Share

Tanpa sadar posesif

Penulis: Pulungan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-26 07:27:15

"Jangan bilang ini ulah kamu, buka aku mau pergi." ucap Khanza dengan kesal, tapi Romi hanya dia memperhatikan gadis itu. Merasa tidak di perdulikan Khanza mendekati Romi, lalu menatap tajam laki-laki itu.

"Mau kamu apa sih? Sini kuncinya, aku mau pergi." kesal Khanza berusaha mengambil kunci dari tangan Romi. Namun Romi malah mengangkat tangannya ke atas, ke belakang sehingga Khanza berputar-putar.

"Sini gak!" bentak Khanza, dadanya bahkan naik turun menahan emosinya, membuat Romi diam sejenak saat Khanza hendak menarik paksa kunci tersebut.

Romi langsung menarik tubuh mungil itu ke ranjang.

Bruk! Mereka berdua jatuh dengan posisi Khanza di atas tubuh Romi. Khanza semakin kesal ia langsung berusaha bangkit. Namun usahanya gagal saat Romi malah membalikkan posisi mereka.

Khanza yang hendak memberontak langsung di tahan oleh Romi. Kedua tangannya di taruh di atas membuat gadis itu tidak bisa bergerak.

"Awas …," berontak Khanza, sekarang matanya malah memanas ia sangat membenci Romi. Romi yang melihat air mata Khanza sudah menggenang diam sejenak.

"Jangan buat saya marah bisa nggak," ucap Romi dengan suara beratnya. Tiba-tiba Khanza langsung meringis karena tangannya yang berdarah tadi di timpa oleh tangan Romi.

"Astagfirullah tangan kamu berdarah, maaf-maaf saya nggak ingat tadi tangan kamu. Sini saya obati dulu," ujar Romi merasa bersalah karena darahnya semakin banyak. Romi langsung bangkit dari atas Khanza, lalu ia mengambil kotak obat.

"Nggak usah," tolak Khanza dengan suara serak menahan sakit di tangan dan kepalanya, bahkan air matanya sudah menetes.

Ia berusaha bangkit kemudian ia berjalan menuju pintu. Romi yang melihat itu langsung menghampiri Khanza.

Lagi-lagi tubuh Khanza terhuyung ke belakang, karena Romi menarik tangannya.

"Ayo," tegas Romi lalu mendudukkan Khanza dengan paksa di ranjang. Ia berusaha untuk tidak marah pada gadis itu karena ia tahu Khanza pasti masih sangat lemah.

"Akh … ish," ringis Khanza saat Romi meneteskan obat. Mendengar itu ia langsung meniup-niup pelan luka Khanza.

"Biarin aku pergi," pinta Khanza membuat Romi langsung mendongak melihat wajah pucat gadis itu. Romi tidak menghiraukannya lalu kembali fokus ke tangan Khanza.

Setelah selesai Romi naik ke ranjang lalu membawa Khanza ke dekapannya. Sedangkan Khanza yang kaget langsung memberontak walaupun hasilnya nihil. Romi tidak mau terjadi sesuatu yang buruk pada gadis itu jika ia tetap nekat pergi.

"Tidurlah," ucap Romi lembut di telinga Khanza membuat gadis itu langsung menangis.

"Kakak jahat hiks ... Kakak kejam! Kakak monster, kakak pelit." kesal Khanza di sela isak tangisnya ia memukul dada bidang Romi sekuat tenaganya.

Ntah kenapa Romi malah memejamkan matanya mendengar itu, ada rasa bersalah di hatinya mendengar ucapan Khanza.

Bugh! Bugh! Bugh! Hap! Romi menahan tangan kiri Khanza, kemudian menatap wajah imut itu yang sudah penuh dengan air mata.

"Jangan paksain tangan yang ini nanti berdarah lagi." Nasehat Romi membuat Khanza langsung berhenti memukulnya. Melihat Khanza berhenti, Romi langsung melingkarkan tangan kiri Khanza di pinggangnya.

Lalu membenamkan wajah Khanza di dada bidangnya membiarkan gadis itu menangis.

"Baik, saya minta maaf jika aku selalu menyakitimu. Tapi bisa nggak kamu nurut sama saya jangan melawan dan jangan pergi tanpa izin." Ucap Romi di telinga Khanza, tapi tidak ada jawaban sedikitpun hanya deru nafasnya yang terasa di dada bidang Romi.

"Bisa nggak jangan bikin ulah terus, kamu nurut sama saya. Saya yakin lama-lama saya juga bakal luluh, tapi sebaliknya.

Jika kamu terus berulah yang ada saya malah semakin nggak suka sama kamu." Lanjut Romi, Khanza hanya diam mendengarkan ucapan Romi sambil memejamkan matanya, rasanya kepalanya semakin nyut-nyutan.

Beberapa menit kemudian Khanza mulai senyap dan tidak ada tangis atau pergerakan lagi. Romi menjauhkan sedikit tubuhnya, detik kemudian bibirnya tersenyum melihat gadis itu sudah tertidur sambil memeluk pinggangnya.

"Kan kalo tidur damai nggak kayak cacing kepanasan." gumam Romi sambil mengamati wajah Khanza, ia melihat mata gadis itu mulai bengkak akibat kelamaan menangis.

Romi menunduk sedikit lalu ia mencium kelopak mata Khanza bergantian, ia mendengar dengkuran halus dari mulus Khanza.

"Masih panas banget lagi, tapi bandelnya juga minta ampun." Ucap Romi gemas sambil meletakkan tangannya di leher Khanza.

Kemudian Romi menyusul Khanza ke alam mimpi, ntah kenapa ia juga merasa tidak tega jika melihat Khanza terus menerus menangis karenanya.

Awalnya memang ia sangat membenci Khanza, namun semakin kesini rasa itu mulai pudar. Bahkan ia mulai tidak suka melihat Khanza dekat-dekat dengan Salman.

***

Pagi hari Khanza bangun dari tidurnya ia melihat Romi masih setia memeluknya layaknya guling.

Khanza mendongak ke atas mengamati wajah Romi rahang yang kokoh, bibir yang tebal, hidung yang mancung serta alis yang tebal membuat Romi terlihat ganteng dan berwibawa.

Perlahan Khanza memindahkan tangan Romi dari pinggangnya, lalu ia berusaha bangkit walaupun sempoyongan. Kemudian ia bergegas ke kamar mandi untuk mengambil wudhu kemudian melaksanakan sholat subuh.

Selesai melaksanakan sholat subuh Khanza ingin keluar dari kamar, namun sialnya ia tidak melihat kunci yang pegang Romi tadi malam.

"Ish … kuncinya di taro dimana sih," kesal Khanza sambil menghentakkan kakinya. Ia berjalan ke arah tikar yang belum sempat ia gulung tadi malam.

Ia membuka ponselnya, begitu banyak pesan dari Salman. Bibirnya melengkung membaca chat dan voicenote yang begitu banyak.

[Khanzaaaa] tulis Salman membuat Khanza geleng-geleng.

[Kamu udah sadar belom, sorry banget nih aku nggak bisa nganterin kamu karena udah terlanjur banyak tamu. Akhirnya Bang Romi sendiri yang bawa kamu ke rumah sakit]

[Zaaa ih jawab napa, Adam dan Dana otw dapat hadiah dari aku tenang aja] 

Khanza hanya terkekeh membaca pesan tersebut, kemudian ia memutar voicenote Salman.

[Kak Khanza hu .. hu .. hiks kami minta maaf. Adam dan Dana gak berniat celakain Kakak kami cuma mau bercanda hiks, maafin kami Kak,] ucap dua bocah laki-laki yang sedang menangis membuat Khanza langsung geram pada Salman. Ia tahu pasti Salman menghukum keduanya sampai menangis.

Khanza langsung menekan tombol voice note, lalu ia mulai berbicara.

[Iya Adam, Dana Kakak maafin kalian kok lagian salah Kakak juga nggak bisa berenang. Salman makasih banyak udah nolongin aku tadi malam.

Tapi jangan hukum anak-anak sampe nangis juga dong, punya hati nggak sih jadi manusia] ucap Khanza yang awalnya selow lama malah ngegas, lalu ia menekan tombol kirim.

Romi bangun dari tidurnya ia melihat sudah tidak ada Khanza di sampingnya. Romi kaget, ia langsung duduk karena takut gadis itu kabur.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri yang Kau Jadikan Taruhan    Ending (Tamat)

    Setelah punya momongan Romi jauh lebih dewasa begitu juga dengan Khanza yang semakin sabar menghadapi segala sesuatu."Eugh," tiba-tiba bayi mereka menggeliat tengah malam saat Romi dan Khanza sedang tidur pulas."Oek ... oek," tangis bayi itu pecah saat merasa tidak ada yang memperdulikannya."Eh sayang ... bangun Nak, haus iya," ucap Khanza lalu ia duduk kemudian menggendong bayinya."Kenapa sayang? Hum ... jangan rewel ya Nak, kasian Ayah capek udah kerja," lanjut Khanza sambil menciumi pipi bayinya tersebut.Tapi tangis Kaila tak kunjung reda membuat Khanza bingung."Khanza," panggil Romi yang terusik mendengar suara tangisan bayi mereka membuat Khanza langsung menoleh ke samping."Kakak bangun, maaf ya Kaila rewel," ucap Khanza membuat Romi langsung duduk di samping Khanza."Sini biar saya gendong," ujar Romi membuat Khanza langsung memberikan Kaila ke gendongan suaminya tersebut."Oh anak Ayah ini, kenapa rewel sayang? Panas ya bajunya ketebelan ya sayang? Sini Ayah buka bukain

  • Istri yang Kau Jadikan Taruhan    Khanza Melahirkan

    Setelah Romi berangkat Khanza mulai merasa perutnya mules. Tapi ia masih mencoba menahan karena Khanza tahu itu hanya kontraksi palsu."Aduh ... Nak jangan buat Bunda sakit gini sayang, kita tunggu Ayah dulu," gumam Khanza sambil mengusap-usap perutnya."Khanza kenapa Nak?" tanya Indah saya melihat Khanza meringis sambil mengatur nafasnya."Ini Bun sakit, tapi kayaknya masih kontraksi palsu," jawab Khanza membuat Indah langsung mendekati Khanza. Ia melihat menantunya tersebut sudah keringatan menahan sakit."Wah gak iya ini, Mas!" panggil Indah membuat Bimo yang sedang mencuci tangan langsung buru-buru."Iya sayang kenapa?" tanya Bimo bingung melihat Indah panik."Khanza Mas, kita bawa ke rumah sakit aja takut dia melahirkan disini, udah waktunya kayaknya ini." ucap Indah buru-buru membuat Bimo langsung mengangguk lalu buru-buru keluar ngeluarin mobil."Ayo sayang," ajak Indah membantu Khanza berjalan."Emang udah waktunya Bun?" tanya Khanza sambil mengatur nafasnya."Udah gak apa-ap

  • Istri yang Kau Jadikan Taruhan    Terlalu mandiri

    6 bulan kemudian, bulan ini sudah memasuki bulan Khanza melahirkan. Perutnya yang sudah membuncit membuatnya benar-benar kesusahan untuk bergerak dan bahkan harus berpegang.Tidak jarang Romi tidak berangkat kerja karena tidak tega meninggalkan Khanza di rumah, walaupun sudah ada Indah, Bimo dan Fatimah di rumahnya.Pagi ini Romi siap-siap berangkat ke kantor karena ada rapat penting dan tidak bisa di wakilkan. Sebenarnya Romi tidak ingin meninggalkan Khanza tapi karena dadakan juga mau tidak mau Romi harus berangkat.Ceklek! Pintu kamar terbuka menampakkan Khanza membuat Romi yang sedang memasang dasi langsung tersenyum."Gak bisa," ucap Romi seperti anak kecil membuat Khanza terkekeh."Ya udah sini, Kakak harus belajar bikin dasi biar nanti pas aku lahiran bisa sendiri," ucap Khanza sambil meraih dasi tersebut. Romi duduk di sisi meja rias untuk mempermudah Khanza memasang dasinya."Gak ah, maunya kamu yang bikin," jawab Romi membuat Khanza mencebikkan bibirnya."Kan akunya lahira

  • Istri yang Kau Jadikan Taruhan    Vina Mual

    Seminggu kemudian, Vina mulai merasa aneh dengan dirinya, ia sering kali pusing dan mual-mual. Tapi Vina tidak memberi tahu suaminya, karena menurutnya itu cuma masuk angin biasa."Vina, bisa ke ruangan saya sebentar," panggil Romi membuat Vina langsung menoleh lalu mengangguk."Iya Pak," jawab Vina lalu beranjak dari kursinya. Saat berdiri ia merasa sedikit pusing membuat Salman yang melihat itu langsung mendekati isterinya tersebut."Kamu gak apa-apa?" tanya Salman sambil memegang tangan Vina membuat Vina langsung menoleh lalu menggeleng."Gak apa-apa Kak, aku ke ruangan Pak Romi dulu ya," ucap Vina yang dibalas anggukan oleh Salman.Sampai di ruangan Romi, Vina melihat Khanza sedang ngemil sambil menonton di ponselnya. Vina sedikit tersenyum melihat Khanza yang mulai terlihat berisi dari sebelumnya."Mbak," panggil Vina membuat Khanza menghentikan filmnya lalu menoleh."Eh Vina, apa kabar?" tanya Khanza membuat Vina langsung tersenyum."Baik Mbak," jawab Vina, tapi Khanza malah me

  • Istri yang Kau Jadikan Taruhan    Terlalu posesif

    "Kak," panggil Khanza, ia tahu kalo suaminya pasti marah."Udah selesai?" tanya Romi sambil merangkul pundak Khanza."Em ... tinggal buat Mama Ira sih," jawab Khanza sambil menunjukkan paper bag di tangannya. Romi mengambil paper bag tersebut lalu memasukkannya ke dalam sel."Ini ada sedikit makanan buat Ibu sama Rea, kalo mau silahkan dimakan kalo gak suka kasih aja sama yang sebelah," ucap Romi tegas membuat Ira dan Rea diam seketika."Mbak Cantik terima kasih ya makanannya, enak sekali," panggil salah satu narapidana membuat Khanza langsung menoleh lalu mengangguk."Romi kamu kesini mau jenguk Ibu?" tanya Ira dengan semangatnya membuat Khanza sedikit mendongak melihat ekspresi suaminya itu."Sebenarnya kalo dari hati Romi pribadi belum ya Bu, cuma karena Khanza yang selalu ngajakin kesini akhirnya Romi mau. Tapi hasilnya berbanding terbalik dengan dugaan Romi, Ibu malah bentak dan maki-maki istriku." jawab Romi dengan nada tertahan membuat Ira diam seketika lalu ia saling melempar

  • Istri yang Kau Jadikan Taruhan    Khanza di bentak

    Seminggu telah berlalu, Khanza berniat mengunjungi Ibu mertuanya yang di penjara, pagi-pagi sekali ia sudah berkutat di dapur menyiapkan makanan untuk Ira.Sedangkan Romi karena berhubung hari libur, ia hanya malas-malasan di kamar karena tadi malam lembur menyelesaikan semua pekerjaannya."Khanza kemana sih? Kok gak masuk-masuk," gumamnya yang tengah berbaring di ranjang sambil mengotak-atik ponselnya.Tanpa membuang waktu ia langsung bangkit dari ranjang sebelum keluar. Romi merapikan rambutnya di depan kaca lalu ia keluar dari kamar."Khanza," panggilnya namun tidak ada sahutan sedikitpun membuat Romi langsung mengedarkan pandangannya hingga ia melihat gadis itu di dapur.Romi melipat kedua tangannya lalu mendekati Khanza dari belakang."Khanza," panggil Romi lagi membuat Khanza kaget."Hah? Iya, kenapa Kak?" tanya Khanza saat melihat Romi sedang menatapnya sambil melipat kedua tangannya."Kamu dari tadi saya panggil-panggil kenapa gak nyahut-nyahut?" tanya Romi membuat Khanza meno

  • Istri yang Kau Jadikan Taruhan    Terlalu angkuh

    "Romi, Khanza tidur itu," panggil Bimo membuat Romi langsung menoleh kesamping, ia langsung tersenyum lalu mendekati orang tuanya."Bun, tolong ambilin kantong plastik ini," ucap Romi membuat Indah langsung melepaskan kantong plastik tersebut dari tangan Khanza."Bawa istri kamu ke kamar aja, kasian," lanjut Indah yang dibalas anggukan oleh Romi."Gegara Fatimah ini, Khanza sampe capek banget eh dianya malah asik olahraga padahal Khanza gak tau jalan pulang," omel Romi membuat Bimo menaikkan alisnya sebelah."Fatimah belum pulang juga?" tanya Bimo yang dibalas gelengan oleh Romi."Belum, dia masih sok cantik disana," jawab Romi lalu ia masuk membawa Khanza ke dalam."Ada-ada aja ya Mas," ucap Indah yang dibalas anggukan oleh Bimo."Ntahlah, anak cuma dua tapi gak pernah akur," jawab Bimo membuat Indah mangut-mangut."Gimana kalo 3 sampe 5 anak ya, heboh pasti," ucap Indah tanpa sadar membuat Bimo menoleh."Kamu mau nambah anak lagi?" tanya Bimo sambil menggoda."Gak Mas, aku cuma baya

  • Istri yang Kau Jadikan Taruhan    Olahraga pagi

    "Gak apa-apa 'kan sama istri sendiri, pahala malahan, yang gak boleh itu sama istri orang," jawab Salman lalu mengambil tisu melap bibir istrinya yang belepotan."Udah atau mau di habisin semua kuenya?" tanya Salman."Udah," jawab Vina sambil mengerucutkan bibirnya karena masih kesal dengan kelakuan suaminya tersebut.Salman meletakkan kue diatas meja lalu ia kembali mendekati istrinya dan detik kemudian ia menggendong Vina."A ...! Ih turunin Kak, gak usah di gendong aku berat," teriak Vina karena kaget."Jangan teriak-teriak, orang juga tahu kalo kita pengantin baru," celetuk Salman membuat Vina kesal sekaligus malu."Ngapain gendong-gendong sih, aku bisa jalan sendiri Kak," rengek Vina."Biar romantis," lanjut Salman lalu ia membuka lebarkan pintu kamar dengan kakinya kemudian ia merebahkan Vina di ranjang."Uh ... akhirnya, untung gak jatuh," gumam Vina membuat Salman terkekeh lalu ia kembali berjalan menutup pintu.Saat Vina hendak duduk, Salman terlebih dahulu menindihnya membua

  • Istri yang Kau Jadikan Taruhan    Prank

    Disisi lain, Fatimah langsung merasa tidak tenang setelah mendengar ucapan Romi barusan."Kamu kenapa Fatimah?" tanya Vero yang baru saja datang dari toilet."Kak kayaknya aku harus pulang deh," ucap Fatimah membuat Vero kaget."Hah? 'Kan belum makan," ucap Vero tidak percaya dengan ucapan Fatimah."Gak apa-apa Kak, Bang Romi kayaknya marah sama aku, karena ini pertama kalinya aku keluar sama cowok," jawab Fatimah membuat Vero mangut-mangut."Ditambah lagi tadi aku pergi di saat semuanya gak ada di rumah, cuma ada Kak Khanza.Aku kira semuanya baik-baik saja ternyata dugaanku salah, ada masalah ternyata," lanjut Fatimah membuat Vero mengangguk sekilas."Jadi sekarang mau pulang?" tanya Vero, sebenarnya Fatimah merasa tidak enak karena makanan sudah terlanjur di pesan."Ya sudah gini deh, kita makan dulu gak lama sekitar 20 menitan, setelah itu saya antar kamu pulang ke rumah," lanjut Vero karena ia tahu pasti Fatimah bimbang."Ya udah deh Kak," jawab Fatimah menyetujui usul Vero.20 m

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status