bangga di hati Gita saat suaminya mulai menyadari kebiasaan buruknya harus ditinggalkan. Bajunya sangat pas dipakainya saat ke kampus siang ini.