Diaz duduk termenung di kursi kebesarannya, jarinya tak lepas menjepit sebuah rokok, menghisapnya perlahan, asap mengepul di ruangan ini menggumpal, lalu menyebar. Rais terpaksa membuka jendela, sudah sering diingatkan agar atasannya jangan merokok dalam ruangan ber-AC, tetapi lelaki itu mana peduli, akhirnya membuka jendela dan mematikan AC yang bisa Rais lakukan.Sejak pagi Diaz tampak galau dan gelisah, sudah hampir dua bungkus rokok yang dibakar sia-sia. Ketika ditawari makan siang, lelaki itu juga menolak. "Kenapa masih di sini? bukankah kau mau makan siang?" tegur Diaz yang melihat Rais masih berdiri di ruangannya."Apa anda mau memesan sesuatu? Nanti saya bawakan.""Ya, bawakan saja aku makanan yang bisa dimakan!" perintah Diaz dengan asal Kembali asap rokok memenuhi ruangan ini, rasanya Diaz benar-benar bisa gila memikirkan kejadian tadi malam. Malam tadi sebenarnya adalah malam impiannya, bagaimana tidak? Sudah lima tahun dia memimpikan wanita itu dalam rengkuhannya, tetapi
Sampai ruangan Tommy, lelaki itu masih sibuk mengurusi dokumen di tangannya. Ketika melihat Mutiara, lelaki itu langsung meletakkan dokumen dan menatapnya dengan tajam."Kemarin kamu ke mana?" tanya lelaki itu dengan mata tajam.Mutiara sebenarnya gugup mendengar pertanyaan suaminya ini, namun sebisa mungkin dia menampilkan sikap wajar di hadapannya."Aku menginap di rumah Renita," ujarnya dengan nada biasa."Kenapa kau menginap di rumahnya?" buru Tommy dengan tidak puas."Aku bosan! di rumah juga tidak ada orang. Aku akan menginap di rumah mama, tetapi mama belum pulang juga. Aku hanya butuh teman ngobrol dan nonton drama bersama.""Setidaknya kau hubungi aku atau tinggalkan pesan.""Buat apa? selama ini kutelpon kamu juga tidak mengangkat, kukirim pesan juga tidak dibalas. Aku juga punya titik jenuh dan bosan. Bukankah kau melarangku ikut campur masalahmu? seharusnya kau juga seperti itu padaku.""Aku ini suamimu!""Hanya suami di atas kertas. Apa kau memanggilku demi ini?"Tommy te
Siska Artamevia, hanya karena wanita itulah Tommy menjadi orang yang kehilangan kepribadian. Sekarang yang menanggung akibatnya adalah Mutiara. Kewarasan Tommy tergerus semua karena wanita ini. Mutiara memang belum pernah bertemu langsung dengan wanita ini, tetapi dia selalu melihat penampilan wanita ini yang wara-wiri di layar kaca. Sudah tiga tahun wanita ini menetap di luar negeri, bersama suaminya. Tetapi kenapa dia kembali? Mutiara tidak mengikuti berita tentang wanita ini, buat apa juga? Mereka hanya mantan. Tetapi detik ini, Mutiara merasa meremehkan wanita ini mana kala pegangan tangannya di lengan lelaki ini diurai perlahan, sorot mata lelaki ini begitu berbinar menatap ke arah panggung.Apa lagi yang diharapkan pada lelaki ini? Bukankah dia juga sering diselingkuhi dengan banyak wanita? Bertambah satu lagi mantannya, apa bedanya? Mutiara hanya berdecak, selanjutnya dia berjalan perlahan bergabung dengan istri Rio Dewanto, sambil sesekali mengamati pergerakan suaminya.Memang
Sesuai dugaan Mutiara, Tommy memang tidak pulang. Bahkan sampai dua hari. Dia juga tidak pergi ke kantor, pasti mengencani artis itu. Mutiara bersikap biasa saja, dia bekerja seperti biasa, pulang ke rumah seperti biasa. Tidak ada yang berubah di hidupnya. Tommy bahkan pernah pergi selama sebulan waktu berkencan dengan seorang foto model, mereka berlibur ke Pulau Hawai. Ini baru dua hari belum ada apa-apanya. Tetapi yang membuat gerah, pagi ini Clarisa sudah menunggu di ruangannya dengan wajah congkak, seolah-olah dia istri sahnya Tommy."Mau apa kamu ke sini?!" tanya Mutiara dengan nada tidak suka "Kenapa Pak Tommy tidak ke kantor dua hari ini?" tanya Clarisa dengan mengintimidasi."Loh, aku pikir dia pergi ke tempatmu?" "Apa?" Clarisa menyipitkan matanya heran melihat Mutiara yang biasa saja mendapat cercaan darinya."Anda kan istrinya, Bu! tapi anda kok tidak tahu ke mana Pak Tommy pergi, gimana sih?""Aku memang istrinya, tetapi kamu kan kekasihnya? kekasih ... itu artinya orang
"Siska rela menjadi yang kedua. Jadi aku akan menjadikan istri kedua. Kamu tetap menjadi istri pertamaku."Tubuh Mutiara menegang seketika. Brengsek, ternyata lelaki ini tidak akan melepasnya sama sekali. "Bukankah kau cinta mati dengan wanita itu? Kenapa masih tidak mau melepaskan aku?" ujar Mutiara dengan suara bergetar, menahan emosi yang sudah menumpuk di dada."Bagaimana aku bisa melepaskan mu? kau adalah tambang emasku. Aku akan menjadikan Siska istri yang kucintai bahkan kutiduri, sementara kamu bertugas menjaga perusahaan ku, bagaimana? kurang baik apa aku?"Prangspontan Mutiara melempar gelas yang dipegangnya, tepat sasaran! gelas itu mengenai kepala Tommy dan jatuh pecah beberapa bagian di lantai. Tommy yang tidak menduga akan hal itu, menatap Mutiara dengan mata melotot, darah segar mengalir dari pelipisnya.Mutiara juga tidak menduga dengan tindakan spontan nya itu, tangannya gemetar dan wajahnya pucat, darah di pelipis Tommy sudah mengalir hampir mengenai mata."Kau ber
Sudah seminggu Mutiara dikurung di rumah ini oleh Tommy. Setiap pagi dan sore hari akan datang ART paruh waktu yang akan membersihkan rumah, berbelanja dan memasak. Tommy tidak akan membiarkan Mutiara bekerja apapun di rumah ini. Ada dua satpam dan setiap hari berjaga di luar setiap hari bergantian untuk menjaga rumah, tujuannya agar Mutiara tidak kabur dari rumah. Sudah satu Minggu sejak peristiwa itu juga Tommy tidak kembali ke rumah itu, entah kemana perginya lelaki itu? tidak membuat Mutiara pusing memikirkannya, dia justru lega tidak melihat lelaki itu. Terserah dia mau bermalam di manapun dengan wanita manapun. Walaupun dikurung, Tommy masih tetap mengijinkan mutiara bekerja dari rumah. Tip hari Renata akan mondar-mandir dari kantor ke rumah atasannya itu untuk membawakan pekerjaan. Kadang kala dia menyuruh kurir kantor jika tidak sempat, kadang juga orang-orang kantor ataupun pabrik yang berkepentingan padanya akan datang ke rumah.Sore ini dia didatangi oleh tim pengembang pr
"Kebetulan sekali kalian sedang pesta, jadi kami bisa bergabung, ya?" ujar lelaki itu masih memasang senyum smirk yang menurut Mutia sangat menyebalkan. Kami? maksudnya kami itu_"Sayang? lekas kemari! kebetulan, kedatanganmu sepertinya sudah disambut dengan meriah di sini."Dari pintu menyembul sosok perempuan cantik, Tommy langsung meraih lengan wanita itu dan mengajaknya masuk ke dalam rumah. Semua orang terbengong melihat siapa yang datang, mereka jelas tahu siapa wanita ini, seorang publik figur yang cukup terkenal, seorang diva yang konon berkarir hingga ke luar negeri. Sosok Siska ternyata lebih cantik di dunia nyata dari pada di layar televisi ataupun foto di portal-portal media gosip. "Mutia, kamu sudah kenal kan, siapa dia? hari ini sengaja aku membawanya karena akan diperkenalkan padamu," ujar Tommy dengan senyum sumringah dan membawa wanita itu ke meja makan di hadapan Mutia. Semua orang tidak ada yang bersuara, meja Makan yang hanya ada enam kursi itu sudah diduduki li
Setelah mendengar apa yang Tommy katakan tentang Neneknya, Mutia tidak bisa menunda untuk menemui pamannya. Jadi ketika Tommy pergi, dia nekat keluar rumah dengan alasan akan pergi ke rumah Diana untuk mengabarkan pernikahan Tommy, sehingga lelaki itu mengizinkannya.Kembali ke rumah yang sudah dihuninya selama delapan tahun lamanya ini, membuat Mutia kembali mengingat apa saja kejadian yang dia alami di sana. Semua kejadiannya jelas banyak kejadian yang tidak menyenangkan. Bagaimana dia dijadikan babu oleh Tante dan sepupunya, Evita. Bagaimana Omnya yang sudah menuntutnya untuk membalas Budi telah membesarkannya paska kematian kedua orang tuanya akibat kecelakaan. Rasanya Mutia ingin mengakhiri hidupnya yang menderita ini, kalau bukan karena satu orang, Neneknya. Hanya neneknya yang peduli padanya selama ini. Rumah yang mereka tinggali ini rumah kakeknya, tetapi memang diwariskan kepada Hilman. sementara ayah Mutiara mendapat warisan berupa toko bangunan yang menjadi sumber penghasi