Home / Romansa / Istri yang Tak Dihargai / Bab 13 : Tiba-Tiba Lembut

Share

Bab 13 : Tiba-Tiba Lembut

Author: Wii
last update Last Updated: 2023-08-04 09:23:53

Zahya menghampiriku ketika aku hendak masuk ke dalam ruangan. Dia tampak tersenyum penuh arti sambil memegang iPad berwarna silver di tangannya. Bahkan dia memintaku untuk segera masuk ke ruangan untuk menunjukkan sesuatu. Mungkin saja, dia akan menunjukkan hasil rekaman cctv itu.

Aku segera masuk ke ruangan, diikuti oleh Zahya. Kami duduk bersebelahan di sofa, lalu Zahya mulai memutar rekaman cctv. Terlihat di rekaman itu, Lusi sedang membuang berkas di tempat sampah. Berkas itu adalah berkas yang ditemukan oleh office boy tadi.

“Udah fiks, Bu. Pasti Pak Athar sama Lusi yang terlibat. Mereka udah korupsi dana perusahaan. Ibu harus ambil tindakan tegas, sebelum mereka kabur,” ucap Zahya.

“Iya, itu pasti. Staf keuangan juga udah bersaksi di depan Pak Cokro soal kasus ini. Tapi, biarin mereka nikmati udara segar dulu hari ini. Besok pagi, mereka bakal kita seret ke kantor polisi.”

“Tapi, Bu, bukannya lebih cepat lebih baik?”

Aku tersenyum menatap Zahya. Kemudian, aku berkata, “Memang iy
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Istri yang Tak Dihargai   Bab 14 : Penangkapan

    “Geledah semuanya!”Pak Cokro langsung memerintah anggotanya untuk menggeledah seluruh ruangan Mas Athar. Aku dan Zahya menyaksikan penggeledahan itu. Sedangkan Mas Athar masih belum tiba di kantor, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 08.30 pagi.Tadi, sebelum aku berangkat bekerja, dia sudah siap-siap untuk berangkat. Akan tetapi, dia bilang ingin singgah sebentar ke rumah temannya. Aku tidak terlalu menggubris ucapannya. Jika memang dia berniat kabur karena sudah mendapatkan info penggeledahan ini, itu tidak jadi masalah bagiku. Anggota Pak Cokro ada dimana-mana. Mereka bisa dengan mudah melacak keberadaan Mas Athar.Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya anggota Pak Cokro berhasil menemukan nota pembelian palsu yang dibuat oleh Mas Athar dan Lusi. Mereka memberikannya pada Pak Cokro.“Sialan mereka! Ternyata udah lama mereka berbuat curang kayak gini! Kecolongan saya!” geram Pak Cokro.“Memangnya, selama ini nggak ada pengecekan, Pak?” tanyaku.“Nggak ada, Ziva. Saya selalu mem

    Last Updated : 2023-08-06
  • Istri yang Tak Dihargai   Bab 15 : Urusan Kita Sudah Selesai

    Satu minggu telah berlalu, sejak penangkapan Mas Athar dan Lusi. Kini, kehidupanku jauh lebih tenang dari sebelumnya. Para benalu yang sempat menetap di rumahku, kini sudah pergi dan tak akan pernah bisa kembali lagi. Meskipun keluarganya Mas Athar masih terus mendatangiku sambil memohon untuk membebaskan Mas Athar dan memberikan mereka tempat tinggal. Sayang sekali, permohonan itu jelas ku tolak karena aku tak ingin lagi berurusan dengan mereka. Sudah cukup mereka membuatku menderita. Kini, biar mereka tanggung sendiri akibatnya.“Ziva, bagaimana proses perceraianmu dengan Athar? Udah diurus?” tanya Pak Cokro padaku, saat kami sedang makan siang bersama di kantin perusahaan.Akupun dengan cepat mengangguk. “Udah, Pak. Semuanya udah diurus. Tinggal tunggu prosesnya aja. Semoga aja bisa cepat selesai.”“Amin. Saya berharap, urusanmu sama Athar bisa selesai secepatnya. Kamu berhak bebas dari manusia nggak tahu diri kayak dia. Kamu pantas dapatkan yang lebih baik lagi,” ujarnya.Aku ters

    Last Updated : 2023-08-24
  • Istri yang Tak Dihargai   Bab 16 : Diteror

    Aku baru saja sampai di rumah pukul 18.00 sore. Namun tiba-tiba, seseorang melemparkan sebuah batu dan hampir mengenai kepalaku. Aku menoleh ke arah belakang, tapi orang yang melempar batu itu langsung berlari. Aku mencoba mengejarnya, namun dia sudah menghilang lebih cepat dari dugaanku.Kesal sekali rasanya. Baru saja pulang kerja, masih merasa lelah, sampai di rumah mendapatkan kejutan seperti ini. Entah siapa orang iseng itu. Kalau aku tahu siapa orangnya, mungkin sudah kuseret keliling komplek.Aku mengambil batu itu dan membuangnya. Kemudian aku masuk ke rumah untuk membersihkan diri.Ting!Satu notifikasi masuk ke ponselku. Aku yang hendak masuk ke kamar mandi pun terpaksa memeriksa ponselku. Barangkali itu pesan dari Pak Cokro.Namun, setelah kubaca, ternyata pesan itu dari nomor asing. Pesan itu berisi ancaman yang ditujukan untukku.[Dasar cewek nggak tahu diri! Lihat aja, kamu nggak akan pernah hidup tenang! Aku bakal balas dendam sama kamu! Hati-hati!]Kuhela napas panjang

    Last Updated : 2023-08-29
  • Istri yang Tak Dihargai   Bag 17 : Harga yang Harus Dibayar

    POV Author“Rania!”Rahma berteriak ketika dirinya baru saja tiba di rumah sewa yang bisa dianggap seperti kos-kosan. Ia datang dengan raut wajah marah sambil menatap Rania dengan tajam.Rania yang saat ini tengah sibuk bergelut dengan ponselnya hanya menggumam, seakan tidak peduli dengan kedatangan ibunya.“Ran, kita udah nggak punya beras! Kita mau makan apa nih kalau kamu pun nggak mau kerja!” teriak Rahma.“Aduh, Ma. Aku tuh malas kerja. Kenapa nggak Mama aja yang kerja?” Rania berbicara tanpa menoleh.Ucapan Rania jelas membuat Rahma semakin marah. Setega itu anak kandungnya menyuruhnya untuk bekerja. Padahal usia Rahma juga sudah tua dan fisiknya sudah melemah. Mustahil baginya untuk bekerja.Seketika Rahma menyambar ponsel Rania, hingga membuat Rania menatapnya tajam. Namun, Rahma tidak peduli. Memang itulah tujuannya.“Mama apa-apaan sih! Balikin hp aku!” teriak Rania.“Nggak bakal Mama balikin. Hp ini Mama sita, sampai kamu dapat kerjaan. Kita ini udah jatuh miskin, Ran. Jadi

    Last Updated : 2024-06-30
  • Istri yang Tak Dihargai   Bab 18 : Menjadi Gembel

    Tok! Tok! Tok!Suara ketukan pintu dari luar membuat Rahma terbangun dari tidurnya. Ia sedang menahan lapar selama dua hari karena menunggu Rania. Namun anak itu justru tidak pulang ke rumah. Rahma benar-benar lemas sekali dan tidak sanggup berjalan ke depan. Wajahnya terlihat pucat dan tubuhnya gemetar.Tok! Tok! Tok!Pintu kembali diketuk karena tidak ada yang membukakan. Dengan sangat terpaksa, Rahma berusaha bangkit dan mencoba berjalan menuju pintu. Ia berjalan pelan sambil memegang tembok di sekitarnya. Berusaha untuk bertahan meski kepalanya terasa sakit.“Rahma!”Teriakan dari luar semakin membuat Rahma mempercepat langkahnya. Sesekali ia meringis ketika kepalanya berdenyut. Sesampainya di depan pintu, ia segera membukanya dan terkejut melihat siapa yang datang. Ternyata si pemilik kontrakan. Sudah jelas maksud dan tujuannya datang ke rumah itu untuk menagih uang kontrakan.“Mana uang kontrakannya?! Saya udah nunggu dari kemarin, tapi anak kamu sama sekali nggak datang!” teria

    Last Updated : 2024-08-30
  • Istri yang Tak Dihargai   Bab 19 : Meminta Bantuan

    Rahma mendatangi penjara lain, sesuai dengan alamat yang diberikan oleh Ziva. Ia ingin menemui Rania dan melihat kondisi putrinya. Sudah dua hari ia tidak melihat Rania. Ia mengira, Rania sengaja meninggalkannya sendirian. Tapi ternyata, putrinya justru menjadi tersangka dan mendekam di penjara. Kini nasib kedua anaknya sama-sama berstatus narapidana.Sesampainya di lokasi tersebut, Rahma bertemu dengan salah satu petugas dan meminta izin untuk menjenguk Rania. Petugas mengizinkan dan memberikan waktu pada Rahma untuk berbicara pada putrinya.Mereka berdua duduk berhadapan. Rania sudah memakai baju tahanan dengan tangan diborgol. Di sudut lain, ada salah satu petugas yang berjaga agar Rania tidak kabur. Sementara Rahma hanya bisa menangis setelah melihat Rania.“Ma, syukurlah Mama datang. Tolong bebasin aku, Ma. Aku nggak mau ada di sini. Mama harus cari cara supaya aku bisa bebas,” ucap Rania.“Mama bisa apa, Ran? Kamu tahu kan, kita ini nggak punya uang untuk sewa pengacara. Lagipul

    Last Updated : 2024-08-31
  • Istri yang Tak Dihargai   Bab 20 : Kamu

    Tiga bulan berlalu, kini Ziva sedang berada di Bali untuk berlibur. Ia mendapatkan reward dari Pak Cokro atas kerja kerasnya membantu perusahaan. Ziva merasa senang karena bisa merasakan liburan lagi, setelah berpisah dengan Athar. Dulu, saat masih bersama Athar, Ziva tidak pernah liburan. Ia selalu ditinggalkan sendiri di rumah ketika Athar dan keluarganya pergi berlibur.Ziva menghela napas lega saat duduk di tepi pantai. Ia bersyukur atas apa yang diberikan Tuhan saat ini. Akhirnya ia bisa menjadi Ziva yang tegas dan berani. Terkadang, Ziva merasa malu jika mengingat betapa bodohnya dirinya saat masih berstatus istri Athar. Ia merendahkan dirinya demi mempertahankan pernikahan itu. Tapi untunglah Ziva cepat tersadar dan kembali bangkit. Jika tidak, selamanya ia akan ditindas.“Hai.”Ziva menoleh ke samping kanan ketika seseorang menyapanya. Ia mengernyit karena tidak mengenal pria tersebut. Pria itu duduk di dekatnya sambil tersenyum.“Sorry kalau kedatangan gue bikin lo nggak nyam

    Last Updated : 2024-09-01
  • Istri yang Tak Dihargai   Bab 21 : Diincar anak tunggal kaya raya

    “Gila. Ini gila.”Ziva berjalan kesana kemari di dalam kamar hotelnya. Ia meremas rambutnya sendiri sambil terus mondar mandir. Kepalanya mendadak pusing setelah semalaman memikirkan ucapan Nathan kemarin.Pria itu mengungkap perasaannya untuk Ziva dan jelas sangat mengganggu pikiran Ziva. Ia tidak menyangka Nathan akan mengungkapkan perasaannya begitu cepat. Padahal mereka baru saja bertemu.“Nggak. Ini nggak mungkin. Nggak mungkin cowok kaya raya seperti Nathan bisa suka sama aku. Nggak, itu nggak mungkin.” Ziva menghentikan langkahnya dan duduk di atas kasur. Ia menyibakkan rambutnya ke belakang sambil menghela napas panjang, “Apa mungkin itu cuma halusinasi aku aja ya? Sumpah, ini berasa mimpi di siang bolong.”Beep!Beberapa saat kemudian, ponselnya berdering. Ia segera mengambil ponsel itu dan melihat nama si pemanggil. Ternyata itu Pak Cokro. Ini waktu yang tepat untuk mengatakan semuanya pada kakek tersebut.“Assalamualaikum, Pak.”‘Waalaikumsalam. Gimana kabar kamu, Ziva? Seh

    Last Updated : 2024-09-10

Latest chapter

  • Istri yang Tak Dihargai   Bab 29 Siasat busuk Athar

    Di bengkel tua yang tersembunyi di belakang terminal kota, suara logam berdenting dan mesin tua meraung pelan. Bau oli dan bensin menyengat, bercampur dengan debu dan asap knalpot. Bengkel itu bukan tempat biasa untuk pertemuan, tapi justru itu yang membuatnya aman untuk pembicaraan kotor—tempat di mana tak ada yang peduli dan tak ada yang bertanya.Reza duduk di kursi kayu reyot sambil menghisap rokok, jaket kulitnya sudah penuh noda hitam oli. Ia tengah mengawasi seorang mekanik menyervis motor ketika suara motor tua berhenti mendadak di depan bengkel. Reza menoleh pelan.Athar turun dari motor, jaketnya kusut, wajahnya tegang dan keringat mengalir dari pelipis. Ia menatap Reza tanpa ekspresi, lalu berjalan mendekat tanpa sepatah kata.Reza berdiri menyambut, namun sorot matanya menyelidik. "Lo masih hidup ternyata."Athar mendengus. "Dan lo masih kayak dulu. Bau oli dan debu."Reza terkekeh, lalu duduk kembali. "Lo datang mau ngapain?"

  • Istri yang Tak Dihargai   Bab 28 Masih dengan ego

    SIANG HARI – JALANAN SEPI DI KAWASAN KOTA TUADeru mesin motor tua menggeram seperti binatang yang kelelahan. Athar menunduk sedikit, helm setengah terbuka, wajahnya gelap karena amarah yang belum tuntas. Hatinya masih membara sejak Ziva mengusirnya pagi tadi.“Dasar perempuan keras kepala!” umpatnya sambil menggebrak setang motor. “Udah dibujuk, masih aja sok suci!”Motor tuanya melaju di antara gang-gang sempit. Athar tidak peduli. Ia hanya ingin melampiaskan kekesalan. Pikirannya terus dipenuhi suara Ziva yang menolak, mata Ziva yang menatap dingin, dan semua kata-kata yang menghancurkan egonya.SRETTTT—!!Tiba-tiba, tubuhnya tersentak. Rem mendadak diinjak. Ban motor berdecit keras. Di hadapannya, sesosok tua dengan keranjang rongsokan hampir terseret roda depannya.Athar turun, masih dalam emosi, siap memaki. “Hei, lu buta apa! Jalan aja kayak–”Namun, kalimatnya terhenti. Pemulung itu perlahan menoleh. Rambut kusut

  • Istri yang Tak Dihargai   Bab 27 Luka yang belum sembuh

    Siang itu – di depan rumah ZivaNathan turun dari mobil dengan tangan membawa kantong isi bubur ayam hangat—buatan ibunya, yang khusus ia minta untuk Ziva. Sejak menerima balasan singkat dari Ziva pagi tadi, hatinya tak tenang. Ia tahu, kalimat sesingkat itu menyimpan sesuatu.Saat berjalan ke arah pagar rumah Ziva, seorang tetangga yang tengah menyapu halaman menyapanya. Nathan membalas ramah.“Bu, Ziva lagi di rumah?” tanya Nathan sopan.Sang tetangga berhenti menyapu. “Mas Nathan, ya? Tadi pagi ada Mas Athar datang ke sini. Saya juga nggak tahu banyak, tapi tadi sempat dengar suara mereka agak tinggi.”Wajah Nathan langsung berubah. Ada hawa panas yang naik ke dadanya, tapi ia cepat mengendalikannya. Ia mengangguk singkat dan segera melangkah menuju pintu rumah Ziva. Ia ketuk pelan, lalu memanggil.“Ziva... Ini aku, Nathan.”Tidak ada jawaban. Nathan menunggu, mengetuk sekali lagi. Hatinya makin tak tenang.B

  • Istri yang Tak Dihargai   Bab 26 Dia Kembali

    Malam hari – Rumah NathanNathan membuka pintu rumahnya perlahan. Lampu ruang tamu masih menyala, menandakan kedua orang tuanya belum tidur.Ibunya muncul dari dapur, membawa dua cangkir teh. “Kamu baru pulang?” tanyanya lembut.Nathan mengangguk sambil melepas sepatu. “Iya. Maaf pulang malam.”Ayahnya yang duduk membaca di ruang tengah menoleh. “Kalian jadi ketemu?”Nathan menghela napas dan duduk di samping ayahnya. “Jadi. Kami ngobrol cukup lama.”Ibunya duduk di depannya, menyodorkan teh. “Lalu? Bagaimana Ziva?”Nathan mengangkat bahu. “Dia baik, tapi masih ragu. Aku kasih waktu. Aku nggak mau nyeret dia ke sesuatu yang belum dia siapin. Dia masih jalan pelan, dan aku... harus sabar.”“Lalu soal mengenalkan dia ke kami?” tanya ibunya dengan nada hati-hati.Nathan menatap ibunya sebentar. “Nggak sekarang. Aku takut dia merasa dipaksa. Kalau aku terus tekan

  • Istri yang Tak Dihargai   Bab 25 Nara Garden

    Nara Garden tampak hangat malam itu. Restoran bergaya semi terbuka dengan dekorasi kayu dan cahaya temaram lampu gantung kuning. Di sudut taman kecilnya, ada meja bundar yang dihiasi vas mungil berisi bunga lily.Nathan duduk di sana, mengenakan kemeja biru tua dan jam tangannya yang selalu tampak terlalu mahal untuk dipakai santai. Tapi wajahnya justru yang mencuri perhatian — gelisah, tapi tetap tenang. Ia menatap ke arah pintu masuk restoran setiap beberapa menit sekali, lalu kembali menunduk pada gelas air mineral yang tak disentuh.Sampai akhirnya ia melihat sosok yang dikenalnya berjalan masuk. Ziva melangkah pelan menuju pintu masuk Nara Garden. Ia mengenakan blouse putih panjang yang dipadukan dengan celana kain hitam longgar dan hijab berwarna abu-abu lembut. Riasan wajahnya nyaris tak terlihat, hanya polesan tipis yang menonjolkan keteduhan matanya. Penampilannya sederhana, tapi memancarkan keanggunan yang tulus.Ziva melangkah pel

  • Istri yang Tak Dihargai   Bab 24 Keputusan yang Sulit

    Ziva menatap bayangannya di cermin. Pagi itu, wajahnya terlihat lebih pucat dari biasanya. Entah karena semalaman ia tak bisa tidur, atau karena pikirannya terlalu kacau. Perkataan Nathan terus terngiang-ngiang dalam kepalanya. Sudah seminggu ia mengalami insomnia. "Aku serius cinta sama kamu." "Aku bakal kasih kamu waktu sampai kamu siap." Ziva menarik napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Ia mengenakan jas kerjanya dan mengambil tas tangan dari sofa. Suasana rumahnya yang biasanya terasa nyaman, kini justru terasa sesak. Saat membuka pintu depan, sinar matahari pagi menyapa wajahnya. Di halaman kecil rumah itu, Bu Rina — tetangga sebelah rumah — sedang menyiram tanaman. "Ziva, kamu kelihatan capek, nak. Nggak apa-apa?" sapa Bu Rina sambil menoleh. Ziva berusaha membalas dengan senyum kecil. "Ng

  • Istri yang Tak Dihargai   Bab 23 : Jangan paksa aku

    “Ziva.” Ziva menatap ke arah pintu ruangan. Sorot matanya menggambarkan keterkejutan dirinya setelah melihat siapa yang datang. Sudah hampir satu bulan sejak kepulangannya dari Bali, ia tak pernah bertemu lagi dengan pria itu. Dan hari ini, dia datang untuk menemui Ziva. “Apa kabar?” Setelah beberapa termenung, Ziva mulai berdehem. “Baik.” “Udah lama ya nggak ketemu,” ucap Nathan. “Baru sebulan, belum setahun.” Nathan tertawa mendengar kata-kata Ziva. Wanita itu masih saja terlihat cuek saat bersamanya. Namun hal itu tidak membuat Nathan membencinya. Justru Nathan semakin gemas dengan Ziva. “Eum, btw, kamu lagi sibuk, nggak?” tanya Nathan. “Yang kamu lihat, gimana? Sibuk, atau nggak?” “Ya kelihatannya sibuk sih,” jawab Nathan. “So, aku nggak per

  • Istri yang Tak Dihargai   Bab 22 : Salah satunya ... aku

    Sore ini, Ziva tampak berjalan-jalan di sekitar taman, sendirian. Dia menikmati suasana sekitar hotel yang ramai pengunjung. Beberapa anak kecil tampak berlari kesana kemari di taman itu. Ziva hanya bisa tersenyum melihat raut wajah bahagia mereka.Ziva duduk di salah satu kursi berwarna putih sambil menatap anak-anak kecil yang berlarian itu. Dia kembali teringat dengan pernikahannya dulu. Andai saja dia memiliki seorang anak, mungkin Athar akan berpikir ulang untuk menyakitinya. Namun apalah daya, takdir yang mengatur kehidupannya.“Ziva.”Ziva menoleh ke kiri untuk melihat seseorang yang menyapanya. Seketika bola matanya memutar dan dia memutuskan untuk membuang muka ke arah lain.“Kok kamu sendirian aja sih? Harusnya ajak aku,” ujar Nathan dengan nada santainya.“Ngapain juga aku ngajak kamu? Lebih enak jalan-jalan sendirian daripada sama kamu,” jawab Ziva tanpa menatap Nathan. “Mending kamu nongkrong di tempat lain deh. Jangan di sini.”“Loh, emangnya kenapa? Ini kan tempat umum.

  • Istri yang Tak Dihargai   Bab 21 : Diincar anak tunggal kaya raya

    “Gila. Ini gila.”Ziva berjalan kesana kemari di dalam kamar hotelnya. Ia meremas rambutnya sendiri sambil terus mondar mandir. Kepalanya mendadak pusing setelah semalaman memikirkan ucapan Nathan kemarin.Pria itu mengungkap perasaannya untuk Ziva dan jelas sangat mengganggu pikiran Ziva. Ia tidak menyangka Nathan akan mengungkapkan perasaannya begitu cepat. Padahal mereka baru saja bertemu.“Nggak. Ini nggak mungkin. Nggak mungkin cowok kaya raya seperti Nathan bisa suka sama aku. Nggak, itu nggak mungkin.” Ziva menghentikan langkahnya dan duduk di atas kasur. Ia menyibakkan rambutnya ke belakang sambil menghela napas panjang, “Apa mungkin itu cuma halusinasi aku aja ya? Sumpah, ini berasa mimpi di siang bolong.”Beep!Beberapa saat kemudian, ponselnya berdering. Ia segera mengambil ponsel itu dan melihat nama si pemanggil. Ternyata itu Pak Cokro. Ini waktu yang tepat untuk mengatakan semuanya pada kakek tersebut.“Assalamualaikum, Pak.”‘Waalaikumsalam. Gimana kabar kamu, Ziva? Seh

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status