Share

9_ Aku akan berterima kasih kalau kau bisa membujuk Tommy.

Diaz duduk termenung di kursi kebesarannya, jarinya tak lepas menjepit sebuah rokok, menghisapnya perlahan, asap mengepul di ruangan ini menggumpal, lalu menyebar. Rais terpaksa membuka jendela, sudah sering diingatkan agar atasannya jangan merokok dalam ruangan ber-AC, tetapi lelaki itu mana peduli, akhirnya membuka jendela dan mematikan AC yang bisa Rais lakukan.

Sejak pagi Diaz tampak galau dan gelisah, sudah hampir dua bungkus rokok yang dibakar sia-sia. Ketika ditawari makan siang, lelaki itu juga menolak.

"Kenapa masih di sini? bukankah kau mau makan siang?" tegur Diaz yang melihat Rais masih berdiri di ruangannya.

"Apa anda mau memesan sesuatu? Nanti saya bawakan."

"Ya, bawakan saja aku makanan yang bisa dimakan!" perintah Diaz dengan asal

Kembali asap rokok memenuhi ruangan ini, rasanya Diaz benar-benar bisa gila memikirkan kejadian tadi malam. Malam tadi sebenarnya adalah malam impiannya, bagaimana tidak? Sudah lima tahun dia memimpikan wanita itu dalam rengkuhannya, tetapi tak disangka malam itu datang tadi malam secara tiba-tiba. Tetapi bukan malam seperti itu yang dia inginkan, di mana wanita itu melakukannya karena tidak sadar akibat faktor obat. Dia menginginkan wanita itu berada di bawah rengkuhannya atas kemauannya sendiri, wanita itu meneriakkan namanya karena memang keinginannya sendiri. Bukan seperti ini! Wanita itu bahkan tidak tahu siapa namanya.

Mutiara Permatasari, Ternyata itu namanya ... cantik, indah ... seperti paras dan kepribadiannya. Tapi semalam Diaz sudah merusak imej itu, wanita itu ... sudah direnggut kesuciannya. Apa suami wanita itu sudah gila? Barang begitu bagus sudah satu tahun menikah tidak juga menjamahnya? Buta atau bagaimana? Ah, syukurlah ... ternyata kegadisan Mutiara, dia yang mengambilnya. Untuk seterusnya, mana boleh pria lain menjamah tubuh wanita itu. Dia hanya milik Diaz seorang.

Diaz langsung mengambil ponsel dan menghubungi seseorang, itu adalah nomor luar negeri. Mulai sekarang, dia akan melakukan apapun agar Mutiara lepas dari lelaki brengsek itu. Hanya dia yang berhak mencintai wanita itu, tidak boleh siapapun.

Diaz jadi teringat peristiwa lima bulan yang lalu, saat itu dia baru pulang dari luar negeri setelah lima tahun membangun bisnis di sana. Perasaannya begitu meluap bahagia, dia bertekad akan mencari wanita yang telah membuatnya jatuh cinta lima tahun lalu sebelum dia pergi ke luar negeri. Ternyata, pencariannya tidak mudah. Dia tidak tahu siapa nama wanita itu, tidak tahu tinggal di mana, bekerja di mana, bahkan foto nya saja dia tidak punya. Bagaimana dia bisa mencarinya? gila memang, pertemuan pertama, yang begitu singkat itu, tetapi bisa membuat Diaz jatuh cinta dan tidak bisa melupakan sosok itu.

Diaz hanya bisa berdoa pada Tuhan, semoga dia bisa dipertemukan dengan wanita itu lagi. Harapannya sangat besar, dia langitkan setiap malam. Tidak disangka, tidak diduga. Dia melihat kembali wanita itu di lobi hotel, Saat itu dia akan menghadiri konferensi para pengusaha di kota ini. Jantungnya dengan kuat, hatinya bersorak gembira. Jika saja dia tidak menahan perasaan, akan langsung dia dekap wanita itu dan menghujaninya dengan sejuta ciuman.

Tapi, detik itu juga, kegembiraan itu padam. Keceriaan itu sirna, kebahagiaan itu lenyap. Manakala seseorang mengenalkannya sebagai istrinya. Tommy Sanjaya, seorang pria pemilik perusahaan makanan itu terlihat tampan dan berwibawa, wanita itu tampak serasi berada disampingnya. dia terlambat sudah ....

Tak disangka, ternyata perjuangannya belumlah tamat, mana kala ketika dia akan pergi ke toilet, terdengar tamparan yang cukup keras.

"Kau ini bodoh apa gimana, Mutia! Pak Suhendro itu klien penting kita, cuma diajak makan malam saja kau menolak! aku tidak mau tahu kau harus mendapatkan investasi dari lelaki itu!"

"Mas, Kau tau sendiri, Pak Hendro itu mata keranjang, dia akan invest kalau aku temani dia tidur. Aku gak mau, Mas. Aku akan mencari investor lain selain Pak Hendro, aku bisa mencarinya!"

"Terserah! Aku tidak mau tahu! yang penting, aku tidak mau perusahaan ku bangkrut! Dengar itu?!"

Tangan Diaz mengepal dengan kuat, peristiwa itu sudah lima bulan yang lalu, tetapi hatinya masih terasa sakit. Tetapi melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana perlakuan Tommy pada wanita yang diinginkannya, membuat semangatnya bangkit lagi. Tak masalah kalau nanti dia dijuluki sebagai pria pebinor, dia memang akan melakukan itu, peristiwa tadi malam sudah membuktikannya, Mutiara hanya miliknya seorang!

*****

Sejak peristiwa malam itu, wajah Mutiara selalu mendung. Dia selalu cemas, jika seandainya peristiwa itu menghasilkan janin di dalam kandungannya. walaupun Mutia langsung meminum pil KB pagi hari itu, tetapi rasa cemas terus saja menghantuinya. Apalagi dia tidak mengenal siapa pria yang telah menidurinya, dia memang ingat betul dengan wajahnya, tetapi dia sama sekali tidak mengenalnya.

"Bu, Pak Tommy meminta anda untuk menemuinya di kantornya," ujar Renita membuyarkan lamunannya.

"Bu ... Bu Mutia?!"

"Ah, iya, Ren. Aku akan ke sana," ujar Mutia dengan lesu.

"Apa ibu tidak enak badan? dari kemarin saya perhatikan ibu selalu lesu dan sering melamun."

"Ah, tidak apa-apa. Aku hanya sedikit tidak enak badan," keluh Mutia.

"Kalau begitu sebaiknya ibu istirahat saja. Ibu pasti kelelahan karena diforsir bekerja."

"Tidak, aku akan menemui Tommy dulu," ujar Mutiara langsung menuju ke lantai tiga di mana Tommy berada.

Ketika sampai lantai tiga, tampak Clarisa sedang duduk di meja kerjanya, matanya terlihat mendelik mana kala melihat Mutiara datang menuju ke ruangan suaminya.

"Bu Mutia? apa ada perlu dengan Pak Tommy?" tegur wanita itu dengan nada tidak suka.

"Iya, aku dipanggil olehnya tadi."

"Masak?!"

Mutiara yang akan melangkah mengurungkan niatnya, tatapan tajam dia layangkan pada perempuan di hadapannya. Ternyata wanita itu juga tak kalah tajam menatapnya, bahkan senyuman sinis terlukis dari bibirnya.

"Apa maksudmu?!" tanya Mutia dengan nada tidak senang.

"Aku tidak yakin Pak Tommy memanggil anda, Bu?"

"Kau pikir aku ke sini atas inisiatif ku sendiri?"

"Ya, apalagi? anda pasti akan mencari perhatian padanya, kan? sebaiknya ibu berhenti berharap. Pak Tommy, tidak cinta pada anda. sebaiknya ibu segera mengundurkan diri sebagai istrinya," ujar Clarisa dengan nada dingin namun suaranya terdengar pelan, mungkin takut Tommy mendengarnya.

"Ha?!" Mutia hanya terkekeh mendengar perkataan Clarisa.

Wajah angkuh Clarisa tiba-tiba menggelap, dia merasa Mutia terlalu menganggap remeh dirinya.

"Clarisa, aku bahkan akan sangat berterima kasih padamu, kalau kau bisa membujuk Tommy untuk menceraikan aku. Aku bahkan berjanji akan memberikanmu emas 100 gram kalau kau bisa melakukannya. Mulai dari sekarang, berusahalah lebih keras, selain mendapatkan Tommy, kau juga akan mendapatkan 100 gram emas. menarik bukan?"

Mutiara meninggalkan Clarisa dengan bibir tersenyum, bahkan kepalanya menggeleng tanda meremehkan Clarisa. tentu saja wajah Clarisa sangat tidak enak dipandang. Dia berusaha membuat Mutiara marah dan menampilkan sisi jahatnya, agar dia bisa membalikkan fakta di hadapan Tommy agar lelaki itu berpihak kepadanya, tetapi memang dasar wanita itu tidak bisa termakan provokasinya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status