"Ma!" Nayara berdiri sambil menggenggam tangan Clarissa. "Aku sungguh nggak ngerti, apa yang sebenarnya terjadi?"
"Diam!" Clarissa menepis kasar tangan Nayara. "Beraninya kamu memanggilku mama? Pasti wanita itu sengaja menipuku agar kamu bisa hidup enak di sini, sementara anak kandungku dia siksa selama ini. Tidak kusangka kamu adalah anak pelacur itu." "Pa!" Nayara menghampiri Dimas. "Papa, bilang sama Nara ini nggak benar! Nara pasti anak Papa, iya kan?" Mata Nayara sudah berkaca-kaca. "Nara, maafkan Papa. Semua bukti sudah jelas, kamu memang bukan anak kami." Dimas memalingkan wajahnya dari Nayara. "Aku sudah memberitahu Alvano, kamu harus segera bercerai dengan Alvano. Kembalikan semua milik Vanya, termasuk Alvano." Clarissa kembali berbicara. "Sekarang berlutut dan minta maaf pada Vanya! Dasar anak wanita malam!" "Aku nggak tahu dia siapa, Ma," lirih Nayara dibalas tawa sinis oleh Clarissa. Clarissa benar-benar sudah membenci Nayara hanya karena bukti yang dibawa Vanya. Nayara menatap tangga ketika mendengar suara langkah kaki dari sana, tangis Nayara langsung pecah melihat sosok tampan dengan setelan kantor yang rapi mendekat ke arahnya. "Alvano." Nayara memeluk lengan Alvano sambil menangis. "JANGAN SENTUH AKU!" Bruk! "Ugh!" Nayara kembali didorong hingga terjatuh ke lantai, kali ini pelakunya adalah suaminya sendiri. "Jangan berani pegang-pegang aku lagi! Asal kamu tahu, aku jijik disentuh oleh seorang pembohong." Alvano terang-terangan menatap tajam Nayara. Nayara tidak tahu harus mengatakan apa, mata yang selalu menatapnya dengan lembut kini telah berubah seperti ingin membunuhnya. Vanya berjalan mendekati Alvano. "Kak Al." Vanya memanggil Alvano dengan suara yang begitu lembut dan terkesan seperti dibuat-buat. Alvano tersenyum. "Kamu cantik sekali hari ini, Vanya." Alvano menegang bahu Vanya dan mereka terlihat begitu romantis. "Kalian ada hubungan apa?" Nayara sangat sakit hati melihat suaminya memperlakukan wanita lain dengan begitu baik di depan matanya. "Jangan sok tersakiti, Nara. Yang ingin aku nikahi sebenarnya adalah Vanya, putri asli keluarga Widjaya. Kamu hanya seorang putri palsu yang mengelabui keluarga Widjaya selama bertahun-tahun, kamu juga menipu ibuku agar setuju dengan perjodohan kita." Sakit, benar-benar sakit. Nayara merasa telah ditusuk pisau sebanyak ribuan kali dalam satu jam terakhir ini. "Harusnya sejak awal yang aku nikahi itu Vanya, bukan kamu, Nara." Awalnya Alvano membungkuk sambil mengusap lembut rambut Nara. "Kamu sangat tak tahu malu, Nara. TIDAK TAHU MALU." Akhirnya Alvano menarik kasar rambut Nayara lalu mendorong kepala Nayara dengan kasar. "Al! Aku nggak tahu apa-apa tentang ini." Nayara berusaha berdiri sambil menggapai Alvano. Namun Nayara harus terduduk di lantai lagi karena Alvano lagi-lagi mendorongnya. "Awws!" Tiba-tiba saja Vanya meringis sambil memegangi sikunya. "Kenapa?" Alvano langsung memeriksa keadaan Vanya. "Kak Al, tanganku sakit," adu Vanya. "Apa luka lama itu sakitnya kambuh lagi?" tanya Alvano yang terlihat khawatir. "Iya, Kak," jawab Vanya dengan wajah yang terlihat kesakitan. "Ayo ikut aku!" Alvano dengan sadar merangkul pinggang wanita lain di depan istri sah-nya. "Alvano! Jangan pergi, hiks." Nayara benar-benar menangis hebat sambil memegang kaki Alvano yang sudah hendak pergi. "LEPAS, SIALAN!" Bruk! Alvano begitu tega menepis tangan Nayara di kakinya dengan begitu kasar sampai Nayara terjatuh. "Al jangan pergi! Aku mohon, Al!" Meskipun Nayara terus memanggil dirinya, namun Alvano tetap tidak peduli. Alvano tetap pergi sambil merangkul mesra Vanya dan membiarkan Nayara menangis di sana. Nayara terdiam dengan pandangan kosong, air matanya mengalir tanpa henti. Nayara menunduk dan bersimpuh di lantai. "Tandatangan surat cerai ini!" Deg! Jantung Nayara kembali berdetak kencang mendengar perintah Clarissa. Nayara menatap map di tangan Clarissa sambil menelan ludah dengan susah payah. "Tandatangan sebelum besok pagi!" Clarissa melempar surat cerai itu ke wajah Nayara. "Dan kembalikan semua milik Vanya!" bentak Clarissa untuk kesekian kalinya. Nayara pergi sejenak dari rumah keluarga Widjaya, Nayara butuh waktu untuk dirinya sendiri dan memikirkan ke depannya akan seperti apa. "Sebelum besok kamu harus tandatangan surat cerai ini!" "Kembalikan semua milik Vanya!" "Jangan sentuh aku lagi! Aku jijik." Semua yang diucapkan oleh Clarissa dan Alvano terus terngiang di benak Nayara. Saat ini Nayara kembali ke rumah Alvano, tempat dirinya tinggal selama dua tahun ini. Nayara mengelus perut ratanya sambil tersenyum getir. "Awalnya aku pikir kamu akan menjadi bayi yang paling beruntung di dunia, tapi sepertinya hanya mama yang akan kamu miliki." Nayara menghela napas berat sambil membuka surat cerai di tangannya. Nayara membubuhkan tandatangan di sana, di samping tandatangan Alvano yang masih kosong. Nayara berdiri sambil menyeret koper besar. "Nyonya Muda! Anda jangan gegabah!" Keenan berlari lalu menghalangi jalan langkah Nayara. "Setelah Tuan Muda pulang Anda berdua masih bisa berdiskusi lagi." Keenan terlihat tak rela kalau istri tuannya itu harus pergi. "Keenan, ini adalah yang terbaik." Nayara tetap tersenyum lembut. Suara langkah kaki terdengar mendekat, itu adalah Alvano yang baru saja memasuki rumah. "Akhirnya Anda pulang juga, Tuan Muda. Cepat bujuk Nyonya, jangan biarkan dia pergi," celoteh Keenan. "Pergi dari rumah." Alvano melangkah menghampiri Nayara dengan satu tangan tersimpan di saku celana sehingga Keenan minggir secara spontan. "Nara, apa kamu sengaja menarik perhatian saya?" desis Alvano. Nayara meremas tangannya sendiri, dia tidak berani menatap mata tajam Alvano. "Mohon jangan seperti ini, Tuan Muda. Semua masalah akan selesai kalau dibicarakan baik-baik, jangan marah-marah dulu, Tuan." Entah dari mana asalnya Keenan punya keberanian sebanyak itu bicara pada Alvano. "Sejak kapan kau punya hak mengajari ku melakukan sesuatu, Keenan!" bentak Alvano sambil melirik Keenan dengan sudut matanya. "Maaf, Tuan Muda." Keenan menunduk lalu pergi dari sana. Alvano merampas map di tangan Nayara. Setelah membaca isi map tersebut, Alvano langsung melemparnya dengan kemarahan luar biasa membuat Nayara terlonjak kaget. "Nara." Alvano maju beberapa langkah. "Apa-apaan surat cerai itu?" "Karena kalian semua tidak menginginkan aku lagi, sebaiknya kita pisah, Al. Itu salah satu pilihan yang paling bagus," balas Nayara dengan mengumpulkan semua keberaniannya. "Kamu membohongi aku begitu lama, sekarang semuanya sudah jelas. Jadi kamu ingin kabur dari masalah?" bentak Alvano. "Al, harus berapa kali lagi aku katakan. Aku tidak tahu apa-apa tentang semua ini---" "Arghh!" Nayara tersentak saat Alvano mencekik lehernya dengan begitu kuat. "Di saat semuanya sudah terbukti, kamu masih mau berbohong lagi? Kamu pikir aku ini orang bodoh yang semudah itu kamu tipu?" Tangan Alvano masih berada di leher Nayara. "Al, tolong lepas! Sakit." Nayara yang kesusahan bernapas berusaha melepaskan tangan Alvano dari lehernya. "Rasa sakit kamu sekarang tidak sebanding dengan rasa sakit aku yang telah kamu bohongi selama dua tahun ini," sarkas Alvano. Bruk! Alvano mendorong Nayara sampai terjatuh ke atas sofa, Alvano menindih tubuh Naraya dari atas sambil memegangi kedua tangan Nayara yang terus memberontak. "Alvano, kamu mau apa?" Nayara panik saat tangan Alvano membuka kancing rok mininya.Nayara termenung membayangkan betapa marahnya Alvano pada Eko saat pria itu menyakitinya. Bayang-bayang Alvano memukul habis Eko membuat Nayara ingin menangis.Bukan karena merasa kasihan dengan nasib Eko, namun Nayara sedih karena ternyata Alvano bukan membantu dirinya tapi hanya melindungi Vanya.“Jadi waktu itu dia bukan tulus menolong aku, tidak bisa diam biarkan. Aku harus menanyakan hal ini padanya.” Nayara meremas tas yang dia pakai.Dengan mengumpulkan semua keberanian yang ada, Nayara berniat masuk ke dalam ruangan VIP di klub langit untuk mencari Alvano.Namun baru selangkah Nayara ingin masuk, tapi langkahnya terpaksa terhenti karena seseorang menahannya. “Hai cantik, aku sangat merindukanmu.” Dia adalah Tuan Ari yang sengaja menahan langkah Nayara.“Tuan, sekarang bukan jam kerjaku. Mohon jaga sikapmu.” Nayara bersikap dingin, berbanding terbalik dengan seperti apa sikapnya saat di hadapan Alvano tadi.“Justru aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi,” jawab Tuan Ari, “aku
“Tak kusangka, di klub langit ternyata ada wanita secantik ini. Tuan Alvano memang hebat, aku sangat menyukai gadis ini.” Tuan Ari berkepala botak begitu senang disodorkan Nayara oleh Alvano.Alvano sendiri terlihat santai sambil menuangkan minuman ke dalam gelas kecil, Nayara justru duduk diam dengan perasaan berkecamuk di samping Tuan Ari.“Syukurlah kalau Anda menyukainya, malam ini gadis ini adalah milikmu.” Alvano menatap Nayara. “Layanilah Tuan Ari dengan baik, aku akan memberikan bonus yang besar padamu.” Terlihat jelas bahwa Alvano sedang merendahkan Nayara.Nayara tersenyum, dia tidak terpengaruh sama sekali. “Mari, Tuan Ari.” Nayara justru akan melakukan tugasnya bekerja di sini dengan baik. “Aku akan tuangkan minuman, mari kita berselang sebentar.” Nayara mengajak pria gendut berkepala botak itu untuk minum-minum lebih dulu.“Baiklah, kamu sangat bagus. Aku memang tidak salah menilai, kamu ini sungguh membuatku sangat senang.” Tuan Ari sangat merasa puas dengan keberadaan
Alvano yang sedang tidur tampak begitu gelisah, dahinya mengernyit dan kepalanya bergerak tak tenang. ‘Dasar brengsek, cepat lepaskan dia’ Alvano mengalami mimpi buruk dan melihat anak kecil berbicara dalam mimpinya. ‘Dasar penjahat, lepaskan dia!’ Alvano semakin gelisah dalam tidurnya. Dalam mimpi itu, Alvano melihat seorang pria berpakaian serba hitam dan juga memakai masker hitam keluar dari mobil BMW. Pria itu hendak melukai anak laki-laki dengan sebilah pisau, tapi anak perempuan yang pemberani menangkis pisau itu sampai anak perempuan itu yang akhirnya terluka. Anak laki-laki itu terkejut sampai berteriak kencang. “Aaaaaa!!!” Alvano berteriak sampai terduduk dan terbangun dari tidurnya. Nafas Akan memburu, dadanya naik turun karena lagi dan lagi dia memimpin cuplikan masa kecilnya. Alvano menatap kedua tangannya bergetar dan berkeringat dingin. “Vanya, apa aku sudah berpikir berlebihan tentang kamu?” Alvano jadi kepikiran dengan Vanya gadis yang Alvano anggap seba
Alvano benar-benar menemui Clarissa dan Vanya, tapi bukannya bersikap hangat seperti biasanya, kali ini Alvano justru lebih sibuk dengan ponselnya sehingga menimbulkan rasa canggung di antara mereka.“Ekhm!” Clarissa berdehem kecil sambil mencubit kecil paha Vanya seperti memberi kode pada putrinya itu.Vanya tersentak lalu memasang senyum terbaiknya. “Kak, Alvano. Katanya terjadi masalah di pekerjaan mu, iya kah?” tanya Vanya dengan suara lembutnya yang tentunya dibuat-buat.“Hah.” Alvano meletakkan ponselnya. “Darimana kamu bisa tau?” Alvano menaruh rasa curiga.“Aku mendengar dari temanku, hari itu dia pergi ke klub Langit. Dia bilang dia bertemu dan melihat Kak Nara dikepung oleh para preman, katanya dia langsung melapor ke polisi. Tapi saat dia melihat lagi orangnya sudah tidak ada lagi, apa kamu tahu tentang hal itu?” celoteh Vanya panjang lebar.Alvano menyeruput teh hangatnya. “Apakah menurutmu aku tau hal itu?” Bukannya menjawab pertanyaan Vanya, Alvano malah balik bertanya l
Alvano menyeret Nayara ke dalam sebuah kamar, Alvano melempar kasar tubuh wanita itu ke atas ranjang lalu menindihnya dari atas. “Argh!” Nayara sampai meringis saat sikunya tertekuk di atas kasur. “Berani juga kamu berselingkuh di depanku, bagian mana dari diri Hanan yang lebih baik dari aku?” Alvano sungguh sangat marah saat ini.Alvano mencengkram dagu Nayara dengan sangat kasar sampai wanita itu kesakitan. “Jangan menghina temanku!” Nayara berusaha melepaskan diri dari Alvano.Alvano terkekeh sinis. “Teman?”Nayara memalingkan wajah, rasanya sudah sangat muak sekali menghadapi Alvano yang selalu ikut campur tentang hidupnya padahal sudah menyakitinya berkali-kali. “Kalau begitu, aku sangat penasaran bagaimana rasanya bermesraan dengan seorang teman?” Lagi dan lagi Alvano menyerang Nayara dengan pikiran-pikiran yang tak benar itu.“Lebih nikmat aku atau dia?” Nayara semakin muak mendengar pertanyaan seolah-olah dirinya ini adalah seorang wanita murahan di mata Alvano yang masih
“Alvano, apa yang sebenarnya kau pikirkan?” Dokter Hanan semakin geram dengan kelakuan Alvano.“Apa begitu besar keinginanmu untuk memiliki Nayara?” Alvano tersenyum miring lalu menatap tajam Nayara. “Apa masih berani menyangkal kalau anak ini adalah anak Hanan?”Tuh kan, Alvano benar-benar berpikir yang tidak-tidak. “Stres.” Nayara tertawa sumbang sambil menggelengkan kepalanya.Alvano selalu menuduhnya tanpa bukti dan selalu tidak mau mendengarkan penjelasannya.“Sangat disayangkan, selama kita tidak bercerai, selama itu pula dia akan menjadi anak haram yang harus disembunyikan.” Alvano menunjuk Rayhan yang berada di dekat Dokter Hanan.Alvano membungkuk sampai tingginya sama rata dengan Rayhan. “Sepertinya kamu tidak akan bisa hidup lebih lama lagi ya? Ini adalah karma dari hubungan haram kalian.” Alvano menatap Dokter Hanan dan Nayara secara bergantian.“Kau sudah sangat kurang ajar, Alvano!” Dokter Hanan hendak menampar Alvano.Tapi sebelum itu terjadi, Alvano sudah lebih dulu t