Share

3 : Cobaan terberat

last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-18 14:38:40

“Al, apa yang akan kamu lakukan, Al?” Nayara panik karena Alvano yang sulit ditebak.

“Kamu sudah membohongiku begitu lama, Nara. Sekarang kembalikan semua barang-barang milikku!” Alvano mengecup batang leher Nayara dengan paksa.

“Alvano, jangan begini, Al! Aku mohon jangan lakukan ini, Al.” Nayara berusaha lepas dari Alvano.

Alvano mengangkat wajah demi bisa menatap Nayara. “Kamu tidak punya hak menolakku, Nara. Anggap saja ini sebagai cara kamu menebus dosa padaku.”

“Al.” Nayara kembali panik saat Alvano mendekatkan wajahnya lagi.

“Hmmpp ….” Naraya hanya bisa memberontak kecil ketika Alvano mencium bibirnya dengan paksa.

“Alvano Dirgantara, lepas!” Nayara mendorong dada Alvano sekuat tenaga sampai pria itu menjauh darinya.

Nayara langsung duduk, kali ini Nayara berani menatap Alvano dengan tegas. “Alvano, aku hamil.”

“Hah?” Alvano tampak terkejut.

Tapi wajah terkejut itu hanya bertahan sesaat. “Hamil? Aku tahu itu cuma trik baru kamu buat nipu aku. Kamu pasti takut dengan datangnya Vanya maka kamu akan kehilangan semuanya, termasuk gelar Nyonya Muda Dirgantara. Pasti ini cuma karangan kamu saja agar aku kembali melindungi kamu, iya kan?” Alvano menunduk dan menatap Nayara dengan remeh.

Nayara tersenyum getir. “Apa menurut kamu aku orang yang seperti itu, Al?” Nayara menatap kedua mata Alvano.

Alvano memalingkan wajah sambil berdiri dengan benar. “Kita cuma lakuin itu sekali dan itu pun aku dalam keadaan mabuk. Mana mungkin kamu bisa langsung hamil?”

Nayara mengepalkan tangannya mendengar itu.

“Aku akan minta dokter datang sekarang supaya jelas kamu benar-benar hamil atau bukan, aku sih yakin kamu cuma pura-pura hamil,” sinis Alvano.

“Bagaimana kalau aku benar-benar hamil?” tantang Nayara.

“Sudahlah, Nara. Jangan pura-pura hamil lagi, kalau pun kamu benar-benar hamil aku pun tidak akan membiarkan wanita licik seperti kamu melahirkan darah dagingku.” Alvano tersenyum miring.

Tangan Nayara tiba-tiba bergetar sambil memegangi perutnya. ‘Iya, benar juga. Dari awal dia tidak pernah mencintai aku, lalu untuk apa aku berkhayal kalau dia juga menginginkan anak ini.’

Lagi-lagi hanya senyum getir yang bisa terlihat di wajah cantik Nayara. Wanita itu kembali mengusap perutnya.

‘Tebanglah, Sayang. Mama akan menjadi ibu sekaligus ayah untuk kamu,’ batin Nayara.

Alvano sudah mengambil ponsel untuk menghubungi dokter kepercayaannya, namun sebelum panggilan tersambung, Nayara langsung berdiri dan mencegah Alvano.

“Jangan, Al! Iya, aku benar-benar bohong.” Nayara mendongak. “Aku tidak hamil.”

“KAMU—” Alvano mendorong Nayara sampai wanita itu terjatuh ke sofa.

“Ayo kita cerai!” Nayara berusaha tegas dengan dirinya.

“Tidak semudah itu, Nara!”

“Ugh!” Nayara meringis saat lagi-lagi Alvano mencekik lehernya.

“Mudah sekali kamu membicarakan cerai di depanku, kamu pikir kamu itu siapa?” Alvano masih mencekik leher Nayara sesuka hati. “Oke, aku beritahu kamu. Kamu belum bisa bebas sebelum membayar semua hutang-hutangmu padaku. Meskipun perceraian itu harus terjadi, maka aku yang harus memutuskannya, bukan kamu.”

Setelah perdebatan panjang dengan Alvano yang tidak kunjung mendapatkan kepastian tentang hubungan mereka selanjutnya akan seperti apa, Nayara memantapkan hati untuk datang lagi ke rumah keluarga Widjaya.

“Gimana, Sayang. Kamu suka?”

Nayara bisa mendengar suara bahagia Clarissa bersama Vanya di dalam sana.

“Aku suka, makasih, Ma.” Nayara juga bisa melihat bagaimana Clarissa dan Vanya tertawa bersama.

Nayara melangkah dengan tatapan kosongnya, bagaimanapun juga ia harus menghadapi semua ini dan menyelesaikan semuanya secepat mungkin.

“Pa, Ma!” panggil Nayara, “meskipun aku bukan anak kandung kalian, tapi kalian sudah membesarkan aku selama dua puluh tahun ini. Aku akan tetap menganggap kalian orang tua kandungku selamanya, terima kasih atas kebaikan kalian selama ini.” Nayara menatap map di tangannya.

“Surat cerainya sudah aku tandatangani, aku minta tolong berikan surat cerai ini pada Alvano.” Nayara meletakkan map itu di atas meja.

Semua orang hanya diam memperhatikan Nayara dengan wajah sulit dijelaskan.

“Aku pamit!” Nayara tersenyum sambil melangkah pergi.

“Tunggu!”

Nayara berbalik dan menatap Clarissa yang menghentikan dirinya.

“Buka koper itu!” titah Clarissa dengan kedua tangan terlipat di dada.

Nayara bingung dengan permintaan Clarissa.

“Kami cuma ingin memastikan, apakah kamu mencuri barang-barang dari sini atau tidak.”

Deg!

Serendah itukah dirinya di mata ibunya? pikir Nayara.

“Clarissa!” tegur Dimas.

“Diam kamu! Jangan kasihan lagi pada anak ini!” Clarissa menentang Dimas. “Buka koper itu, sekarang!” Clarissa kembali menatap Nayara.

Kemudian ada seorang pelayan yang membuka koper Nayara.

Nayara hanya diam, wanita itu menatap nanar barang-barangnya dari dalam koper itu dikeluarkan semua tanpa terkecuali.

‘Berikan aku kesabaran, Tuhan.’ Clarissa menghela napas sambil memejamkan mata.

Clarissa berinisiatif untuk memeriksa sendiri isi koper Nayara, Vanya ikut melakukan hal yang sama.

Dengan kesadaran sendiri, Nayara melepas anting, gelang, dan semua perhiasan yang ia beli dengan uang dari keluarga ini.

Lebih parahnya lagi, Nayara juga harus melepas sepatu dan blazer mahal yang seharusnya bisa menghalangi tubuhnya dari rasa dingin saat berada di luar sana nantinya.

Vanya ternganga melihat Nayara yang begitu tegar melepas semua barang-barang mahal yang melekat di tubuhnya hingga Nayara berakhir tanpa alas kaki.

“Apa aku sudah boleh pergi?” tanya Nayara dengan wajah berubah datar.

Paham kah apa artinya wajah datar Nayara? Itu tandanya, Nayara sudah merasa terlalu sakit.

Clarissa hanya diam sambil menatap tajam Nayara.

“Ma!” Vanya melingkarkan tangannya pada tangan Clarissa. “Kalung itu.” Vanya menatap kalung berlian yang masih tersisa di leher Nayara.

“Semuanya akan aku berikan, tapi tidak dengan kalung ini.” Nayara melindungi kalung itu. “Ini adalah hadiah pernikahan dari mama Alvano, ini bukan milik keluarga Widjaya.”

“Dasar bodoh!” bentak Clarissa, “jika kamu tidak memakai identitas Vanya dan menikah dengan Alvano, keluarga Dirgantara tidak akan memberikan kamu apa pun. Lepas kalung itu!”

“Tapi, Ma.” Nayara keberatan kali ini.

“LEPASKAN!”

Karena tidak ingin semuanya bertambah runyam, akhirnya Nayara melepaskan kalung pemberian ibu mertuanya yang sudah pergi untuk selamanya.

“Maafin Nara, Mama mertua,” gumam Nayara saat melihat Vanya yang begitu bahagia menerima kalung itu.

“Sudah puas?” tanya Nayara dengan wajah tanpa ekspresi.

“Kak, kamu nggak marah kan?” tanya Vanya.

Naraya menatap Vanya dan Clarissa secara bergantian. “Tidak sama sekali.” Nayara membuang muka.

Vanya pun tersenyum senang. “Baguslah kalau begitu, Kak Nara. Setelah keluar dari rumah ini, kamu harus tahu diri. Jangan pernah menginginkan apa pun yang bukan milik kamu lagi.”

Nayara mengangguk lalu pergi dari rumah yang selama ini menjadi tempat pulang untuknya.

Sepanjang kakinya melangkah, Nayara bertanya-tanya. Apakah benar dia bukan anak kandung Clarissa dan Dimas?

Sementara Clarissa dan Vanya begitu bahagia melihat kepergian Naraya dengan sehelai kemeja putih tipis, rok mini, dan lebih mirisnya lagi Nayara pergi tanpa alas kaki.

Setelah berada di luar rumah, Nayara mengusap perut ratanya.

‘Sayang, setelah ini kita hanya akan tinggal berdua. Jangan takut, Mama akan selalu melindungimu.’ Nayara masih bisa tersenyum dalam keadaan tidak punya apa-apa dan tidak tahu harus ke mana.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Istri yang Kau Sengsarakan   4 : Dunia yang berubah

    Dengan bekal uang tabungannya semala ini, Nayara pergi ke luar kota dan tinggal di kontrakan sepetak yang sangat kecil. Tidak ada perabotan apapun di dalam kontrakan sepetak itu, untuk tidur pun Nayara hanya bisa membeli kasur tipis dengan harga seratus ribuan.Nayara harus bisa menghemat uang tabungannya yang tidak seberapa untuk biaya hidupnya menjelang mendapatkan pekerjaan. Sungguh miris nasib Nayara, dalam keadaan hamil dia harus hidup sendiri tanpa bantuan siapapun. "Aku pasti bisa." Nayara tersenyum dan menyemangati dirinya sendiri. "Kamu harus kuat, Nak. Mama janji akan memberikan yang terbaik untuk kamu." Nayara selalu mengajak bayi dalam kandungannya berkomunikasi kasi.Nayara mulai membersihkan kontraknya sampai rapi, Nayara juga membeli beberapa perabotan yang akan dia butuhkan selama tinggal di sini.Tidak banyak yang Nayara beli, hanya beberapa saja dan itupun yang harganya murah-murah.Setelah kontrakannya terlihat sedikit lebih layak huni, Nayara mulai menyusun re

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-18
  • Istri yang Kau Sengsarakan   5 : Sebentar lagi

    "Anda yakin tidak ingin mencari Nona Nara, Tuan Muda?" Keenan masih berharap Alvano akan berubah pikiran."Tidak akan, tidak ada lagi tempat untuk wanita pembohong itu di rumah saya." Alvano benar-benar terlihat sudah tidak peduli lagi pada Nayara.Keenan pun diam, asisten pribadi Alvano itu hanya bisa berharap Nayara baik-baik saja di luar sana. Wanita itu telah pergi selama tujuh bulan dan entah di mana dia sekarang. Keenan pun juga berharap Alvano selalu baik-baik saja. Pasalnya, Alvano terus kerja gila-gilaan dan tak tau waktu, lupa makan, dan kurang istrahat sejak Nayara tidak ada lagi di sisinya.'Ngakunya tidak peduli lagi, tapi masih enggan menandatangani surat cerai padahal sudah tujuh bulan berlalu.' Keenan tidak abis pikir dengan kisah rumah tangga atasannya itu.Sudah pukul sembilan malam. Lantai tertinggi gedung milik Alvano masih menyala terang. Meja kerjanya dipenuhi berkas, laptop yang belum mati, serta beberapa catatan yang ditulis tangan. Pria itu duduk tegak di kur

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-18
  • Istri yang Kau Sengsarakan   Bab 6 : Melupakan masalalu

    Sore itu langit mendung, udara sedikit pengap. Setelah berkeliling menjajakan buburnya sejak pagi, Nayara memutuskan untuk berhenti sejenak di pelataran taman kota. Ia duduk di bangku yang menghadap air mancur, membelai perutnya yang semakin berat. Bayi di dalam kandungannya bergerak pelan, seolah memberi tanda bahwa ia ikut merasakan kelelahan sang ibu.“Sebentar lagi kita pulang ya, Nak,” bisiknya lirih sambil tersenyum lembut.Nayara menoleh ke arah keramaian di sisi lain taman. Sebuah mobil hitam mengilap baru saja berhenti di depan restoran mahal yang berdiri mewah di seberang jalan. Dari dalam mobil, turun seorang pria tinggi bersetelan jas, rambutnya tersisir rapi, dan posturnya tak berubah sedikit pun sejak terakhir kali Nayara melihatnya.Dia Alvano, Langkah Nayara membeku melihat pria itu.Pria itu berjalan tenang, diikuti seorang wanita bergaun krem muda dengan heels tinggi yang mencolok. Wajahnya terlihat berseri-seri, tangannya menggandeng lengan Alvano seolah mereka sepa

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-30
  • Istri yang Kau Sengsarakan   7. Rumah sakit

    Hujan turun dengan deras di luar jendela, membasahi jalanan dan menciptakan riuh samar di tengah keheningan malam. Pukul dua lewat dua puluh lima menit pagi, Naraya terbangun dari tidurnya yang tak nyenyak. Perutnya mengeras, nyeri yang familiar menjalar dari tulang belakang hingga ke pusar. Ia mengerang pelan, menggigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit yang datang bertubi-tubi.“Tidak ... bukan sekarang.”Namun tubuhnya tak bisa dibohongi. Kontraksi itu nyata, lebih kuat dan intens dari sebelumnya. Dengan susah payah, ia meraih ponsel yang tergeletak di meja kecil dekat kasurnya. Ia menggulir daftar kontak, tapi tak satu pun nama yang bisa ia andalkan. Tidak ada keluarga. Tidak ada teman dekat. Dan pria yang seharusnya berada di sampingnya pun tidak bisa Nayara harapkan.Dengan napas yang tersengal, Naraya bergegas keluar kamar, tubuhnya bergetar karena rasa sakit. Ia mengetuk pintu tetangganya, Bu Ningsih—seorang ibu paruh baya yang selama ini sesekali menawarinya makanan han

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-30
  • Istri yang Kau Sengsarakan   8. Merawat bayi seorang diri

    "Aku beri dia nama, Reyhan Samudra." Nayara menggenggam telapak tangan mungil putra kecilnya. Setelah 2 hari di rumah sakit, akhirnya Nayara bisa pulang lagi ke kontrakan kecilnya. Untungnya, Nayara memiliki tabungan yang cukup dari hasil berjualan bubur selama ini untuk makannya sehari-hari pasca pemulihannya. "Kamu tidak usah berkecil hati, Sayang. Meskipun tanpa siapapun, Mama pasti bisa membesarkan kamu dengan baik dan mendidik kamu supaya kelak kamu menjadi orang yang bisa menghargai orang lain," ujar Nayara dengan senyum tulusnya. Perlahan-lahan Nayara sudah mulai bisa berdamai dengan dirinya sendiri, Nayara akan merasa baik-baik saja Karena sekarang ada malaikat kecil yang harus dia jaga dan besarkan seorang diri. 'Aku pasti bisa menjadi sosok Ibu sekaligus ayah yang baik untuk anak ini,' ucap Nayara dalam hati. Nayara masih bisa tersenyum di saat dunia seakan menghimpitnya, bayangkan saja Nayara yang baru saja melahirkan dua hari yang lalu harus mengurus bayi itu sendiria

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-30
  • Istri yang Kau Sengsarakan   9 : Setelah 5 Tahun

    Lima tahun kemudian!Setelah lima tahun berlalu, Nayara masih tinggal di kontrakan sepetak nya bersama putra kecilnya yang kini sudah berusia lima tahun.Tidak banyak yang berubah, Nayara masih berjualan bubur untuk dicukupi kebutuhan sehari-hari. Bedanya sekarang bubur yang dijual oleh Nayara sudah banyak dikenal oleh orang-orang sehingga Nayara hanya fokus penjualan di depan kontrakan tidak diselingi dengan berkeliling lagi. Selama 5 tahun ini, hidup Nayara sangat tentram. Jauh dari orang-orang jahat yang tidak punya hati, dan juga sangat bahagia karena karena putra kecilnya tumbuh menjadi anak yang pintar dan penurut.Nayara berhasil mendidik anak itu dengan baik.Seperti kali ini contohnya, Nayara sedang mencuci piring setelah berjualan seharian. Rayhan begitu tenang duduk di samping Nayara.Raihan sangat tampan, tak jauh berbeda dengan ayah kandungnya."Mama, kapan bisa temani Ray main?" Anak berusia lima tahun itu

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-03
  • Istri yang Kau Sengsarakan   10 : Paksaan menyakitkan

    "Sudah lima tahun, Nara. Sudah lima tahun kamu menyembunyikan diri dariku," bentak Alvano."Alvano, kamu ...." Nayara menatap Alvano lalu beralih menatap Dokter tadi. "KAMU TIDAK BENAR-BENAR SAKIT?" Nayara meninggikan nada suaranya dan sadar dirinya telah ditipu."Kamu tega menipu aku, Al?" Suara Nayara berubah lirih.Alvano tertawa sinis. "Benar, aku menipu kamu. Kalau tidak begitu." Alvano menarik kasar tangan Nayara sampai membentur dadanya. "Kami tidak akan pernah muncul lagi, Nara." Alvano mendorong Nayara dengan kasar."Untuk apa kamu melakukan semua ini? Bukankah kita sudah bercerai?" Mata Nayara berkaca-kaca."Cerai ya?" Alvano menatap tajam Nayara. "Apa kamu pikir aku sudah menyetujui perceraian itu? Kamu memang tidak tau diri, belum menebus semua hutang-hutang kamu padaku, tapi sudah berani kabur selama lima tahun."Nayara sudah terbiasa dengan kata-kata pedas yang Alvano katakan padanya.Nayara hampir menangis

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-03
  • Istri yang Kau Sengsarakan   11 : Tindakan tiba-tiba

    "Aku tidak butuh persetujuanmu, Nara. Asal kamu tahu, kamu tidak berhak menolakku." Alvano berdiri tegak. "Coba selidiki lebih jauh lagi, dari mana para perawat tadi menemukan dia?" Alvano menatap Keenan.Mendengar itu, Nayara langsung panik. Nayara langsung berdiri sambil menatap Alvano."Apa lagi yang kamu inginkan?" tanya Nayara yang mencoba menyembunyikan rasa paniknya. "Apa yang aku inginkan?" Alvano mengulang pertanyaan Nayara. "Mungkin saja ada pria hidung belang di luar sana yang mau menampung istriku selama 5 tahun, bukankah aku harus berterima kasih kepada mereka?" Alvano tersenyum miring.Sejak awal Alvano sudah yakin kalau Nayara pasti hidup dengan seseorang, Alvano lebih yakin lagi karena selama ini Nayara itu adalah anak manja yang tidak bisa hidup sendiri dan sangat bergantung kepada harta keluarga Widjaya.Nayara semakin panik, bukan karena apa yang dipikirkan Alvano itu benar. Tapi karena masih ada hal besar yang dia se

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-03

Bab terbaru

  • Istri yang Kau Sengsarakan   21 : Harapan terakhir

    “Maafkan aku, Nyonya. Aku salah, aku akan menampar diriku sendiri.”Pelayan itu benar-benar menampar dirinya sendiri berkali-kali sampai wajahnya membengkak dan memerah.“Sudah cukup, sekarang kamu boleh pergi dan katakan kepada Kak Nara kalau Mama dan Papa tidak mau menemuinya,” titah Vanya.“Kenapa kamu masih membela anak itu? Apa jangan-jangan dia sudah memberimu jampi-jampi agar tetap simpati padanya?” Clarissa jadi semakin berpikiran buruk tentang Nayara. “Padahal Vanya sudah tinggal selama 5 tahun dengan kita, tapi kamu masih saja tidak bisa melupakan anak itu.” Clarissa benar-benar marah pada suaminya.“Bukan begitu maksudku.” Dimas begitu dilema sekarang.Di satu sisi dia ingin bertemu dengan Nayara, tapi di sisi lain dia takut pada Clarissa kalau dia berani menemui Nayara.“Pa, aku tidak tahu seperti apa kedekatanmu dengan Kak Nara. Kalian sudah hidup bersama selama dua puluh tahun lamanya, tapi Papa tidak pantas berlaku seperti itu pada Kak Nara.” Vanya tidak terima melihat

  • Istri yang Kau Sengsarakan   20 : Rumah itu lagi

    “Selamat pagi, Dokter Ardian.” Nayara tersenyum ramah pada seorang dokter paruh baya yang Nayara kira sudah menghubunginya.“Terima kasih banyak sudah menyisakan satu kamar untuk Rayhan,” ujar Nayara.“Kamar apa?” Dokter Ardian terlihat bingung menanggapi pertanyaan Nayara.“Kamar untuk Rayhan, bukankah Anda yang membantuku?” Nayara terlihat begitu bahagia.Sepertinya Dokter Ardian tidak tahu apa-apa tapi juga tidak berani mengatakan apa pun. Tentu saja, kamar itu disediakan oleh Alvano, jelas Dokter Ardian tidak akan tahu apa-apa.“Sudahlah, berhubung Anda ada di sini, ada sesuatu yang ingin aku sampaikan.” Dokter Ardian memberikan sebuah kertas. “Ini laporan kesehatan Rayhan, kondisinya semakin menurun. Hal ini sangat tidak baik, tidak bisa kalau hanya memakan obat-obatan saja.”Nayara memejamkan mata, sebelumnya dia sudah menduga hal ini akan terjadi.“Dokter, tolong bantu selamatkan putraku. Dia baru berusia lima tahun, tolong, Dok,” pinta Nayara.“Segera urus semua biayanya, Nyon

  • Istri yang Kau Sengsarakan   19 : Semakin membenci

    “Uhuk!” Rayhan batuk-batuk sampai hidungnya mengeluarkan darah.Tapi anak itu tidak mengatakan apa pun, dia cuma fokus bermain dengan Ultraman baru yang dibekali oleh ibunya.“Astaga, kamu mimisan lagi?” Nayara mengambil selembar tisu. “Sini biar Mama lap darahnya.” Nayara menghapus darah dari hidung Rayhan.“Ray, waktunya minum obat. Kamu mau sembuh kan, Sayang?” Nayara mengeluarkan obat-obatan yang begitu banyak yang harus dikonsumsi anak sekecil Rayhan.“Ray tidak mau, Mama. Obatnya sangat pahit,” tolak Rayhan sambil menutup mulutnya.“Kamu ingin mendengar sebuah cerita?” Nayara mencari akal untuk membujuk Rayhan agar mau meminum obat.“Cerita apa, Mama?” Mata polos Rayhan berkedip-kedip lucu menatap Nayara.“Dulu Ultraman ini juga sakit, dia baru sembuh setelah minum obat.” Nayara mengarang cerita yang menarik untuk anak-anak.“Benarkah?” Dan sesuai dengan harapan Nayara, Rayhan tertarik dan percaya dengan a

  • Istri yang Kau Sengsarakan   18 : Mirip

    Setelah semua masakannya selesai, Nayara menata semuanya di atas meja makan yang di sana sudah dihuni oleh Alvano dan Vanya.Nayara menyiapkan semuanya dengan hati-hati, jangan sampai dia membuat kesalahan yang berakhir dirinya menerima kekerasan lagi dari Alvano ataupun Vanya yang licik.Gadis itu manipulatif, jadi Nayara harus berhati-hati dengan gadis yang saat ini bersama suaminya.“Tuan Alvano, Nona Vanya, silakan menikmati hidangannya!” Nayara benar-benar sangat profesional dan sadar diri dengan statusnya di tempat ini.Alvano terdiam dan tampak begitu murung, hati kecilnya sangat tidak rela melihat Nayara berada di posisi seperti ini. Sementara itu, egonya mengatakan bahwa wanita itu pantas menerima perlakuan seperti ini.Alvano mulai makan, mata terpejam menikmati sensasi makanan khas buatan Nayara yang sudah lama tidak ia makan.Jujur saja, Alvano merindukan masakan ini. Tapi bahasa bancinya pada Nayara mengalahkan segal

  • Istri yang Kau Sengsarakan   17 . Penyemangat

    Nayara memberikan surat-surat yang sudah dia tandatangani pada Alvano.“Selesai, Tuan. Apalagi yang harus saya lakukan?” Nayara begitu sabar dan pasrah menghadapi Alvano.Alvano menerima surat itu lalu berkata, “Besok pagi jam delapan kamu harus sudah ada di sini, harus tepat waktu tidak boleh terlambat.” Kali ini Alvano berbicara baik-baik pada Nayara.“Baiklah, Tuan.” Nayara membungkuk hormat layaknya para pelayan pada umumnya. “Kalau begitu saya izin pamit dulu.”Alvano mengangguk sehingga Nayara bisa pergi dari tempat itu.Alvano menatap surat-surat di tangannya cukup lama, raut wajah pria itu begitu sulit untuk dijelaskan. Entah apa yang ada di dalam pikiran Alvano saat ini....“Mama, rumah ini sangat besar.” Mata Rayhan berbinar menatap rumah mewah yang dia pijaki sekarang.Nayara hanya tersenyum mendengar itu, Nayara tidak tega jika harus meninggalkan Rayhan yang sedang sakit sendiria

  • Istri yang Kau Sengsarakan   16 : Menjadi pembantu

    “Kak!” Vanya memanggil Alvano dengan suaranya yang lembut mendayu-dayu itu."Ini sudah malam, sebaiknya kamu istirahat lagi ke kamarmu. Kata dokter besok kamu sudah boleh pulang, siap-siap dan besok akan aku jemput." Alvano mengusap pipi Vanya dengan begitu perhatian di depan muka Nayara.Tidak bisa dibayangkan sesakit apa perasaan Nayara saat ini.“Baiklah,” balas Vanya dengan patuh.Alvano pergi dari sana karena masih ada urusan lain, sebagai orang penting tentunya Alvano memiliki banyak pekerjaan dan jadwalnya sangat padat.Vanya menatap Alvano sampai pria itu benar-benar menghilang, setelahnya Vanya melirik Nayara yang tengah memeluk Reyhan.“Kamu benar-benar wanita tidak tahu diri, Kak Nara. Kamu itu hanya anak dari seorang pelakor, kenapa kamu masih berani ngerayu Kak Alvano yang jelas-jelas adalah milik aku? Kamu pasti belajar dari ibumu yang pelakor itu kan?” Vanya memaki Nayara habis-habisan.“Aku bahkan nggak p

  • Istri yang Kau Sengsarakan   15. Bersimpati lagi

    Plak!“Argh!”Tubuh Nayara langsung terhempas ke dinding hanya karena satu tamparan keras dari Alvano.Pria itu langsung marah melihat Vanya yang terduduk di lantai dan seperti di dorong oleh Nayara padahal kenyataannya tidak begitu.Vanya buru-buru berdiri. “Kak Alvano, dia mendorongku.” Vanya mengadu dan memasang wajah yang terluka.Nayara hanya diam dipojokkan sambil menahan rasa perih di pipinya akibat tamparan Alvano.“Nayara, kamu cari mati,” desis Alvano yang sangat marah.“Dasar paham jahat! Jangan menyakiti ibuku!” Si kecil Rayhan memasang badan untuk membela ibunya.Rayhan yang biasanya diajari sopan santun pada orang dewasa itu, kini mendorong Alvano sekuat tenaga karena telah berani menampar ibunya.Gyut!Secara tiba-tiba Rayhan membalas Alvano dengan cara menggigit punggung tangan pria itu.“Arghh!” Alvano yang merasak

  • Istri yang Kau Sengsarakan   14. Dari ujung koridor

    Setelah menunggu semalaman, akhirnya Rayhan sadar juga pagi ini.“Ayo makan satu suap lagi, Sayang!” Nayara menyodorkan sendok berisi bubur putih pada putranya itu.Nayara menggigit bibir bawahnya menahan tangis saat teringat apa yang dikatakan dokter setelah hasil lab kesehatan Rayhan keluar tadi pagi.Flashback on.“Rayhan mengalami penyakit leukemia yang sudah sangat parah, dia butuh transfusi sumsum tulang belakang.”Dunia Nayara terasa runtuh saat itu juga, anak yang dia jaga sepenuh hati sejak dalam kandungan seorang diri tanpa bantuan siapa pun—kini menderita sakit separah itu.“Dokter, tolong pikirkan cara untuk menyelamatkan anak saya, Dokter.” Nayara sampai tidak bisa membendung air matanya saat itu juga.“Anda jangan cemas dulu, Nyonya. Kami akan bantu mencarikan pendonor sumsum tulang belakang yang cocok untuk anak Anda.”Nayara sedikit merasa lega mendengar itu.“Hanya saja … Anda perlu mem

  • Istri yang Kau Sengsarakan   13 : Mulai curiga

    “Aku jadi penasaran, dia itu anak haram dari pria brengsek yang mana sampai kamu rela sampai seperti ini.” Alvano menunjuk Nayara yang masih berlutut.Vanya muncul di tempat itu dengan langkah tertatih dan pakaian rumah sakit yang melekat di tubuhnya, gadis itu baru saja sadar setelah mendapatkan transfusi darah dari Nayara.“Tolong jangan panggil dia anak haram, dia bukan anak haram, Al. Dia anak hasil dari pernikahan yang sah,” desis Nayara.“Kalau begitu katakan siapa ayahnya!” titah Alvano.“Sebenarnya dia anak kam—”“Kak, Alvano! Ada apa ini?” Suara Vanya membuat Nayara menelan kata-katanya kembali.Alvano langsung khawatir melihat kedatangan gadis itu. “Kenapa kamu datang ke sini?”“Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih pada Kak Nara karena dia sudah melakukan transfusi darah untukku,” jawab Vanya sambil menatap Nayara, “terima kasih banyak, Kak Nara,” lanjutnya dengan suara yang begitu lembut mendayu-dayu.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status