Share

6. Rencana bercerai.

Author: Areum_bee
last update Last Updated: 2024-12-19 21:05:52

Laksmi Wardana terlihat menikmati sup dengan dahi berkerut, tampak sedang menyusun berbagai tanya untuk cucunya.

Sedang Hendra dan istrinya tampak terdiam canggung sederajat dengan atmosfer sekitar. Jangan tanya pada manusia satu yang sedang duduk tak jauh di seberang sana, Dara tak yakin ibunya juga sedang menyusun pertanyaan untuknya. Pasalnya, sekedar saling sapa saja seperti sebuah kemustahilan.

Setelah usai, Sukma Wijayakusuma tampak langsung berdiri dan berniat pergi.

“Mau ke mana, Sukma? Tidak ingin berbincang hangat dengan kami dulu?” tanya Laksmi pada putri semata wayangnya.

“Tidak, Ma. Aku mau istirahat saja, banyak sekali musibah yang terjadi hari ini, membuat kepalaku pusing, aku tidak ingin berbicara dengan siapa pun,” kelitnya tanpa melihat anaknya yang mungkin saja tersinggung.

Dara tak tahu musibah apa saja yang menimpa ibunya hari ini, hanya ... ia terlampau yakin jika namanya masuk pada daftar musibah itu.

“Bahkan dengan Dara?” tanya Laksmi sengaja menyebut nama cucunya.

“Tolong jangan memaksa,” pinta sang anak sebelum berlalu pergi membuat Dara tanpa sadar meremas jemarinya gugup melihat perlakuan dingin sang ibu.

Laksmi menyeka sudut bibirnya dengan serbet bagian dalam lipatan saat selesai dengan dessert-nya sebelum berucap, “Mau bagaimana lagi? Oma juga tak bisa memaksakan perasaan mamamu untuk memaafkanmu sekarang juga. Ibumu berpikir kamulah satu-satunya harapannya setelah semua trauma yang diberikan mendiang ayahmu, makanya saat dia tahu kamu memiliki hubungan dengan pria itu, dia bersikap defensif dengan memberimu pilihan, siapa sangka kamu akan memilih pria tersebut?”

Trauma ... satu kata itu berhasil membuat Dara tercenung, bagaimana bisa ia melupakan kisah itu? Sebuah kisah yang menjadi jawaban atas semua sifat dominan dan strict ibunya selama ini. Tentang ibunya dan trauma masa lalunya akibat kekerasan fisik sang ayah. Kendati sang pelaku sudah lama terkubur jasadnya, Dara yakin trauma ibunya tak serta merta hilang layaknya eksistensi sang ayah.

Sebuah perasaan bersalah langsung memenuhi relung nuraninya, berbagai interogasi tiba-tiba menyerang batinnya. Kenapa ia harus bertemu William? Kenapa ia harus jatuh hati pada William? Kenapa ia malah pergi ke pelukan William?! Kenapa ia tak mempertimbangkan keputusannya saat itu? Kenapa?!

“Perkara maaf-memaafkan itu, juga perlu proses, karena ini juga menyangkut emosi manusia, apalagi kalau emosi itu menumpuk jadi satu, biarkan waktu yang menggerusnya perlahan, setelah itu mamamu akan mulai mengikhlaskan kemudian masuk tahap memaafkan.” Anjani, sang bibi ikut menimpali.

Dara tersentak saat tiba-tiba sang Oma menyentuh lengannya. “Jadi? Kamu benar-benar bisa bertahan dengan membentuk sebuah usaha butik?” tanya Laksmi penasaran sebab ia tak mengetahui perjalanan sang cucu tiga tahun belakangan, karena Sukma langsung mengonfrontasinya saat ia akan mengirim private investigator untuk menyelidiki.

Dara mengangguk lemah. “Tapi sudah bukan milikku lagi,” tuturnya sembari menyembunyikan raut sendu karena lagi-lagi sebuah kenyataan menamparnya bahwa butik itu sudah benar-benar lepas dari genggamannya.

Hendra tampak membasahi bibirnya sebelum bertanya, “Dan ... suami kamu, Ra? Kenapa semuanya jadi begini? Maksud om, waktu itu kamu keukeuh memperjuangkan cintamu padanya, kamu bilang dia orangnya baik, kamu bahkan memberi tahu kami jika kamu bertemu dengannya di salah satu organisasi amal, tapi bagaimana bisa semua berakhir seperti ini? Kami bahkan hampir tidak mengenalimu karena tubuhmu yang kurus ini,” tanyanya sembari mengingat-ingat kegilaan Dara setelah Sukma terang-terangan menutup akses pertemuan Dara dengan William.

Dara tampak gugup di tempat. Ia jelaskan semua yang menimpanya selama dua tahun belakangan mulai dari pernikahannya hingga pengkhianatan suami serta sahabatnya, belum lagi persoalan keluarga suaminya yang menjadikannya tulang punggung keluarga.

“Dara memang salah, karena tidak menyelidiki latar belakang dia sebelum menjalin hubungan dengannya, Dara tidak mencari tahu kelakuan-kelakuan Wiliam sebelum menyukai terlalu jauh. Padahal, Waktu itu Dara bisa saja menyewa private investigator untuk menyelidiki seluk beluk keluarganya, setidaknya Dara akan tahu jika ternyata dia dan keluarganya hanya akan menjadi benalu, seandainya aku melakukannya, hal-hal buruk sepeti ini pasti tidak akan terjadi,” ungkapnya tanpa ditutup-tutupi. Sebuah helaan napas lelah lolos begitu saja dari bibir keringnya.

Laksmi Wardana menampakkan raut iba. “Waktu kamu pergi, Oma kira kamu akan kembali, tapi siapa sangka kamu bahkan dengan mandiri mengurus semua berkas untuk menghapus namamu dari kartu keluarga Wijayakusuma sekaligus menghapus marga," katanya pelan.

Dara menundukkan kepalanya, tak kuasa menunjukkan wajahnya pada orang yang selama ini selalu menemaninya. Sekarang, makin besarlah rasa bersalah itu.

"Oma sadar, kalau ternyata kamu benar-benar serius, tapi apa alasan kamu tiba-tiba memilih orang yang baru kenal sebulan dan malah meninggalkan kami yang bahkan menjadi keluargamu 26 tahun lamanya?” tanya Laksmi sembari merangkul cucunya sendu.

Tak menampik Laksmi juga kecewa akan keputusan cucunya yang lebih memilih orang baru dibanding keluarga sendiri yang sudah melewati jatuh-bangun bersama-sama.

“Sebenarnya ... Dara tidak berniat pergi dari sini, Dara masih menyayangi mama dan kalian, tapi rasanya Dara juga tak sanggup jika harus berpisah dengan mas William.” Dara menatap sebuah ruangan di lantai dua dengan sendu, sebuah kamar yang berhasil membuat rasa bersalah Dara mencuat karena melihat sikap dingin penghuninya.

“Tidak ada gunanya terus-menerus menyesal, Ra,” tandas Anjani sembari mengusap lengan kurus keponakannya.

“Tapi, bukannya nanti malah buat aku jadi mengabaikan kesalahan?” tanya Dara dengan nada skeptis.

“Itu dua hal yang berbeda, apakah dengan menyesali terus-menerus bisa mengirimmu ke masa lalu dan memperbaiki semuanya? Tidak! Yang harus kamu lakukan adalah merencanakan masa depan dengan mempertimbangkan masa lalu, tujuannya? Agar menghindari melakukan kesalahan yang sama, itu juga salah satu upaya menghargai diri, dengan menghormati keputusan yang kita ambil,” jelas Anjani membuat Dara termenung sembari meresapi tiap nasihatnya.

Merencanakan masa depan? Mempertimbangkan masa lalu? Dara memandang pintu jati di lantai dua itu dengan gamang. Ke mana arah masa depannya? Dara jelas tak punya gambaran jelas setelah tujuan utamanya maam ini malah berbelok.

“Kamu mau membalaskan dendammu, Dara?” terka Laksmi membuat Dara tersentak.

Dadanya bergemuruh hebat diingatkan dengan dendam yang melatarbelakangi niatnya menyetujui tawaran sang nenek. Tapi, setelah mengingat semua kenangannya saat menjadi satu-satunya putri Wijayakusuma membuatnya tiba-tiba bingung menetapkan tujuan utama.

“Meskipun Oma tahu, suatu saat mereka pasti mendapatkan ganjaran, tapi kadang memang ada sebuah keinginan dalam hati untuk membalaskannya langsung. Hanya, semua hal itu juga punya konsekuensi masing-masing.

"Kamu sudah dewasa, sudah tahu mana yang terbaik untukmu, apalagi setelah semua yang terjadi ini, kamu pasti mulai mempertimbangkan banyak hal sebelum melangkah. Kamu seorang pewaris, kamu dituntut untuk menjadi pemimpin suatu saat. Tapi jika tidak keberatan, lebih baik kamu perbaiki hubunganmu dengan Sukma dan fokuslah dengan perusahaan kita,” saran Laksmi membuat Dara menemukan secercah cahaya di tengah bimbang yang temaram.

Dara tahu, kedepannya tidak akan mudah, tapi ia akan mengusahakannya, maaf ibunya, balasan untuk keluarga suaminya, dan tanggung jawab sebagai penerus Wijayakusuma.

“Apa yang kamu lakukan untuk permulaan?” tanya Hendra akan rencana hidup keponakannya.

Dara tampak berpikir sejenak sebelum memandangi semua orang. “Bercerai! Aku akan mengurus ini secepatnya,” ucapnya tegas setelah sadar atas statusnya yang ternyata masih menjadi istri sah William Antasena.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri yang Kau Campakkan Ternyata Jutawan    107. Mengakui cinta

    "K-kok pak Sagara ...,""Mereka sering bertemu?""A-ah, nyonya Sera memang sangat dekat dengan keluarga Adikara, apalagi dengan nyonya Rissa. Nyonya Sera adalah sahabat kecil pak Sagara,""Maksudmu ... sahabat yang akhirnya menjadi sepasang kekasih?""Mari, sepertinya pak Sagara sudah menunggu,""Hai, Dara,""Wow! Ternyata ini kegiatan akhir pekanmu, Sagara? Kamu mengajak kekasihmu untuk berkencan di rumah, di saat tak ada anggota keluarga di sini?""Sera ...,""Tak masalah, Pak. Saya paham akan maksud nyonya Sera, lagi pula semua orang pun pasti tahu hanya dengan sekali lihat, kita tak sedekat itu,""Tampaknya atmosfer di antara kalian terasa sangat buruk, kalau begitu saya pamit undur diri dulu,""Ada perlu apa kamu ke mari, Dara?""Saya ingin mengembalikan barang yang kapan hari pak Sagara pinjamkan kepada saya,""Silakan duduk," "Padahal sebenarnya kamu tak perlu mengembalikannya,""Tolong jangan berbicara demikian, Pak. Barang 'ini' bukan milik saya, mau saya menyimpannya di lema

  • Istri yang Kau Campakkan Ternyata Jutawan    106.

    "Apa yang sebenernya terjadi pada kamu, Sagara?""Kamu gila? Kamu mengharapkan seorang wanita yang sudah menikah?""Dan setelah itu berani-beraninya kamu mengatakan kalimat cinta menjijikkan itu kepadaku, kamu menganggapku sekedar pelarian?""Kamu benar-benar bajingan yang tak tahu diri, kamu brengsek!""Nona Dara?""Ya? Masuk saja, Mbak!""Taruh saja di sana, Mbak. Terima kasih sudah mencucikan baju saya,""Eh, tunggu!""Ya, Nona Dara? Ada yang bisa saya bantu?""Ini baju siapa?""Loh? Bukan baju Non Dara? Saya ingat ini di keranjang untuk baju kotor yang berasal dari kamar Non Dara,""I-iya itu baju saya," "Silakan teruskan pekerjaan kamu,""Sial, aku sudah berjanji akan mengembalikannya," "Kenapa Sagara jahat sekali? Dia memberikan baju belasan mantannya yang udah ditolak kepadaku? Hanya karena keadaanku saat itu benar-benar mengenaskan, bukan berarti dia bisa merendahkanku dengan cara seperti itu,""Ini hari libur, kamu mau keluar lagi?""Maaf, Ma,""Bukan begitu maksud mama, Dara

  • Istri yang Kau Campakkan Ternyata Jutawan    105.

    “Halo?” “Mama masih di kantor?”“Hm, sebentar lagi mama mau pulang, Dara. Kamu di mana?”“Aku juga masih di kantor,”“Terus? Ada perlu apa sama mama?”“Sepertinya ... nanti aku tidak bisa bergabung bersama kalian dalam acara memasak,”“Kenapa memangnya? Kamu tidak suka bereksperimen bersama kami?”“Ah! Bukan begitu, Ma. Masalahnya aku baru ingat kalau hari ini ada sebuah janji,”“Janji? Bersama klien?”“T-tidak, sebenarnya ini hanya janji makan siang saja, akan tetapi, temanku ini seorang publik figur yang jarang pulang ke tanah air. Jadi, aku merasa harus meluangkan waktuku untuk bertemu dan bertukar kabar dengannya,”“Teman kamu sekarang banyak sekali, ya? Mama saja tidak pernah berkumpul dengan teman-teman Mama gara-gara sibuk. Tapi tidak apa-apa. Asalkan kami baik-baik mama tentu akan mengizinkan. Nanti mama akan jelaskan pada tante Rissa,”“Terima kasih, Ma!”“Hm, mama sempat berpikir kamu akan bertemu Sagara, loh,”“Maksudnya?”“Tadi Sagara juga izin tidak ikut eks

  • Istri yang Kau Campakkan Ternyata Jutawan    104

    "Delion! Jangan melihatnya! Apakah kamu tidak berdosa menikmati milik wanita lain di saat kamu sendiri punya istri?" "Cih! Kamu berharap aku tertarik dengan milik bidadari vintage itu? Istriku lebih baik dari segala aspek," "Aku bahkan tak berani menggunakannya untuk berfantasi." "Kupikir ... semua pria akan birahi salahkan disuguhi ketelanjangan," "Umumnya memang begitu, tapi bukan berarti tidak ada beberapa pria yang menolaknya. Lagi pula, jangan meragukan keprofesionalanku. Sebelum ini, aku bahkan pernah bersembunyi di bawah kolong ranjang pasangan yang sedang memadu kasih," "Dasar gila!" "Ya, memang segila itu dunia investgasi." "Ngomong-ngomong, Dara. Akan kamu gunakan untuk apa bukti ini?" "Bukan untuk apa-apa. Aku hanya ingin membuktikan sendiri bagaiman gilanya Sri Rahmi," "Lihat? Mereka semakin liar sja," "Pernahkah ... kakak berfantasi kepada pria lain, kecuali aku dan suami kakak? Ohh! Emhh!" "Pernah ... banyak sekali pria-pria muda yang menjadi objek fantasiku

  • Istri yang Kau Campakkan Ternyata Jutawan    103. Kakak Rahmi?

    “Delion?”“Hm,”“A-apa aku salah lihat?“Tidak, memang itulah kenyataannya, Dara.”“As-hmmph!”“Hmphmph! Lepas!”“Kamu gila! Apa yang kamu lakukan, Sialan!”“Mulutmu!” “ Bisakah kamu mengendalikan muncungmu itu? Bagaimana kalau kita ketahuan!”“Hei, cecunguk! Apa kamu lupa kalau mobil kita kedap suara dan tidak tembus pandang?”“O-oh, maaf,”“Sial! Kamu merusak moodku!”“Lah? Kenapa malah menyalahkanku? Dari awal, kan memang suasana hatimu sudah buruk. Ingat! Kamu sendiri yang sudah memaksa untuk ikut,”“Memangnya salah kalau aku mau ikut?”“Tidak salah! Yang slah adalah Sagara karena membuatmu patah hati—”“Jangan menyebut namanya!”“Nah, kan! Penyebab utama moodmu rusak karena hubungan kalian. Aih! Gara-gara kamu galau malah mengajak ribut satu dunia,”“Sudahlah! Kita fokus saja menyelidiki Sri Rahmi!”“Loh? Ke mana dia?”“Cih! Gara-gara bertengkar, kita malah kehilangan jejaknya!”“Mungkin—”Brak!“Astaga!”“Delion! Itu—”“Syutt! Kita tak perlu mencari-cari m

  • Istri yang Kau Campakkan Ternyata Jutawan    102. Membuntuti Sri Rahmi.

    Dara terburu-buru menuruni tangga dengan wajah polosnya. Begitu membaca pesan dari Delion Sunarija, Dara mempercepat tempo langkahnya. Sebuah setelan serba hitam yang dipakainya berhasil membuat Sukma Wijayakusuma mengernyit melihat keanehan outfitnya.“Kamu mau ke mana, Dara?” tanya ibu satu anak itu sembari mengamati anaknya dengan alis berkerut. Ini sudah malam hari, kira-kira ke mana anaknya akan pergi?Dara terdiam sejenak sebelum berbalik menghadap ibunya. “Aku ada kepentingan dengan teman, Ma."Sukma menyangga wajahnya dengan tangan. Ia pandangi sang putri yang tengah meremas ujung pakaian itu dengan pandangan tertarik. “Teman? Apakah itu Sagara?” “Tidak mungkin!” Dara terlonjak ketika mendengar suara menyentak yang berasal dari belakangnya. Ketika menoleh ia mendapati wajah sang paman yang terpampang nyata.“Om kenapa, sih?! Datang-datang main menyelonong saja!" sewot Dara dengan wajah garangnya. Perempuan itu memilih duduk di dekat ibunya sembari mengecek ponselnya.Hendra

  • Istri yang Kau Campakkan Ternyata Jutawan    101. Rasa yang tak berbalas.

    "Ya Tuhan,” bisik Dara begitu mengangkat gaun yangs Sagara berikan. Overall, itu memang tidak terlalu ketat dan warnanya pun hitam sehingga memberikan kesa mewah. Namun, panjang gaunnya sangat tidak cocok untuk tubuh Dara yang tinggi semampai. Setelah beberapa menit berperang dengan dress itu, akhirnya Dara bisa menatap figur dirinya di cermin. Meskipun di luar terlihat biasa saja, Dara sebagai si pemakainya jelas yang paling merasakan bagaimana tak nyamanya gaun ini.Perempuan itu mengambil ponselnya dari clutch dan segera mencari nama kontak Delion. Namun urung, sebelum Dara memencet tombol panggilan, tiba-tiba keraguan melanda hatinya. Kapan hari Delion sudah menasihatinya untuk kembali mengejar Sagara, tapi Dara jelas tak tahu bagaimana caranya mengungkapkan pikiran dan keinginannya pada pria itu. Apakah harus dikatakan hari ini? Bagaimana kalau nanti Sagara merasa tak nyaman? Tapi jika tidak dilakukan sekarang, kapan lagi? belum tentu Dara bisa bertemu dengan pengusaha beken it

  • Istri yang Kau Campakkan Ternyata Jutawan    100. Bertemu rasa.

    “Kamu terlihat lesu, Dara. Sakit?” “Tidak, aku hanya malas datang ke pesta yang sangat ramai, nanti di sana pasti ada banyak teman-teman Mama yang tanya ini-itu,” “Memangnya kenapa? Itu, kan bagus untuk branding kamu Dara. Jadi nanti sekalian kamu dekat dengan mereka, sekalian juga perluas koneksi,” “Mama selalu memandang sesuatu dari segi keprofesionalan, ya? Aku jadi semakin insecure,” “Insecure kenapa?” “Mama tidak pernah merasa terbebani? Status Mama kan pewaris tunggal, otomatis ekspektasi orang-orang akan membuat Mama semakin tertekan bukan?” “Kalu dulu, jelas iya. Apalagi waktu awal-awal menjabat dan menghadapi ombak di dunia enterpreneurship. Dulu semua orang membanding-bandingkan kinerja mama dengan prestasi kakekmu, itu jelas sangat membuat mama tertekan.” “Dara,” “Kamu tidak perlu memaksakan diri dengan menjadi nomor satu seperti mama. Kamu lihat? Mama saja yang skill dan minatnya di dunia enterpreneurship saja kewalahan, apalagi kamu yang malah minatnya di du

  • Istri yang Kau Campakkan Ternyata Jutawan    99. Melangkah mundur.

    “Penjarakan Sri Rahmi!” seru seorang wanita sembari membawa wajan dan memukul-mukulnya dengan keras hingga terdengar suara bising yang menganggu. Para wanita di belakangnya ikut menyemarakkan suasana dengan sorakan tenor mereka. “Kami tidak Sudi sekampung dengan penipu dan pencuri!” teriak yang lainnya dengan suara menggelegar, membuat tetangga Kana kiri Sri Rahmi langsung keluar untuk melihat sumber kebisingan. “Ya! Selain itu, anak-anaknya juga suka berbuat onar dan mencemarkan nama baik kita semua,” tambah seorang wanita yang disetujui warga-warga lain. Seorang wanita yang baru saja bergabung itu langsung menyela, “Jangan begitu, dong! Sebelum itu suruh dia lunasi semua uang yang dia tilap!” Keadaan di depan rumah Sri Rahmi tampak sangat kacau buntut kasus dugaan penggelapan uang arisan yang meresahkan warga. Persatuan ibu-ibu sekompleks itu langsung mengumpulkan massa dan bergabung untuk memberikan pelajaran bagi sang ratu gosip yang belakangan ini mengurung diri. Entah kar

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status