Share

33. Demi Anak

last update Huling Na-update: 2025-08-19 14:59:51

Naira terisak, suaranya pecah-pecah di antara tangis yang tak lagi bisa ia bendung. Berulang kali dia mengatur napas untuk menenangkan diri. Lalu jemari lentiknya menyeka air mata yang sedari tadi seolah tidak mau berhenti.

“Hatiku sakit, Mas.” Naira berusaha bicara dengan napas yang tersengal. “Rasanya tidak ikhlas melihat mereka bahagia, sedangkan aku harus menderita seperti ini.” Suara Naira tercekat, air matanya semakin deras menetes.

Ardi mengepalkan tangannya di atas setir. Dadanya ikut sesak mendengar pengakuan Naira. Ia tahu, sebuah pengkhianatan akan menimbulkan luka begitu dalam, dan tidak akan sembuh dengan mudah.

“Mereka terlihat begitu kompak, menyambut kelahiran anak mereka. Sedangkan aku….” Terlalu berat bagi Naira melanjutkan kalimatnya.

Bukan hanya tidak tahu siapa ayah dari bayi yang dikandungnya, tetapi Naira tidak tahu apakah dia bisa menerima kehadiran pria itu nantinya.

“Apakah aku jahat, Mas?”

Ardi menggeleng pelan, tidak ingin menghakimi Naira. Saat ini dia han
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Istri yang Ternoda: Mengandung Benih Tuan Vancroft    34. Papa's Coming, Baby

    Ambar mengganti sarung bantal yang akan dipakai Naira, lalu merapikan sudut ranjang dengan gerakan perlahan. Seulas senyum lembut terukir di bibir Ambar, menunjukkan kebahagiaan karena kedatangan Naira, keponakan yang sudah dia anggap seperti anak sendiri. “Jangan terlalu banyak pikiran, sekarang kamu sedang hamil, nanti anakmu bisa ikut stress.” Ambar mengusap punggung Naira penuh sayang. “Kalau ada apa-apa jangan sungkan untuk bicara sama Bude, jangan simpan sendiri Naira hanya mengangguk, matanya berkaca. Ia menahan tangis dengan senyum yang dipaksakan. Ambar mengusap pundaknya sebentar, lalu bangkit berdiri. “Sekarang kamu istirahat dulu. Biar besok tubuhmu lebih segar, pikiranmu juga fresh, jadi bisa kerja lagi.” “Terima kasih Bude,” sahut Naira sambil mengangguk pelan. Ambar bergegas melangkah keluar, meski sebenarnya masih ingin bersama Naira melepas kangen. Tapi dia lebih peduli kepada Naira, sehingga memberi waktu untuk istirahat. Ambar tahu, bukan hanya tubuh Naira y

  • Istri yang Ternoda: Mengandung Benih Tuan Vancroft    33. Demi Anak

    Naira terisak, suaranya pecah-pecah di antara tangis yang tak lagi bisa ia bendung. Berulang kali dia mengatur napas untuk menenangkan diri. Lalu jemari lentiknya menyeka air mata yang sedari tadi seolah tidak mau berhenti.“Hatiku sakit, Mas.” Naira berusaha bicara dengan napas yang tersengal. “Rasanya tidak ikhlas melihat mereka bahagia, sedangkan aku harus menderita seperti ini.” Suara Naira tercekat, air matanya semakin deras menetes.Ardi mengepalkan tangannya di atas setir. Dadanya ikut sesak mendengar pengakuan Naira. Ia tahu, sebuah pengkhianatan akan menimbulkan luka begitu dalam, dan tidak akan sembuh dengan mudah.“Mereka terlihat begitu kompak, menyambut kelahiran anak mereka. Sedangkan aku….” Terlalu berat bagi Naira melanjutkan kalimatnya.Bukan hanya tidak tahu siapa ayah dari bayi yang dikandungnya, tetapi Naira tidak tahu apakah dia bisa menerima kehadiran pria itu nantinya.“Apakah aku jahat, Mas?”Ardi menggeleng pelan, tidak ingin menghakimi Naira. Saat ini dia han

  • Istri yang Ternoda: Mengandung Benih Tuan Vancroft    32. Lepaskan Saja!

    Melihat Ardi berdiri di samping Naira, dada Aditya terasa dihantam bongkahan batu besar. Cemburu menyusup di nadinya, menusuk hingga ke ulu hati. Tadi Aditya menjemput Naira agar bisa memangkas waktu kebersamaan Naira dan Ardi. Tapi kenyataan terasa mempermainkan hidupnya, kini Ardi justru berdiri di sisi istrinya. Terlihat tegap dan tenang, seolah siap menjadi pelindung bagi Naira di segala situasi. Aditya mengepalkan tangan, berusaha meredam gejolak yang menyeruak. Tapi sebelum ia sempat berkata, Naira sudah membuka suara dengan ketegasan yang membuatnya tercekat. “Malam ini… aku akan tidur di rumah Bude,” ucap Naira, mantap. “Biar kamu bisa menjaga Kirana.” Perkataan itu bagai palu godam menghantam kepala Aditya. Ia segera mencoba menghalangi. “Kalau Ibu bertanya? Kalau Bapak juga tanya kenapa kamu nggak pulang?” suaranya nyaris mendesak, penuh kegelisahan. Naira menatap lurus, tanpa goyah. “Aku rasa lebih baik begini daripada aku harus pulang sendirian. Ibu dan Bapak pasti

  • Istri yang Ternoda: Mengandung Benih Tuan Vancroft    31. Merasa Lebih Berhak

    Berat rasanya jadi Naira, dengan perasaan hancur dan hati yang remuk, dia harus bisa menahan diri. Bayi dalam kandungan Kirana tidak berdosa, dan tidak pantas untuk menerima kebencian darinya. Akhirnya atas nama kemanusiaan, Naira menekan egonya, mengabaikan luka yang menyesakkan dada.Sesampainya di rumah kontrakan Kirana, Aditya bergegas turun, berlari kecil memasuki rumah sederhana itu. Aditya langsung menghampiri Kirana yang duduk di sofa ruang tamu, meringis kesakitan sambil memegangi perutnya.Dengan wajahnya yang pucat, Kirana langsung mengulurkan tangan ke arah Aditya. Bukan hanya menuntut perhatian tapi juga pertolongan.“Mas Adit… sakit Mas. Tolong…” rintih Kirana, suaranya terdengar manja bercampur panik.Meski dirinya sendiri merasakan gugup, tapi Aditya berusaha menenangkan Kirana. “Tenang, Ki. Aku di sini. Kita harus segera ke rumah sakit.”Tanpa berpikir panjang, Aditya langsung menggendong Kirana. Tangan Kirana pun refleks melingkar di leher Aditya, seolah mencari perl

  • Istri yang Ternoda: Mengandung Benih Tuan Vancroft    30. Kram dan Flek

    Jarum jam digital di pojok bawah layar laptop berganti menit dengan pelan, tanda sore sudah bergulir menuju malam. Naira memandanginya lama, napasnya berat. Seharusnya ia sudah beranjak pulang, tapi entah kenapa hatinya terasa enggan. Bukan karena larut dalam pencarian referensi desain yang berjejer di layar, melainkan karena rasa nyaman yang justru ia temukan di ruang kerja kecil ini.Di rumah keluarga Pramudito, Naira merasa hampa sejak mengetahui perselingkuhan Aditya dengan Kirana. Bahkan dia merasa tidak memiliki alasan untuk bertahan di sana. Namun di tempat ini, Naira bisa bernapas, kala dia menyibukkan diri dengan hal yang dia sukai.Ketukan ringan di meja membuyarkan fokus Naira. Cynthia berdiri di samping, tersenyum singkat.“Naira, suamimu udah nunggu di depan. Cepat pulang! Jangan buat dia menunggu, nanti disamber orang.”Naira tertegun, menatap heran pada Cynthia.“Suami?” gumamnya pelan, seolah tak percaya dengan kata itu.Dari obrolan Aditya saat menghubungi Kirana di b

  • Istri yang Ternoda: Mengandung Benih Tuan Vancroft    29. Harapan Naira, Dendam Kirana

    Pagi itu kantor kecil Ardi terasa lebih sibuk dari biasanya. Aroma kopi yang baru diseduh Cynthia bercampur dengan suara ketikan keyboard yang berkejaran dengan waktu. Naira duduk berhadapan dengan Ardi di ruang kerjanya yang sederhana tapi tertata rapi, map biru terbuka di antara mereka.Ardi menatap layar laptop, lalu beralih pada Naira dengan senyum lebar.“Kau sudah baca email dari V-Inno?”“Sudah,” jawab Naira dengan senyum lebar. Jika berhasil, ini akan menjadi proyek terbesar bagi Trisula Design Studio.“Mereka minta tema modern kontemporer dengan sentuhan teknologi.”“Kamu tahu, Nai? Sejak kamu bergabung kembali di sini, rezeki kita seperti terbuka. Sebelum ini, dapat proyek desain interior kafe kecil saja sudah bersyukur. Sekarang, lihat… ada email dari V-Inno.”Naira mengernyit, mencoba membaca isi email sekali lagi. “V-Inno? Ini nanti lokasinya di mana, Mas?”Ardi menghela napas, menutup laptopnya sebentar. “Belum pasti. Mereka masih dalam tahap survey lahan. Tapi yang jela

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status