Share

3 : Cobaan terberat

last update Last Updated: 2025-04-18 14:38:40

“Al, apa yang akan kamu lakukan, Al?” Nayara panik karena Alvano yang sulit ditebak.

“Kamu sudah membohongiku begitu lama, Nara. Sekarang kembalikan semua barang-barang milikku!” Alvano mengecup batang leher Nayara dengan paksa.

“Alvano, jangan begini, Al! Aku mohon jangan lakukan ini, Al.” Nayara berusaha lepas dari Alvano.

Alvano mengangkat wajah demi bisa menatap Nayara. “Kamu tidak punya hak menolakku, Nara. Anggap saja ini sebagai cara kamu menebus dosa padaku.”

“Al.” Nayara kembali panik saat Alvano mendekatkan wajahnya lagi.

“Hmmpp ….” Naraya hanya bisa memberontak kecil ketika Alvano mencium bibirnya dengan paksa.

“Alvano Dirgantara, lepas!” Nayara mendorong dada Alvano sekuat tenaga sampai pria itu menjauh darinya.

Nayara langsung duduk, kali ini Nayara berani menatap Alvano dengan tegas. “Alvano, aku hamil.”

“Hah?” Alvano tampak terkejut.

Tapi wajah terkejut itu hanya bertahan sesaat. “Hamil? Aku tahu itu cuma trik baru kamu buat nipu aku. Kamu pasti takut dengan datangnya Vanya maka kamu akan kehilangan semuanya, termasuk gelar Nyonya Muda Dirgantara. Pasti ini cuma karangan kamu saja agar aku kembali melindungi kamu, iya kan?” Alvano menunduk dan menatap Nayara dengan remeh.

Nayara tersenyum getir. “Apa menurut kamu aku orang yang seperti itu, Al?” Nayara menatap kedua mata Alvano.

Alvano memalingkan wajah sambil berdiri dengan benar. “Kita cuma lakuin itu sekali dan itu pun aku dalam keadaan mabuk. Mana mungkin kamu bisa langsung hamil?”

Nayara mengepalkan tangannya mendengar itu.

“Aku akan minta dokter datang sekarang supaya jelas kamu benar-benar hamil atau bukan, aku sih yakin kamu cuma pura-pura hamil,” sinis Alvano.

“Bagaimana kalau aku benar-benar hamil?” tantang Nayara.

“Sudahlah, Nara. Jangan pura-pura hamil lagi, kalau pun kamu benar-benar hamil aku pun tidak akan membiarkan wanita licik seperti kamu melahirkan darah dagingku.” Alvano tersenyum miring.

Tangan Nayara tiba-tiba bergetar sambil memegangi perutnya. ‘Iya, benar juga. Dari awal dia tidak pernah mencintai aku, lalu untuk apa aku berkhayal kalau dia juga menginginkan anak ini.’

Lagi-lagi hanya senyum getir yang bisa terlihat di wajah cantik Nayara. Wanita itu kembali mengusap perutnya.

‘Tebanglah, Sayang. Mama akan menjadi ibu sekaligus ayah untuk kamu,’ batin Nayara.

Alvano sudah mengambil ponsel untuk menghubungi dokter kepercayaannya, namun sebelum panggilan tersambung, Nayara langsung berdiri dan mencegah Alvano.

“Jangan, Al! Iya, aku benar-benar bohong.” Nayara mendongak. “Aku tidak hamil.”

“KAMU—” Alvano mendorong Nayara sampai wanita itu terjatuh ke sofa.

“Ayo kita cerai!” Nayara berusaha tegas dengan dirinya.

“Tidak semudah itu, Nara!”

“Ugh!” Nayara meringis saat lagi-lagi Alvano mencekik lehernya.

“Mudah sekali kamu membicarakan cerai di depanku, kamu pikir kamu itu siapa?” Alvano masih mencekik leher Nayara sesuka hati. “Oke, aku beritahu kamu. Kamu belum bisa bebas sebelum membayar semua hutang-hutangmu padaku. Meskipun perceraian itu harus terjadi, maka aku yang harus memutuskannya, bukan kamu.”

Setelah perdebatan panjang dengan Alvano yang tidak kunjung mendapatkan kepastian tentang hubungan mereka selanjutnya akan seperti apa, Nayara memantapkan hati untuk datang lagi ke rumah keluarga Widjaya.

“Gimana, Sayang. Kamu suka?”

Nayara bisa mendengar suara bahagia Clarissa bersama Vanya di dalam sana.

“Aku suka, makasih, Ma.” Nayara juga bisa melihat bagaimana Clarissa dan Vanya tertawa bersama.

Nayara melangkah dengan tatapan kosongnya, bagaimanapun juga ia harus menghadapi semua ini dan menyelesaikan semuanya secepat mungkin.

“Pa, Ma!” panggil Nayara, “meskipun aku bukan anak kandung kalian, tapi kalian sudah membesarkan aku selama dua puluh tahun ini. Aku akan tetap menganggap kalian orang tua kandungku selamanya, terima kasih atas kebaikan kalian selama ini.” Nayara menatap map di tangannya.

“Surat cerainya sudah aku tandatangani, aku minta tolong berikan surat cerai ini pada Alvano.” Nayara meletakkan map itu di atas meja.

Semua orang hanya diam memperhatikan Nayara dengan wajah sulit dijelaskan.

“Aku pamit!” Nayara tersenyum sambil melangkah pergi.

“Tunggu!”

Nayara berbalik dan menatap Clarissa yang menghentikan dirinya.

“Buka koper itu!” titah Clarissa dengan kedua tangan terlipat di dada.

Nayara bingung dengan permintaan Clarissa.

“Kami cuma ingin memastikan, apakah kamu mencuri barang-barang dari sini atau tidak.”

Deg!

Serendah itukah dirinya di mata ibunya? pikir Nayara.

“Clarissa!” tegur Dimas.

“Diam kamu! Jangan kasihan lagi pada anak ini!” Clarissa menentang Dimas. “Buka koper itu, sekarang!” Clarissa kembali menatap Nayara.

Kemudian ada seorang pelayan yang membuka koper Nayara.

Nayara hanya diam, wanita itu menatap nanar barang-barangnya dari dalam koper itu dikeluarkan semua tanpa terkecuali.

‘Berikan aku kesabaran, Tuhan.’ Clarissa menghela napas sambil memejamkan mata.

Clarissa berinisiatif untuk memeriksa sendiri isi koper Nayara, Vanya ikut melakukan hal yang sama.

Dengan kesadaran sendiri, Nayara melepas anting, gelang, dan semua perhiasan yang ia beli dengan uang dari keluarga ini.

Lebih parahnya lagi, Nayara juga harus melepas sepatu dan blazer mahal yang seharusnya bisa menghalangi tubuhnya dari rasa dingin saat berada di luar sana nantinya.

Vanya ternganga melihat Nayara yang begitu tegar melepas semua barang-barang mahal yang melekat di tubuhnya hingga Nayara berakhir tanpa alas kaki.

“Apa aku sudah boleh pergi?” tanya Nayara dengan wajah berubah datar.

Paham kah apa artinya wajah datar Nayara? Itu tandanya, Nayara sudah merasa terlalu sakit.

Clarissa hanya diam sambil menatap tajam Nayara.

“Ma!” Vanya melingkarkan tangannya pada tangan Clarissa. “Kalung itu.” Vanya menatap kalung berlian yang masih tersisa di leher Nayara.

“Semuanya akan aku berikan, tapi tidak dengan kalung ini.” Nayara melindungi kalung itu. “Ini adalah hadiah pernikahan dari mama Alvano, ini bukan milik keluarga Widjaya.”

“Dasar bodoh!” bentak Clarissa, “jika kamu tidak memakai identitas Vanya dan menikah dengan Alvano, keluarga Dirgantara tidak akan memberikan kamu apa pun. Lepas kalung itu!”

“Tapi, Ma.” Nayara keberatan kali ini.

“LEPASKAN!”

Karena tidak ingin semuanya bertambah runyam, akhirnya Nayara melepaskan kalung pemberian ibu mertuanya yang sudah pergi untuk selamanya.

“Maafin Nara, Mama mertua,” gumam Nayara saat melihat Vanya yang begitu bahagia menerima kalung itu.

“Sudah puas?” tanya Nayara dengan wajah tanpa ekspresi.

“Kak, kamu nggak marah kan?” tanya Vanya.

Naraya menatap Vanya dan Clarissa secara bergantian. “Tidak sama sekali.” Nayara membuang muka.

Vanya pun tersenyum senang. “Baguslah kalau begitu, Kak Nara. Setelah keluar dari rumah ini, kamu harus tahu diri. Jangan pernah menginginkan apa pun yang bukan milik kamu lagi.”

Nayara mengangguk lalu pergi dari rumah yang selama ini menjadi tempat pulang untuknya.

Sepanjang kakinya melangkah, Nayara bertanya-tanya. Apakah benar dia bukan anak kandung Clarissa dan Dimas?

Sementara Clarissa dan Vanya begitu bahagia melihat kepergian Naraya dengan sehelai kemeja putih tipis, rok mini, dan lebih mirisnya lagi Nayara pergi tanpa alas kaki.

Setelah berada di luar rumah, Nayara mengusap perut ratanya.

‘Sayang, setelah ini kita hanya akan tinggal berdua. Jangan takut, Mama akan selalu melindungimu.’ Nayara masih bisa tersenyum dalam keadaan tidak punya apa-apa dan tidak tahu harus ke mana.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri yang Kau Sengsarakan   39 : Terkejut

    Nayara termenung membayangkan betapa marahnya Alvano pada Eko saat pria itu menyakitinya. Bayang-bayang Alvano memukul habis Eko membuat Nayara ingin menangis.Bukan karena merasa kasihan dengan nasib Eko, namun Nayara sedih karena ternyata Alvano bukan membantu dirinya tapi hanya melindungi Vanya.“Jadi waktu itu dia bukan tulus menolong aku, tidak bisa diam biarkan. Aku harus menanyakan hal ini padanya.” Nayara meremas tas yang dia pakai.Dengan mengumpulkan semua keberanian yang ada, Nayara berniat masuk ke dalam ruangan VIP di klub langit untuk mencari Alvano.Namun baru selangkah Nayara ingin masuk, tapi langkahnya terpaksa terhenti karena seseorang menahannya. “Hai cantik, aku sangat merindukanmu.” Dia adalah Tuan Ari yang sengaja menahan langkah Nayara.“Tuan, sekarang bukan jam kerjaku. Mohon jaga sikapmu.” Nayara bersikap dingin, berbanding terbalik dengan seperti apa sikapnya saat di hadapan Alvano tadi.“Justru aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi,” jawab Tuan Ari, “aku

  • Istri yang Kau Sengsarakan   38 : Perintah Vanya

    “Tak kusangka, di klub langit ternyata ada wanita secantik ini. Tuan Alvano memang hebat, aku sangat menyukai gadis ini.” Tuan Ari berkepala botak begitu senang disodorkan Nayara oleh Alvano.Alvano sendiri terlihat santai sambil menuangkan minuman ke dalam gelas kecil, Nayara justru duduk diam dengan perasaan berkecamuk di samping Tuan Ari.“Syukurlah kalau Anda menyukainya, malam ini gadis ini adalah milikmu.” Alvano menatap Nayara. “Layanilah Tuan Ari dengan baik, aku akan memberikan bonus yang besar padamu.” Terlihat jelas bahwa Alvano sedang merendahkan Nayara.Nayara tersenyum, dia tidak terpengaruh sama sekali. “Mari, Tuan Ari.” Nayara justru akan melakukan tugasnya bekerja di sini dengan baik. “Aku akan tuangkan minuman, mari kita berselang sebentar.” Nayara mengajak pria gendut berkepala botak itu untuk minum-minum lebih dulu.“Baiklah, kamu sangat bagus. Aku memang tidak salah menilai, kamu ini sungguh membuatku sangat senang.” Tuan Ari sangat merasa puas dengan keberadaan

  • Istri yang Kau Sengsarakan   37 : Klub Langit

    Alvano yang sedang tidur tampak begitu gelisah, dahinya mengernyit dan kepalanya bergerak tak tenang. ‘Dasar brengsek, cepat lepaskan dia’ Alvano mengalami mimpi buruk dan melihat anak kecil berbicara dalam mimpinya. ‘Dasar penjahat, lepaskan dia!’ Alvano semakin gelisah dalam tidurnya. Dalam mimpi itu, Alvano melihat seorang pria berpakaian serba hitam dan juga memakai masker hitam keluar dari mobil BMW. Pria itu hendak melukai anak laki-laki dengan sebilah pisau, tapi anak perempuan yang pemberani menangkis pisau itu sampai anak perempuan itu yang akhirnya terluka. Anak laki-laki itu terkejut sampai berteriak kencang. “Aaaaaa!!!” Alvano berteriak sampai terduduk dan terbangun dari tidurnya. Nafas Akan memburu, dadanya naik turun karena lagi dan lagi dia memimpin cuplikan masa kecilnya. Alvano menatap kedua tangannya bergetar dan berkeringat dingin. “Vanya, apa aku sudah berpikir berlebihan tentang kamu?” Alvano jadi kepikiran dengan Vanya gadis yang Alvano anggap seba

  • Istri yang Kau Sengsarakan   Bab 36 : Cari cara lain

    Alvano benar-benar menemui Clarissa dan Vanya, tapi bukannya bersikap hangat seperti biasanya, kali ini Alvano justru lebih sibuk dengan ponselnya sehingga menimbulkan rasa canggung di antara mereka.“Ekhm!” Clarissa berdehem kecil sambil mencubit kecil paha Vanya seperti memberi kode pada putrinya itu.Vanya tersentak lalu memasang senyum terbaiknya. “Kak, Alvano. Katanya terjadi masalah di pekerjaan mu, iya kah?” tanya Vanya dengan suara lembutnya yang tentunya dibuat-buat.“Hah.” Alvano meletakkan ponselnya. “Darimana kamu bisa tau?” Alvano menaruh rasa curiga.“Aku mendengar dari temanku, hari itu dia pergi ke klub Langit. Dia bilang dia bertemu dan melihat Kak Nara dikepung oleh para preman, katanya dia langsung melapor ke polisi. Tapi saat dia melihat lagi orangnya sudah tidak ada lagi, apa kamu tahu tentang hal itu?” celoteh Vanya panjang lebar.Alvano menyeruput teh hangatnya. “Apakah menurutmu aku tau hal itu?” Bukannya menjawab pertanyaan Vanya, Alvano malah balik bertanya l

  • Istri yang Kau Sengsarakan   35 : Butuh uang

    Alvano menyeret Nayara ke dalam sebuah kamar, Alvano melempar kasar tubuh wanita itu ke atas ranjang lalu menindihnya dari atas. “Argh!” Nayara sampai meringis saat sikunya tertekuk di atas kasur. “Berani juga kamu berselingkuh di depanku, bagian mana dari diri Hanan yang lebih baik dari aku?” Alvano sungguh sangat marah saat ini.Alvano mencengkram dagu Nayara dengan sangat kasar sampai wanita itu kesakitan. “Jangan menghina temanku!” Nayara berusaha melepaskan diri dari Alvano.Alvano terkekeh sinis. “Teman?”Nayara memalingkan wajah, rasanya sudah sangat muak sekali menghadapi Alvano yang selalu ikut campur tentang hidupnya padahal sudah menyakitinya berkali-kali. “Kalau begitu, aku sangat penasaran bagaimana rasanya bermesraan dengan seorang teman?” Lagi dan lagi Alvano menyerang Nayara dengan pikiran-pikiran yang tak benar itu.“Lebih nikmat aku atau dia?” Nayara semakin muak mendengar pertanyaan seolah-olah dirinya ini adalah seorang wanita murahan di mata Alvano yang masih

  • Istri yang Kau Sengsarakan   34: Cemburu tapi gengsi

    “Alvano, apa yang sebenarnya kau pikirkan?” Dokter Hanan semakin geram dengan kelakuan Alvano.“Apa begitu besar keinginanmu untuk memiliki Nayara?” Alvano tersenyum miring lalu menatap tajam Nayara. “Apa masih berani menyangkal kalau anak ini adalah anak Hanan?”Tuh kan, Alvano benar-benar berpikir yang tidak-tidak. “Stres.” Nayara tertawa sumbang sambil menggelengkan kepalanya.Alvano selalu menuduhnya tanpa bukti dan selalu tidak mau mendengarkan penjelasannya.“Sangat disayangkan, selama kita tidak bercerai, selama itu pula dia akan menjadi anak haram yang harus disembunyikan.” Alvano menunjuk Rayhan yang berada di dekat Dokter Hanan.Alvano membungkuk sampai tingginya sama rata dengan Rayhan. “Sepertinya kamu tidak akan bisa hidup lebih lama lagi ya? Ini adalah karma dari hubungan haram kalian.” Alvano menatap Dokter Hanan dan Nayara secara bergantian.“Kau sudah sangat kurang ajar, Alvano!” Dokter Hanan hendak menampar Alvano.Tapi sebelum itu terjadi, Alvano sudah lebih dulu t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status