“Bisa-bisanya dia datang tanpa Nonanya.”
Itu yang sebagian pekerja keluarga Asrazaq pikirkan, jika melihat Moca berjalan melewati mereka.
“Jika Nonanya kenapa-napa seperti Nona Anatasha dan Nona Miranda, aku jamin, dia akan menembak kepalanya sendiri seperti Path.”
Moca pergi tanpa Nonanya, itu merupakan bentuk dari bolongnya sebuah tanggung jawab. Mutlak bagi para pelayan untuk selalu ada di sisi Nona mereka, Moca ‘pun termasuk. Pelayan Nona Lulu itu menggulung lengan kemeja hitamnya lalu mulutnya mendesis samar. Mengitari rumah keluarga Asrazaq, tanpa Lulu, Moca benar-benar dianggap mencuri waktu senggang di tengah pekerjaan. Dan terbunuhnya seorang Nona, selalu diawali oleh kelalaian kecil itu.
“Bagaimana dengan Xin?” Masih dengan bisikan samar yang menusuk pendengaran Moca saat berlalu.
Mereka melirik ke arah Moca, membelalak, lalu kembali membahas Xin. “Dia cukup tidak tahu malu. Seharusnya dia s
Dengan gesit, sekalipun sebelah langkah Lucas pincang, Lucas menangkap tubuh Fino. Bocah yang kehilangan kendali itu menarik berkali-kali pelatuknya yang melayang ke plafon, hingga pelurunya habis. Lucas terus mendekapnya, lalu mengambil alih pistolnya. Fino yang ketakutan akan dibunuh menangis kencang di atas bahunya. “Jangan bunuh aku … jangan bunuh aku ….” rengek bocah itu, terlihat menyedihkan. “Kak Path bilang di telepon, jika dia udah nggak ada aku harus tetap hidup dan kuat untuk mengurus adik-adikku yang lain … jangan bunuh aku, kumohon ….”Lucas tersenyum geli, lalu menjunjung tubuh mungil itu. Dari atas menatapnya dengan mata memerah. Marah, yang didominasi rasa takut dan memohon belas kasihan. “Jika sudah besar, kamu akan malu jika teringat pernah memohon seperti ini kepada lelaki yang menjadi alasan kenapa Kakakmu bunuh diri.” Lucas kembali menjatuhkannya ke bahunya, mendekap tubuh mungil itu. “
Yang Lucas lakukan pemaksaan, dan tindakan di luar prikemanusiaan.“Kamu tidak perawan?”Lucas bisa membedakan, mana yang bersegel dan mana yang berpengalaman. Sekalipun Binarji yang dia paksa tidak seantusias wanita jalang, wanita itu yang bergetar dalam tangis itu. Meraung, menjerit dan menangis kencang. Wanita itu … begitu frustrasi. Memekakkan telinga Lucas yang menahan emosi.Lucas meremuk mulutnya, “heh pelacur, jangan menangis! Kamu pikir, kamu pantas menangis, hah!? Emangnya apa yang aku rebut darimu jika sudah kehilangannya!” Seorang bajingan baru saja menyebut korbannya yang tak berdaya dengan sebutan pelacur. Binarji tidak bersalah, perempuan itu tidak menyahut. Masih menangis, kencang, keras. Seakan menderita. Seakan ditimpa kemalangan besar untuk kedua kalinya.Mengingat betapa tidak tahu dirinya saat itu, cekraman Lucas semakin kuat. Dia berlari sekalipun lututnya seperti menjeritkan kesakita, terluka, tapi dip
Lily terus mengawasi kakak angkatnya Ayuna, perempuan dengan rambut ikal lebat yang terlihat lebih pucat dari beberapa hari terakhir. Lily merunduk saat Ayuna melangkah mendekatinya, wajah perempuan cantik itu pias, diraihnya kedua tangan Lily dan menggenggamnya erat.“Ly, bolehkah aku meminta bantuanmu?”Lily mendongak, “Apa yang bisa aku bantu, Kak?”“Ada yang perlu kukatakan, dan aku hanya bisa mengatakannya kepadamu.” Ayuna membawa Lily ke kamarnya. Setelah mengunci pintu, langsung menunjukkan sebuah testphack yang tercentang garis dua di sana. Lily terkesiap, Ayuna ketakutan melihat reaksi adik angkatnya.“Ly, aku hamil anak kekasihku ….” Ayuna berusaha menjelaskan. “Aku ingin membawanya bertemu dengan Papa, tapi karena aku sudah bertunangan dengan Aland, aku takut Papa akan murka dan malah tidak merestui kami. Bisa jadi, memintaku untuk menggugurkan bayi ini. Tapi aku ingin mempertahankann
Tidak ada yang lebih konyol dari pada sebuah perjodohan bisnis. Aland harus memilih salahsatu perempuan dari rekan bisnis keluarganya, menjadikan mereka tunangan, lalu menentukan salahsatu dari mereka untuk dinikahi. Aland serasa kehilangan adab, jika harus menikahi seorang perempuan antah-berantah yang menyerahkan diri karna uang. Bahkan keluarganya sendiri mendesaknya untuk menyentuh perempuan itu, membuatnya hamil dan melahirkan keturunan untuk keluarga ini.Mereka kira Aland mesin benih?Tapi menikahi salah seorang gadis dari keluarga terkemuka lain dan melahirkan keturunan, adalah tugas mutlak Aland sebagai salahsatu pewaris. Jika dia menolak, maka dia akan didepak. Segala asetnya ditarik, dan Aland tidak mau jerih-payahnya membangun cabang perusahaan keluarganya di berbagai negara malah diambil alih begitu saja, hanya karna Aland tidak mau menikah.Jadi, dengan suka rela Aland terjebak di lingkaran permainan yang ditentukan oleh keluarganya sendiri.
Ini kali kedua, Aland menghadiri makan malam formal bersama keluarga Adhistira. Putri dari keluarga Adhistira adalah tunangan ke-9 Aland. Setelah selama 9 tahun berturut-turut, Aland dipilihkan satu tunangan baru setiap setahun sekali. Aland belum pernah berkencan atau bertemu secara pribadi dengan tunangan barunya, seperti yang dia lakukan kepada Olivia barusan. Masih dalam tahap pengenalan, pertemuan mereka hanya antar dua keluarga.Menjelang makan malam, Aland kewalahan karna harus mengingat nama tunangan barunya. Dia takut salah sebut, dan malah mempermalukan Ayah dan Kakeknya di depan keluarga lain. Sebenarnya Aland tidak begitu perduli, tapi Ayah dan Kakeknya adalah tipe yang tidak segan menarik telinga meskipun anak atau cucunya sudah nyaris berusia kepala 3.“Ayura … Ayuri? Yuni? Aduh …” Aland menepuk dahi, lalu berbalik menghadap Lucas. “Siapa namanya tadi?”Lucas menanggapinya dengan malas, “Ayuna, Tuan Muda.
“Perkenalkan,” dengan berwibawa Aland mengulurkan tangan besarnya, terpampang menghadap gadis berambut pendek yang terlihat begitu kikuk. “Aku Aland Asrazaq, tunanganmu.” Boro-boro hendak meraih tangan Aland yang berurat, Aland memotong pergerakan Lily dengan penegasan dinginnya. “Seorang lelaki yang patut kamu hargai, orang pertama setelah ini yang harus kamu hormati. Jika kuperintah, kamu harus mematuhi. Jika aku membutuhkan sesuatu pada dirimu, kamu harus memenuhi.”Seringaian Aland menutupi niat buruknya, “Itu resiko jika menjadi salahsatu tunangan seorang Aland Asrazaq.”Wajah Lily terlihat sendu, lalu mengangguk lambat. Seperti pasrah, dan kali ini tangan Aland benar-benar diraih. Bukan berjabat, atau menyalaminya. Ini sudah menjadi tradisi keluarga Asrazaq jika menyapa wanita yang akan menjadi salahsatu kandidat istri, perempuan yang dipilihkan akan meraih tangan calon suami, membawa telapaknya ke pipi lalu m
“Pakai itu, label kalau kamu adalah tunanganku.”Teringat perkataan Aland, Lily melirik sebuah lingkaran cincin berlian di tangannya. Modelnya lebih maskulin karena terbentuknya untuk dipasangkan ke jemari lelaki. Tapi Aland memberikan langsung cincin itu kepadanya, langsung dari tangan lelaki itu. Yang bagi pandangan publik layaknya sebuah kehormatan tersendiri yang patut dibanggakan di depan rekan-rekan lain, sedangkan Lily selalu mengeluh karena cincin itu terlalu longgar di jemarinya.Cincin yang dipakai sebagai ‘label’, sama saja dengan istilah ‘merk’. Yang menegaskan, inilah tanda dari kepunyaan seorang Aland Asrazaq, mengenalkan kepunyaan siapa dia kepada semua orang saat sang tunangan berlalu-lalang. Dengan statusnya yang sekarang, Lily tidak berhak menanggali cincin sebagai label itu dari jemarinya.Lily sudah mendapatkan bukti nyata, pengaruh besar ‘label’ itu saat dia melangkah keluar dari resto
“Menjadi tunangan dari seorang Aland Asrazaq memang merupakan kebanggaan utama. Terlebih jika terpilih menjadi istri di dalam persaingan yang begitu ketat.” Yale menengahi, Putra ke-2 dari keluarga Adhistira. Sifat Yuda banyak menurun ke dirinya. Mulai dari tampang, tegap tubuh dan perilaku yang dingin tapi berkharisma. “Sebagai anggota keluarga yang diangkat cuma-cuma, itu salahsatu pencapaian terbesar yang paling mustahil untuk dilakukan, tapi kamu bisa meraihnya dan membuktikannya. Meskipun keberhasilanmu buah dari kaburnya Kak Ayuna dan kamu mengambil peran pengganti untuk itu.”Yale mendekat, dengan langkah lebar pada sepatu pantofelnya, dan berhenti di sisi Lily. Kepalanya tercondong dan berbisik ke sebelah telinga Lily, dengan kedua tangan yang menyelip ke saku celana. “Jangan remehkan, Aland Asrazaq, Nona Lily Adhistira. Dia tidak akan luluh pada bentukan wanita manapun. Bahkan, sekarang kamu tengah mengambil peran yang berbahaya …