Share

Amarah Khanza

Tanpa membuang waktu Romi langsung melepas jasnya, lalu ia melompat ke dalam kolam.

"Ugh … ugh," Khanza terus meminum air hingga membuatnya tidak sadar diri. Romi langsung meraih Khanza membawa gadis itu naik. Salman langsung membantu Romi menaikkan Khanza.

"Ya Allah ... Khanza pingsan Bang," ucap Salman khawatir, tanpa menghiraukan ucapan Salman. Romi langsung mencium bibir Khanza memberinya nafas buatan.

Salman kaget bukan main melihat tindakan Romi, namun ia berusaha positif thinking. Berkali-kali Romi memberi nafas buatan hasilnya nihil, Khanza hanya batuk sekali membuat Romi semakin panik.

"Bang kita bawa ke rumah sakit aja," usul Salman yang dibalas anggukan oleh Romi.

"Biar saya yang bawa kamu lanjut pesta kamu aja, kasian kalo di tinggal." jawab Romi, lalu ia mengambil jasnya kamudian ia menggendong Khanza keluar.

Disisi lain Salman masih bingung dengan semua tindakan Romi. Ia menggelengkan kepalanya berkali-kali menepis pikiran jeleknya.

"Dana, Adam!" panggil Salman setengah berteriak membuat kedua ponakannya yang sedang bersembunyi langsung takut.

"Kalian yang dorong Khanza?!" bentak Salman, keduanya langsung menunduk takut.

"Kami hanya bercanda Om," jawab Dana membuat Salman semakin geram.

"Bercanda kalian bilang, lihat apa yang terjadi kalo sampe Khansa kenapa-kenapa, awas kalian ya," ancam Salman, lalu meninggalkan keduanya.

"Huhu ... Ini gara-gara kamu Dam," ucap Dana membuat Adam langsung menggeleng.

"Nggak gara-gara kamu juga," jawab Adam tidak mau salah.

"Tapi kamu yang nyuruh, aku cuma ikut aja," lanjut Dana.

"Gak, nanti aku bilang sama Om Salman kalo kamu juga salah." lanjut Adam

"Ih ... Nggak, kamu yang salah ..." teriak Dana membuat Adam menutup telinganya.

***

Sampai di rumah sakit, Khanza langsung di tangani oleh dokter. Lama Romi menunggu hingga akhirnya dokter tersebut keluar.

"Bagaimana keadaan istri saya Dokter?" tanya Romi begitu Dokter selesai memeriksa Khanza.

"Istri bapak tidak apa-apa hanya saja terlalu banyak meminum air. Tapi sudah di tangani sebentar lagi akan siuman," jawab Dokter membuat Romi bernafas lega.

"Terima kasih Dokter," lanjut Romi yang dibalas anggukan oleh Dokter.

Setelah Dokter pergi, Romi langsung masuk, ia melihat Khanza belum sadarkan diri.

"Kenapa aku harus di hadapkan dengan gadis bandel ini. Udah tau sakit segala sok-sokan pergi ke pesta, tenggelam dan akhirnya rumah sakit, ampun ..." gumam Romi sambil memperhatikan Khanza. Beberapa menit kemudian Khanza mulai membuka matanya.

Ia bingung melihat sekelilingnya hingga akhirnya pandangannya tertuju pada Romi yang sedang menatapnya juga dengan tatapan datar.

"Apa? Mau marah liat saya disini," ucap Romi tanpa aba-aba, membuat Khanza langsung mengalihkan pandangannya. Perlahan ia duduk sambil sandaran di sisi ranjang rumah sakit.

"Kenapa kamu sangat keras kepala?" tanya Romi yang masih menahan rasa kesal dari tadi.

"Maksudnya?" tanya Khanza membuat Romi langsung menghela nafas panjang.

"Masih nanya maksudnya setelah ngerepotin orang terus. Kamu nggak sadar apa setiap hari ada aja ulah yang kamu buat, why?" cecar Romi membuat Khanza diam ikutan emosi mendengar Romi ngegas.

"Udah tau sakit masih pergi ke pesta, kemaren-kemaren ada aja ulah kamu, sebenarnya tujuan kamu apa sih?

Kamu mau dapat perhatian dan simpati dari saya atau apa? Mending kamu ngomong tujuan kami sebenarnya apa.

Jadi jelas saya nggak terlalu pusing setiap hari mikirin ulah kamu, mau saya biarin saya terus di hantui kata-kata Ayah saya, maunya gimana?" lanjut Romi.

Perlahan mata Khanza mulai memanas mendengar semua itu ternyata selama ini hanya terpaksa.

"Ceraikan aku," jawab Khanza membuat Romi langsung menatapnya tajam.

"Inilah kamu, jika di tanya tujuan dan maksud kamu malah minta cerai se-"

"Aku beban 'kan? Ngerepotin terus, nggak tau malu, matre. Bukan tipe kamu, bikin ulah mulu sebaik-baiknya jalan adalah pisah biar kamu nggak ada beban.

Aku nggak minta di perhatiin kamu sendiri yang selalu merhatiin. Kamu yang tiba-tiba bikin baper, buat apa?

Kalo emang nggak suka bilang, ayo pisah. Aku juga nggak kuat sama kamu Kak. Kamu terlalu level tinggi buat aku yang level rendah, kampungan, norak." bantah Khanza  panjang lebar membuat Romi diam mencerna ucapan gadis itu.

"Kalo kamu emang terpaksa lakukan semua ini, kenapa kamu menolongku tadi?

Kenapa kamu nggak membiarkanku mati saja biar kamu puas," lanjut Khanza, Romi yang mendengar itu kembali emosi.

"Karena kamu tanggung jawab saya Khanza, kamu pikir saya menikahi kamu cuma karena wasiat.

Gak Khanza nggak, asal kamu tahu malam sebelum akad di langsungnya orang tuaku sudah memintaku berjanji dan bersumpah untuk menjagamu.

Aku memang berjanji tapi hatiku nggak bisa di bohongi, aku tidak menginginkan itu semua," bantah Romi.

Khanza yang mendengar itu langsung mengusap air matanya kasar, lalu mencabut infus dengan paksa dari tangannya hingga mengeluarkan darah.

"Apa yang kamu lakukan? Lihat tanganmu," kesal Romi kaget melihat Khanza mencabut infusnya.

"Jangan perdulikan aku, malam ini juga aku ingin kita pisah biarkan aku pergi." ujar Khanza, lalu ia berjalan keluar membuat Romi harus kembali menahan amarah.

"Bisa nggak jangan keras kepala," tegas Romi yang tidak di hiraukan oleh Khanza ia terus berjalan membuat Romi mau tidak mau harus mengikuti gadit itu.

"Khanza saya stop, jangan keras kepala kamu lagi sakit." ucap Romi bingung harus bagaimana.

"Gak, aku memang keras kepala kalo tidak suka jangan ikuti aku." jawab Khanza terus mempercepat langkahnya.

Romi langsung mengejar Khanza, detik kemudian ia menarik tangan gadis itu, membuat Khanza hampir saja terhuyung ke belakang.

"Bisa nggak kamu jangan keras kepala, bakal ada masanya kita pisah. Bukan cara seperti ini lagi-lagi kamu selalu membuat ulah," ucap Romi. Tapi tidak dengan Khanza matanya langsung menatap tajam Romi.

"Aku bilang sekarang kenapa harus tinggi nanti yang ada nanti ulahku semakin banyak. Kamu stres, kamu pusing, kamu kesal mending kita pisah sekarang," sanggah Khanza.

Romi yang harus mati-matian menahan emosi langsung menggendong Khanza dan membawanya ke dalam mobil.

"Lepas!" teriak Khanza namun tidak di hiraukan oleh Romi. Ia langsung masuk ke dalam mobil mulai menjalankan mobil ke rumahnya.

Sampai di rumah Khanza langsung masuk ke kama,r lalu ia menyusun semua pakaiannya ke dalam koper. Ia sudah terlanjur emosi semua kata-kata Romi sangat menyakitinya.

"Sekarang aku mau kita pisah kalo kamu tidak mau menalakku gak apa-apa. Tapi aku sudah tidak bisa disini lagi," ucap Khanza.

Romi tidak menghiraukan ucapan itu ia langsung mengunci pintu kamar tanpa sepengetahuan Khanza.

Setelah selesai mengemasi semua barang-barangnya, Khanza langsung menyeret kopernya berniat untuk keluar. Namun begitu sampe pintu ia langsung heran karena pintunya di kunci.

"Kok gak bisa," gumam Khanza sambil berusaha membuka pintu tersebut.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status