Share

Hamil?

Author: Alverna
last update Last Updated: 2025-10-12 22:36:29

“Aira? Kamu baik-baik saja?” Hamid yang melihat Aira sempoyongan langsung berdiri dan menghampirinya. Lelaki kemayu ini lekas memijat pundak Aira dengan cemas.

Aira sudah tidak kuat lagi. Kepalanya terasa ingin meledak, dan matanya semakin berat. Ia merebahkan kepala, tapi yang terjadi malah dunia terasa gelap. Aira tak sadarkan diri.

***

Malam sudah menunjukkan pukul sebelas, namun suasana rumah sakit masih cukup ramai. Seorang perawat yang berjaga langsung mengambil bangsal begitu melihat Aira yang tidak sadarkan diri.

Raihan membaringkan Aira di atas bangsal. Ia tampak sangat khawatir, begitu juga Hamid.

“Tolong isi data pasien di bagian sana,” kata sang perawat kepada Raihan. Lelaki itu segera menuju tempat yang ditunjuk, sementara Hamid menemani Aira yang dibawa ke IGD untuk penanganan.

Hamid mencari ponsel Aira yang berada di dalam tasnya. Untung saja Nanda tadi membawa tas Aira. Sedikit lancang, Hamid mengaktifkan ponsel Aira. Beruntung, Aira menggunakan sensor sidik jari.

Hami
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Istri yang Terabaikan   Menemukan Tempat Berbagi

    Menemukan Tempat BerbagiAira mengira Elvand akan memakinya saat ia menceritakan semuanya. Namun kenyataannya, laki-laki itu hanya terdiam, walau ekspresi terkejut sangat jelas terlihat di wajahnya.Aira meremas jari-jarinya. Ia menunduk dalam. Rasa malu luar biasa mencekik, tapi menyimpan semuanya sendiri hanya membuat batinnya tersiksa. Jadi terpaksa Aira menceritakannya."Kalau butuh uang, kenapa tidak minta tolong padaku? Kamu tahu siapa aku, kan? Aku pasti akan bantu kamu,"ujar Elvand. Aira mendongak, menatap lelaki tampan seusianya itu. Ia kira Elvand akan menghinanya karena Aira telah mencoreng nama keluarga mereka dengan menjadi wanita penghibur. Tapi justru, lelaki ini malah menawarkan bantuan. "Aku nggak bisa berpikir jernih saat itu... Ayahku dibawa paksa oleh rentenir. Bekerja di sana satu-satunya jalan cepat dapat uang. Aku takut bicara sama Gavin... atau kamu. Uang tiga miliar—bahkan mencicil pun aku nggak sanggup, malah minta uang tambahan lagi, aku malu," jawab Aira

  • Istri yang Terabaikan   Kenyataan Yang Sulit Di Terima

    Sinar matahari membias masuk ke ruangan melalui celah gorden yang tersingkap. Cahaya itu mengenai wajah Aira, membuat gadis itu mengerang pelan dan membuka matanya perlahan. Rasa sakit di perutnya kembali terasa, menusuk tajam hingga ia sulit bergerak.Pandangan Aira mulai jelas. Dinding putih dan aroma khas obat-obatan menyergap inderanya. Rumah sakit. Tempat yang paling ia benci.Dengan susah payah, ia mengangkat tangan kirinya—dan terkejut saat mendapati tangan itu sedang digenggam erat oleh tangan lain, besar dan hangat. Ia sempat membiarkannya, menyimpan secercah harapan dalam hati, berharap tangan itu milik Gavin.Tapi tidak. Rambut hitam pekat dan wajah familiar itu... Elvand.Kekecewaan merayap perlahan ke dadanya. Kenapa bukan Gavin?“Sudah bangun?” suara serak Elvand memecah keheningan. Lelaki itu memicingkan mata, mengucek wajahnya, masih setengah sadar.Aira hanya mengangguk kecil. Ia tak punya tenaga untuk menjawab panjang. Tapi setidaknya… ia tidak sendirian. Untuk perta

  • Istri yang Terabaikan   Hamil?

    “Aira? Kamu baik-baik saja?” Hamid yang melihat Aira sempoyongan langsung berdiri dan menghampirinya. Lelaki kemayu ini lekas memijat pundak Aira dengan cemas.Aira sudah tidak kuat lagi. Kepalanya terasa ingin meledak, dan matanya semakin berat. Ia merebahkan kepala, tapi yang terjadi malah dunia terasa gelap. Aira tak sadarkan diri.***Malam sudah menunjukkan pukul sebelas, namun suasana rumah sakit masih cukup ramai. Seorang perawat yang berjaga langsung mengambil bangsal begitu melihat Aira yang tidak sadarkan diri.Raihan membaringkan Aira di atas bangsal. Ia tampak sangat khawatir, begitu juga Hamid.“Tolong isi data pasien di bagian sana,” kata sang perawat kepada Raihan. Lelaki itu segera menuju tempat yang ditunjuk, sementara Hamid menemani Aira yang dibawa ke IGD untuk penanganan.Hamid mencari ponsel Aira yang berada di dalam tasnya. Untung saja Nanda tadi membawa tas Aira. Sedikit lancang, Hamid mengaktifkan ponsel Aira. Beruntung, Aira menggunakan sensor sidik jari.Hami

  • Istri yang Terabaikan   Ada yang Tidak Beres

    Satu bulan berlalu.Kehidupan Aira tidak banyak berubah, hanya saja kini ia bekerja lebih keras dari sebelumnya. Delapan jam di restoran, lalu lanjut membantu di catering milik temannya. Semua itu ia lakukan demi mendapatkan uang halal untuk membantu melunasi hutang keluarganya.Ia tidak berani lagi menginjakkan kaki di tempat hiburan Tigersky—padahal penghasilan sehari di sana bisa melampaui gaji sebulannya di restoran. Tapi risikonya terlalu besar. Aira masih trauma dengan perlakuan Gavin malam itu.Sekarang hampir pukul sepuluh malam. Restoran sudah tutup. Aira bertugas di bagian depan bersama Hamid. Dengan cekatan ia melap meja-meja, mengangkat kursi, dan menumpuknya di atas meja agar mudah disapu dan dipel. Semua ia lakukan secepat mungkin karena kepalanya terasa mau pecah, ditambah lagi tubuhnya yang pegal luar biasa.Belakangan ini Aira memang sering merasa lemas. Sedikit kehujanan saja ia langsung demam. Ia tidak tahu, apakah karena terlalu lelah, atau memang ada sesuatu yang

  • Istri yang Terabaikan   Setelah Kejadian

    Hari ini tepat tiga hari setelah kejadian di kasino. Aira memilih untuk izin tidak masuk kerja. Tubuhnya demam tinggi sejak malam kejadian itu. Setiap kali mencoba bangun, rasa sakit menjalar dari pundak hingga ke ujung kaki.Selama tiga hari terakhir, Gavin menghilang tanpa kabar. Entah karena ada hubungannya dengan malam itu atau memang lelaki itu sedang dalam perjalanan bisnis. Eyang Mandala memang mulai mempercayai Gavin lagi untuk mengurus beberapa proyek penting.Aira sedikit bersyukur. Setidaknya Gavin tidak melihat tubuhnya yang penuh lebam dan tanda-tanda memar. Ia tidak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi bila lelaki itu tahu atau curiga. Mungkin Gavin akan semakin membencinya.Tok! Tok! Tok!Suara ketukan pintu membuat Aira terperanjat. Siapa yang datang? Ia merasa tak punya teman dekat, apalagi yang tahu alamat rumahnya. Dengan kaki gemetar, Aira mencoba berdiri. Tubuhnya masih lemah, dan pandangannya sedikit berkunang. Ia meraba tembok untuk menahan diri agar tidak

  • Istri yang Terabaikan   Accident Di Hiburan Malam

    Melihat Aira tak bergeming, Gavin menarik baju berkain satin merah bertalikan spagetti hingga baju itu sobek menampilkan tubuh Aira yang putih. Aira menangis. Ia benar-benar ketakutan saat melihat tatapan nyalang dari Gavin. Gavin seperti kerasukan Iblis, entah karena ia mabuk atau karena sesuatu yang membuatnya marah. Gavin tersenyum menyeringai saat melihat tubuh Aira hanya mengenakan pakaian dalam. "Kenapa menatapku? Sudah tidak sabar?" tanya Gavin dingin namun seakan menusuk kehati Aira. Gavin Menari dalaman Aira menampilkan milik gadis itu yang berisi dan menantang. Hasrat Gavin membara, ia melonggarkan ikat pinggangnya dan melepaskan celananya, baju kemeja putih yang semula dua kancing terlepas kini sudah ia lepaskan seluruhnya menyusul Aira yang tanpa sehelai benang. Aira memalingkan wajahnya. Tangisnya sudah pecah dan terisak dari tadi. Ia tidak menyangka berakhir seperti ini. Gavin mendekat kearah Aira, membuatnya semakin histeris. "Kenapa menangis? Bukankah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status