Beranda / Rumah Tangga / Istri yang Kau Sengsarakan / 2 : Gara-gara surat cerai

Share

2 : Gara-gara surat cerai

last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-18 14:38:05

"Ma!" Nayara berdiri sambil menggenggam tangan Clarissa. "Aku sungguh nggak ngerti, apa yang sebenarnya terjadi?"

"Diam!" Clarissa menepis kasar tangan Nayara. "Beraninya kamu memanggilku mama? Pasti wanita itu sengaja menipuku agar kamu bisa hidup enak di sini, sementara anak kandungku dia siksa selama ini. Tidak kusangka kamu adalah anak pelacur itu."

"Pa!" Nayara menghampiri Dimas. "Papa, bilang sama Nara ini nggak benar! Nara pasti anak Papa, iya kan?" Mata Nayara sudah berkaca-kaca.

"Nara, maafkan Papa. Semua bukti sudah jelas, kamu memang bukan anak kami." Dimas memalingkan wajahnya dari Nayara.

"Aku sudah memberitahu Alvano, kamu harus segera bercerai dengan Alvano. Kembalikan semua milik Vanya, termasuk Alvano." Clarissa kembali berbicara. "Sekarang berlutut dan minta maaf pada Vanya! Dasar anak wanita malam!"

"Aku nggak tahu dia siapa, Ma," lirih Nayara dibalas tawa sinis oleh Clarissa.

Clarissa benar-benar sudah membenci Nayara hanya karena bukti yang dibawa Vanya.

Nayara menatap tangga ketika mendengar suara langkah kaki dari sana, tangis Nayara langsung pecah melihat sosok tampan dengan setelan kantor yang rapi mendekat ke arahnya.

"Alvano." Nayara memeluk lengan Alvano sambil menangis.

"JANGAN SENTUH AKU!"

Bruk!

"Ugh!"

Nayara kembali didorong hingga terjatuh ke lantai, kali ini pelakunya adalah suaminya sendiri.

"Jangan berani pegang-pegang aku lagi! Asal kamu tahu, aku jijik disentuh oleh seorang pembohong." Alvano terang-terangan menatap tajam Nayara.

Nayara tidak tahu harus mengatakan apa, mata yang selalu menatapnya dengan lembut kini telah berubah seperti ingin membunuhnya.

Vanya berjalan mendekati Alvano. "Kak Al." Vanya memanggil Alvano dengan suara yang begitu lembut dan terkesan seperti dibuat-buat.

Alvano tersenyum. "Kamu cantik sekali hari ini, Vanya." Alvano menegang bahu Vanya dan mereka terlihat begitu romantis.

"Kalian ada hubungan apa?" Nayara sangat sakit hati melihat suaminya memperlakukan wanita lain dengan begitu baik di depan matanya.

"Jangan sok tersakiti, Nara. Yang ingin aku nikahi sebenarnya adalah Vanya, putri asli keluarga Widjaya. Kamu hanya seorang putri palsu yang mengelabui keluarga Widjaya selama bertahun-tahun, kamu juga menipu ibuku agar setuju dengan perjodohan kita."

Sakit, benar-benar sakit. Nayara merasa telah ditusuk pisau sebanyak ribuan kali dalam satu jam terakhir ini.

"Harusnya sejak awal yang aku nikahi itu Vanya, bukan kamu, Nara." Awalnya Alvano membungkuk sambil mengusap lembut rambut Nara. "Kamu sangat tak tahu malu, Nara. TIDAK TAHU MALU." Akhirnya Alvano menarik kasar rambut Nayara lalu mendorong kepala Nayara dengan kasar.

"Al! Aku nggak tahu apa-apa tentang ini." Nayara berusaha berdiri sambil menggapai Alvano.

Namun Nayara harus terduduk di lantai lagi karena Alvano lagi-lagi mendorongnya.

"Awws!" Tiba-tiba saja Vanya meringis sambil memegangi sikunya.

"Kenapa?" Alvano langsung memeriksa keadaan Vanya.

"Kak Al, tanganku sakit," adu Vanya.

"Apa luka lama itu sakitnya kambuh lagi?" tanya Alvano yang terlihat khawatir.

"Iya, Kak," jawab Vanya dengan wajah yang terlihat kesakitan.

"Ayo ikut aku!" Alvano dengan sadar merangkul pinggang wanita lain di depan istri sah-nya.

"Alvano! Jangan pergi, hiks." Nayara benar-benar menangis hebat sambil memegang kaki Alvano yang sudah hendak pergi.

"LEPAS, SIALAN!"

Bruk!

Alvano begitu tega menepis tangan Nayara di kakinya dengan begitu kasar sampai Nayara terjatuh.

"Al jangan pergi! Aku mohon, Al!" Meskipun Nayara terus memanggil dirinya, namun Alvano tetap tidak peduli.

Alvano tetap pergi sambil merangkul mesra Vanya dan membiarkan Nayara menangis di sana.

Nayara terdiam dengan pandangan kosong, air matanya mengalir tanpa henti. Nayara menunduk dan bersimpuh di lantai.

"Tandatangan surat cerai ini!"

Deg!

Jantung Nayara kembali berdetak kencang mendengar perintah Clarissa. Nayara menatap map di tangan Clarissa sambil menelan ludah dengan susah payah.

"Tandatangan sebelum besok pagi!" Clarissa melempar surat cerai itu ke wajah Nayara. "Dan kembalikan semua milik Vanya!" bentak Clarissa untuk kesekian kalinya.

Nayara pergi sejenak dari rumah keluarga Widjaya, Nayara butuh waktu untuk dirinya sendiri dan memikirkan ke depannya akan seperti apa.

"Sebelum besok kamu harus tandatangan surat cerai ini!"

"Kembalikan semua milik Vanya!"

"Jangan sentuh aku lagi! Aku jijik."

Semua yang diucapkan oleh Clarissa dan Alvano terus terngiang di benak Nayara.

Saat ini Nayara kembali ke rumah Alvano, tempat dirinya tinggal selama dua tahun ini.

Nayara mengelus perut ratanya sambil tersenyum getir. "Awalnya aku pikir kamu akan menjadi bayi yang paling beruntung di dunia, tapi sepertinya hanya mama yang akan kamu miliki."

Nayara menghela napas berat sambil membuka surat cerai di tangannya. Nayara membubuhkan tandatangan di sana, di samping tandatangan Alvano yang masih kosong.

Nayara berdiri sambil menyeret koper besar.

"Nyonya Muda! Anda jangan gegabah!" Keenan berlari lalu menghalangi jalan langkah Nayara. "Setelah Tuan Muda pulang Anda berdua masih bisa berdiskusi lagi." Keenan terlihat tak rela kalau istri tuannya itu harus pergi.

"Keenan, ini adalah yang terbaik." Nayara tetap tersenyum lembut.

Suara langkah kaki terdengar mendekat, itu adalah Alvano yang baru saja memasuki rumah.

"Akhirnya Anda pulang juga, Tuan Muda. Cepat bujuk Nyonya, jangan biarkan dia pergi," celoteh Keenan.

"Pergi dari rumah." Alvano melangkah menghampiri Nayara dengan satu tangan tersimpan di saku celana sehingga Keenan minggir secara spontan.

"Nara, apa kamu sengaja menarik perhatian saya?" desis Alvano.

Nayara meremas tangannya sendiri, dia tidak berani menatap mata tajam Alvano.

"Mohon jangan seperti ini, Tuan Muda. Semua masalah akan selesai kalau dibicarakan baik-baik, jangan marah-marah dulu, Tuan." Entah dari mana asalnya Keenan punya keberanian sebanyak itu bicara pada Alvano.

"Sejak kapan kau punya hak mengajari ku melakukan sesuatu, Keenan!" bentak Alvano sambil melirik Keenan dengan sudut matanya.

"Maaf, Tuan Muda." Keenan menunduk lalu pergi dari sana.

Alvano merampas map di tangan Nayara. Setelah membaca isi map tersebut, Alvano langsung melemparnya dengan kemarahan luar biasa membuat Nayara terlonjak kaget.

"Nara." Alvano maju beberapa langkah. "Apa-apaan surat cerai itu?"

"Karena kalian semua tidak menginginkan aku lagi, sebaiknya kita pisah, Al. Itu salah satu pilihan yang paling bagus," balas Nayara dengan mengumpulkan semua keberaniannya.

"Kamu membohongi aku begitu lama, sekarang semuanya sudah jelas. Jadi kamu ingin kabur dari masalah?" bentak Alvano.

"Al, harus berapa kali lagi aku katakan. Aku tidak tahu apa-apa tentang semua ini---"

"Arghh!"

Nayara tersentak saat Alvano mencekik lehernya dengan begitu kuat.

"Di saat semuanya sudah terbukti, kamu masih mau berbohong lagi? Kamu pikir aku ini orang bodoh yang semudah itu kamu tipu?" Tangan Alvano masih berada di leher Nayara.

"Al, tolong lepas! Sakit." Nayara yang kesusahan bernapas berusaha melepaskan tangan Alvano dari lehernya.

"Rasa sakit kamu sekarang tidak sebanding dengan rasa sakit aku yang telah kamu bohongi selama dua tahun ini," sarkas Alvano.

Bruk!

Alvano mendorong Nayara sampai terjatuh ke atas sofa, Alvano menindih tubuh Naraya dari atas sambil memegangi kedua tangan Nayara yang terus memberontak.

"Alvano, kamu mau apa?" Nayara panik saat tangan Alvano membuka kancing rok mininya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Istri yang Kau Sengsarakan   3 : Cobaan terberat

    “Al, apa yang akan kamu lakukan, Al?” Nayara panik karena Alvano yang sulit ditebak.“Kamu sudah membohongiku begitu lama, Nara. Sekarang kembalikan semua barang-barang milikku!” Alvano mengecup batang leher Nayara dengan paksa.“Alvano, jangan begini, Al! Aku mohon jangan lakukan ini, Al.” Nayara berusaha lepas dari Alvano.Alvano mengangkat wajah demi bisa menatap Nayara. “Kamu tidak punya hak menolakku, Nara. Anggap saja ini sebagai cara kamu menebus dosa padaku.”“Al.” Nayara kembali panik saat Alvano mendekatkan wajahnya lagi.“Hmmpp ….” Naraya hanya bisa memberontak kecil ketika Alvano mencium bibirnya dengan paksa.“Alvano Dirgantara, lepas!” Nayara mendorong dada Alvano sekuat tenaga sampai pria itu menjauh darinya.Nayara langsung duduk, kali ini Nayara berani menatap Alvano dengan tegas. “Alvano, aku hamil.”“Hah?” Alvano tampak terkejut.Tapi wajah terkejut itu hanya bertahan sesaat. “Hamil? Aku tahu itu cuma trik baru kamu buat nipu aku. Kamu pasti takut dengan datangnya V

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-18
  • Istri yang Kau Sengsarakan   4 : Dunia yang berubah

    Dengan bekal uang tabungannya semala ini, Nayara pergi ke luar kota dan tinggal di kontrakan sepetak yang sangat kecil. Tidak ada perabotan apapun di dalam kontrakan sepetak itu, untuk tidur pun Nayara hanya bisa membeli kasur tipis dengan harga seratus ribuan.Nayara harus bisa menghemat uang tabungannya yang tidak seberapa untuk biaya hidupnya menjelang mendapatkan pekerjaan. Sungguh miris nasib Nayara, dalam keadaan hamil dia harus hidup sendiri tanpa bantuan siapapun. "Aku pasti bisa." Nayara tersenyum dan menyemangati dirinya sendiri. "Kamu harus kuat, Nak. Mama janji akan memberikan yang terbaik untuk kamu." Nayara selalu mengajak bayi dalam kandungannya berkomunikasi kasi.Nayara mulai membersihkan kontraknya sampai rapi, Nayara juga membeli beberapa perabotan yang akan dia butuhkan selama tinggal di sini.Tidak banyak yang Nayara beli, hanya beberapa saja dan itupun yang harganya murah-murah.Setelah kontrakannya terlihat sedikit lebih layak huni, Nayara mulai menyusun re

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-18
  • Istri yang Kau Sengsarakan   5 : Sebentar lagi

    "Anda yakin tidak ingin mencari Nona Nara, Tuan Muda?" Keenan masih berharap Alvano akan berubah pikiran."Tidak akan, tidak ada lagi tempat untuk wanita pembohong itu di rumah saya." Alvano benar-benar terlihat sudah tidak peduli lagi pada Nayara.Keenan pun diam, asisten pribadi Alvano itu hanya bisa berharap Nayara baik-baik saja di luar sana. Wanita itu telah pergi selama tujuh bulan dan entah di mana dia sekarang. Keenan pun juga berharap Alvano selalu baik-baik saja. Pasalnya, Alvano terus kerja gila-gilaan dan tak tau waktu, lupa makan, dan kurang istrahat sejak Nayara tidak ada lagi di sisinya.'Ngakunya tidak peduli lagi, tapi masih enggan menandatangani surat cerai padahal sudah tujuh bulan berlalu.' Keenan tidak abis pikir dengan kisah rumah tangga atasannya itu.Sudah pukul sembilan malam. Lantai tertinggi gedung milik Alvano masih menyala terang. Meja kerjanya dipenuhi berkas, laptop yang belum mati, serta beberapa catatan yang ditulis tangan. Pria itu duduk tegak di kur

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-18
  • Istri yang Kau Sengsarakan   Bab 6 : Melupakan masalalu

    Sore itu langit mendung, udara sedikit pengap. Setelah berkeliling menjajakan buburnya sejak pagi, Nayara memutuskan untuk berhenti sejenak di pelataran taman kota. Ia duduk di bangku yang menghadap air mancur, membelai perutnya yang semakin berat. Bayi di dalam kandungannya bergerak pelan, seolah memberi tanda bahwa ia ikut merasakan kelelahan sang ibu.“Sebentar lagi kita pulang ya, Nak,” bisiknya lirih sambil tersenyum lembut.Nayara menoleh ke arah keramaian di sisi lain taman. Sebuah mobil hitam mengilap baru saja berhenti di depan restoran mahal yang berdiri mewah di seberang jalan. Dari dalam mobil, turun seorang pria tinggi bersetelan jas, rambutnya tersisir rapi, dan posturnya tak berubah sedikit pun sejak terakhir kali Nayara melihatnya.Dia Alvano, Langkah Nayara membeku melihat pria itu.Pria itu berjalan tenang, diikuti seorang wanita bergaun krem muda dengan heels tinggi yang mencolok. Wajahnya terlihat berseri-seri, tangannya menggandeng lengan Alvano seolah mereka sepa

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-30
  • Istri yang Kau Sengsarakan   7. Rumah sakit

    Hujan turun dengan deras di luar jendela, membasahi jalanan dan menciptakan riuh samar di tengah keheningan malam. Pukul dua lewat dua puluh lima menit pagi, Naraya terbangun dari tidurnya yang tak nyenyak. Perutnya mengeras, nyeri yang familiar menjalar dari tulang belakang hingga ke pusar. Ia mengerang pelan, menggigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit yang datang bertubi-tubi.“Tidak ... bukan sekarang.”Namun tubuhnya tak bisa dibohongi. Kontraksi itu nyata, lebih kuat dan intens dari sebelumnya. Dengan susah payah, ia meraih ponsel yang tergeletak di meja kecil dekat kasurnya. Ia menggulir daftar kontak, tapi tak satu pun nama yang bisa ia andalkan. Tidak ada keluarga. Tidak ada teman dekat. Dan pria yang seharusnya berada di sampingnya pun tidak bisa Nayara harapkan.Dengan napas yang tersengal, Naraya bergegas keluar kamar, tubuhnya bergetar karena rasa sakit. Ia mengetuk pintu tetangganya, Bu Ningsih—seorang ibu paruh baya yang selama ini sesekali menawarinya makanan han

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-30
  • Istri yang Kau Sengsarakan   8. Merawat bayi seorang diri

    "Aku beri dia nama, Reyhan Samudra." Nayara menggenggam telapak tangan mungil putra kecilnya. Setelah 2 hari di rumah sakit, akhirnya Nayara bisa pulang lagi ke kontrakan kecilnya. Untungnya, Nayara memiliki tabungan yang cukup dari hasil berjualan bubur selama ini untuk makannya sehari-hari pasca pemulihannya. "Kamu tidak usah berkecil hati, Sayang. Meskipun tanpa siapapun, Mama pasti bisa membesarkan kamu dengan baik dan mendidik kamu supaya kelak kamu menjadi orang yang bisa menghargai orang lain," ujar Nayara dengan senyum tulusnya. Perlahan-lahan Nayara sudah mulai bisa berdamai dengan dirinya sendiri, Nayara akan merasa baik-baik saja Karena sekarang ada malaikat kecil yang harus dia jaga dan besarkan seorang diri. 'Aku pasti bisa menjadi sosok Ibu sekaligus ayah yang baik untuk anak ini,' ucap Nayara dalam hati. Nayara masih bisa tersenyum di saat dunia seakan menghimpitnya, bayangkan saja Nayara yang baru saja melahirkan dua hari yang lalu harus mengurus bayi itu sendiria

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-30
  • Istri yang Kau Sengsarakan   9 : Setelah 5 Tahun

    Lima tahun kemudian!Setelah lima tahun berlalu, Nayara masih tinggal di kontrakan sepetak nya bersama putra kecilnya yang kini sudah berusia lima tahun.Tidak banyak yang berubah, Nayara masih berjualan bubur untuk dicukupi kebutuhan sehari-hari. Bedanya sekarang bubur yang dijual oleh Nayara sudah banyak dikenal oleh orang-orang sehingga Nayara hanya fokus penjualan di depan kontrakan tidak diselingi dengan berkeliling lagi. Selama 5 tahun ini, hidup Nayara sangat tentram. Jauh dari orang-orang jahat yang tidak punya hati, dan juga sangat bahagia karena karena putra kecilnya tumbuh menjadi anak yang pintar dan penurut.Nayara berhasil mendidik anak itu dengan baik.Seperti kali ini contohnya, Nayara sedang mencuci piring setelah berjualan seharian. Rayhan begitu tenang duduk di samping Nayara.Raihan sangat tampan, tak jauh berbeda dengan ayah kandungnya."Mama, kapan bisa temani Ray main?" Anak berusia lima tahun itu

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-03
  • Istri yang Kau Sengsarakan   10 : Paksaan menyakitkan

    "Sudah lima tahun, Nara. Sudah lima tahun kamu menyembunyikan diri dariku," bentak Alvano."Alvano, kamu ...." Nayara menatap Alvano lalu beralih menatap Dokter tadi. "KAMU TIDAK BENAR-BENAR SAKIT?" Nayara meninggikan nada suaranya dan sadar dirinya telah ditipu."Kamu tega menipu aku, Al?" Suara Nayara berubah lirih.Alvano tertawa sinis. "Benar, aku menipu kamu. Kalau tidak begitu." Alvano menarik kasar tangan Nayara sampai membentur dadanya. "Kami tidak akan pernah muncul lagi, Nara." Alvano mendorong Nayara dengan kasar."Untuk apa kamu melakukan semua ini? Bukankah kita sudah bercerai?" Mata Nayara berkaca-kaca."Cerai ya?" Alvano menatap tajam Nayara. "Apa kamu pikir aku sudah menyetujui perceraian itu? Kamu memang tidak tau diri, belum menebus semua hutang-hutang kamu padaku, tapi sudah berani kabur selama lima tahun."Nayara sudah terbiasa dengan kata-kata pedas yang Alvano katakan padanya.Nayara hampir menangis

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-03

Bab terbaru

  • Istri yang Kau Sengsarakan   21 : Harapan terakhir

    “Maafkan aku, Nyonya. Aku salah, aku akan menampar diriku sendiri.”Pelayan itu benar-benar menampar dirinya sendiri berkali-kali sampai wajahnya membengkak dan memerah.“Sudah cukup, sekarang kamu boleh pergi dan katakan kepada Kak Nara kalau Mama dan Papa tidak mau menemuinya,” titah Vanya.“Kenapa kamu masih membela anak itu? Apa jangan-jangan dia sudah memberimu jampi-jampi agar tetap simpati padanya?” Clarissa jadi semakin berpikiran buruk tentang Nayara. “Padahal Vanya sudah tinggal selama 5 tahun dengan kita, tapi kamu masih saja tidak bisa melupakan anak itu.” Clarissa benar-benar marah pada suaminya.“Bukan begitu maksudku.” Dimas begitu dilema sekarang.Di satu sisi dia ingin bertemu dengan Nayara, tapi di sisi lain dia takut pada Clarissa kalau dia berani menemui Nayara.“Pa, aku tidak tahu seperti apa kedekatanmu dengan Kak Nara. Kalian sudah hidup bersama selama dua puluh tahun lamanya, tapi Papa tidak pantas berlaku seperti itu pada Kak Nara.” Vanya tidak terima melihat

  • Istri yang Kau Sengsarakan   20 : Rumah itu lagi

    “Selamat pagi, Dokter Ardian.” Nayara tersenyum ramah pada seorang dokter paruh baya yang Nayara kira sudah menghubunginya.“Terima kasih banyak sudah menyisakan satu kamar untuk Rayhan,” ujar Nayara.“Kamar apa?” Dokter Ardian terlihat bingung menanggapi pertanyaan Nayara.“Kamar untuk Rayhan, bukankah Anda yang membantuku?” Nayara terlihat begitu bahagia.Sepertinya Dokter Ardian tidak tahu apa-apa tapi juga tidak berani mengatakan apa pun. Tentu saja, kamar itu disediakan oleh Alvano, jelas Dokter Ardian tidak akan tahu apa-apa.“Sudahlah, berhubung Anda ada di sini, ada sesuatu yang ingin aku sampaikan.” Dokter Ardian memberikan sebuah kertas. “Ini laporan kesehatan Rayhan, kondisinya semakin menurun. Hal ini sangat tidak baik, tidak bisa kalau hanya memakan obat-obatan saja.”Nayara memejamkan mata, sebelumnya dia sudah menduga hal ini akan terjadi.“Dokter, tolong bantu selamatkan putraku. Dia baru berusia lima tahun, tolong, Dok,” pinta Nayara.“Segera urus semua biayanya, Nyon

  • Istri yang Kau Sengsarakan   19 : Semakin membenci

    “Uhuk!” Rayhan batuk-batuk sampai hidungnya mengeluarkan darah.Tapi anak itu tidak mengatakan apa pun, dia cuma fokus bermain dengan Ultraman baru yang dibekali oleh ibunya.“Astaga, kamu mimisan lagi?” Nayara mengambil selembar tisu. “Sini biar Mama lap darahnya.” Nayara menghapus darah dari hidung Rayhan.“Ray, waktunya minum obat. Kamu mau sembuh kan, Sayang?” Nayara mengeluarkan obat-obatan yang begitu banyak yang harus dikonsumsi anak sekecil Rayhan.“Ray tidak mau, Mama. Obatnya sangat pahit,” tolak Rayhan sambil menutup mulutnya.“Kamu ingin mendengar sebuah cerita?” Nayara mencari akal untuk membujuk Rayhan agar mau meminum obat.“Cerita apa, Mama?” Mata polos Rayhan berkedip-kedip lucu menatap Nayara.“Dulu Ultraman ini juga sakit, dia baru sembuh setelah minum obat.” Nayara mengarang cerita yang menarik untuk anak-anak.“Benarkah?” Dan sesuai dengan harapan Nayara, Rayhan tertarik dan percaya dengan a

  • Istri yang Kau Sengsarakan   18 : Mirip

    Setelah semua masakannya selesai, Nayara menata semuanya di atas meja makan yang di sana sudah dihuni oleh Alvano dan Vanya.Nayara menyiapkan semuanya dengan hati-hati, jangan sampai dia membuat kesalahan yang berakhir dirinya menerima kekerasan lagi dari Alvano ataupun Vanya yang licik.Gadis itu manipulatif, jadi Nayara harus berhati-hati dengan gadis yang saat ini bersama suaminya.“Tuan Alvano, Nona Vanya, silakan menikmati hidangannya!” Nayara benar-benar sangat profesional dan sadar diri dengan statusnya di tempat ini.Alvano terdiam dan tampak begitu murung, hati kecilnya sangat tidak rela melihat Nayara berada di posisi seperti ini. Sementara itu, egonya mengatakan bahwa wanita itu pantas menerima perlakuan seperti ini.Alvano mulai makan, mata terpejam menikmati sensasi makanan khas buatan Nayara yang sudah lama tidak ia makan.Jujur saja, Alvano merindukan masakan ini. Tapi bahasa bancinya pada Nayara mengalahkan segal

  • Istri yang Kau Sengsarakan   17 . Penyemangat

    Nayara memberikan surat-surat yang sudah dia tandatangani pada Alvano.“Selesai, Tuan. Apalagi yang harus saya lakukan?” Nayara begitu sabar dan pasrah menghadapi Alvano.Alvano menerima surat itu lalu berkata, “Besok pagi jam delapan kamu harus sudah ada di sini, harus tepat waktu tidak boleh terlambat.” Kali ini Alvano berbicara baik-baik pada Nayara.“Baiklah, Tuan.” Nayara membungkuk hormat layaknya para pelayan pada umumnya. “Kalau begitu saya izin pamit dulu.”Alvano mengangguk sehingga Nayara bisa pergi dari tempat itu.Alvano menatap surat-surat di tangannya cukup lama, raut wajah pria itu begitu sulit untuk dijelaskan. Entah apa yang ada di dalam pikiran Alvano saat ini....“Mama, rumah ini sangat besar.” Mata Rayhan berbinar menatap rumah mewah yang dia pijaki sekarang.Nayara hanya tersenyum mendengar itu, Nayara tidak tega jika harus meninggalkan Rayhan yang sedang sakit sendiria

  • Istri yang Kau Sengsarakan   16 : Menjadi pembantu

    “Kak!” Vanya memanggil Alvano dengan suaranya yang lembut mendayu-dayu itu."Ini sudah malam, sebaiknya kamu istirahat lagi ke kamarmu. Kata dokter besok kamu sudah boleh pulang, siap-siap dan besok akan aku jemput." Alvano mengusap pipi Vanya dengan begitu perhatian di depan muka Nayara.Tidak bisa dibayangkan sesakit apa perasaan Nayara saat ini.“Baiklah,” balas Vanya dengan patuh.Alvano pergi dari sana karena masih ada urusan lain, sebagai orang penting tentunya Alvano memiliki banyak pekerjaan dan jadwalnya sangat padat.Vanya menatap Alvano sampai pria itu benar-benar menghilang, setelahnya Vanya melirik Nayara yang tengah memeluk Reyhan.“Kamu benar-benar wanita tidak tahu diri, Kak Nara. Kamu itu hanya anak dari seorang pelakor, kenapa kamu masih berani ngerayu Kak Alvano yang jelas-jelas adalah milik aku? Kamu pasti belajar dari ibumu yang pelakor itu kan?” Vanya memaki Nayara habis-habisan.“Aku bahkan nggak p

  • Istri yang Kau Sengsarakan   15. Bersimpati lagi

    Plak!“Argh!”Tubuh Nayara langsung terhempas ke dinding hanya karena satu tamparan keras dari Alvano.Pria itu langsung marah melihat Vanya yang terduduk di lantai dan seperti di dorong oleh Nayara padahal kenyataannya tidak begitu.Vanya buru-buru berdiri. “Kak Alvano, dia mendorongku.” Vanya mengadu dan memasang wajah yang terluka.Nayara hanya diam dipojokkan sambil menahan rasa perih di pipinya akibat tamparan Alvano.“Nayara, kamu cari mati,” desis Alvano yang sangat marah.“Dasar paham jahat! Jangan menyakiti ibuku!” Si kecil Rayhan memasang badan untuk membela ibunya.Rayhan yang biasanya diajari sopan santun pada orang dewasa itu, kini mendorong Alvano sekuat tenaga karena telah berani menampar ibunya.Gyut!Secara tiba-tiba Rayhan membalas Alvano dengan cara menggigit punggung tangan pria itu.“Arghh!” Alvano yang merasak

  • Istri yang Kau Sengsarakan   14. Dari ujung koridor

    Setelah menunggu semalaman, akhirnya Rayhan sadar juga pagi ini.“Ayo makan satu suap lagi, Sayang!” Nayara menyodorkan sendok berisi bubur putih pada putranya itu.Nayara menggigit bibir bawahnya menahan tangis saat teringat apa yang dikatakan dokter setelah hasil lab kesehatan Rayhan keluar tadi pagi.Flashback on.“Rayhan mengalami penyakit leukemia yang sudah sangat parah, dia butuh transfusi sumsum tulang belakang.”Dunia Nayara terasa runtuh saat itu juga, anak yang dia jaga sepenuh hati sejak dalam kandungan seorang diri tanpa bantuan siapa pun—kini menderita sakit separah itu.“Dokter, tolong pikirkan cara untuk menyelamatkan anak saya, Dokter.” Nayara sampai tidak bisa membendung air matanya saat itu juga.“Anda jangan cemas dulu, Nyonya. Kami akan bantu mencarikan pendonor sumsum tulang belakang yang cocok untuk anak Anda.”Nayara sedikit merasa lega mendengar itu.“Hanya saja … Anda perlu mem

  • Istri yang Kau Sengsarakan   13 : Mulai curiga

    “Aku jadi penasaran, dia itu anak haram dari pria brengsek yang mana sampai kamu rela sampai seperti ini.” Alvano menunjuk Nayara yang masih berlutut.Vanya muncul di tempat itu dengan langkah tertatih dan pakaian rumah sakit yang melekat di tubuhnya, gadis itu baru saja sadar setelah mendapatkan transfusi darah dari Nayara.“Tolong jangan panggil dia anak haram, dia bukan anak haram, Al. Dia anak hasil dari pernikahan yang sah,” desis Nayara.“Kalau begitu katakan siapa ayahnya!” titah Alvano.“Sebenarnya dia anak kam—”“Kak, Alvano! Ada apa ini?” Suara Vanya membuat Nayara menelan kata-katanya kembali.Alvano langsung khawatir melihat kedatangan gadis itu. “Kenapa kamu datang ke sini?”“Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih pada Kak Nara karena dia sudah melakukan transfusi darah untukku,” jawab Vanya sambil menatap Nayara, “terima kasih banyak, Kak Nara,” lanjutnya dengan suara yang begitu lembut mendayu-dayu.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status