Share

Istriku Bukan Wanita Biasa
Istriku Bukan Wanita Biasa
Penulis: Khirgizia Valletta

Sah?!

"Saya terima nikah dan kawinnya Deliana Oktavia  Binti Rahman  dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."

"Bagaimana para saksi, sah?"

"Sah!"

Semua yang berada di ruangan yang sudah di dekorasi dengan nuansa hijau muda itu mengucapkan hamdalah setelah ijab kabul selesai.

Fernandy Bagaskara, sang pengantin pria hanya menunduk lesu saat pengantin wanita yang kini sudah sah menjadi isterinya duduk di samping.

Perlahan dia menoleh saat tangan gadis yang biasa dipanggil Via itu mengulurkan tangan dan mencium punggung tangannya dengan takzim.

Petuah-petuah dan pedoman berumah tangga yang diucapkan ayah dan ayah mertuanya sama sekali tidak didengarnya dengan baik. Andy hanya diam menunduk dan mengangguk bila diperlukan.

"Perbanyak sabar dalam menghadapi putri ibu, ya Nak."

Sri, ibu mertua Andy mengeluarkan suara hingga membuat Andy mendongak.

"Maafkan bila dia bersikap keras kepala. Putri ibu yang satu ini memang wataknya sedikit keras."

"Ibu ...."

Via yang di sebelahnya merengek mendengar ibunya membuka sifat buruknya.

Semua yang ada di sana terkekeh, kecuali Andy. Pemuda yang baru saja melepas masa lajangnya kini bergelut dengan pikirannya.

"Ya, Allah," rintihnya di dalam hati. "Kenapa ibuku memilih gadis berwatak keras seperti ini?"

Semua itu hanya bisa terucap di dalam hati Andy. Pernikahannya ini memang terjadi karena perjodohan dari kedua orang tua masing-masing. Di usianya yang sudah menginjak umur 30 tahun, orang tua Andy mendesak agar putranya segera duduk di pelaminan.

Sebagai anak yang mencoba untuk berbakti kepada orang tua, Andy hanya bisa menurut meski sebelum pernikahan ini terjadi, dia sedang menjalin kasih dengan Sari, teman sekantornya.

Hingga kini dia berada di tempat ini dengan Via yang kini menjadi istrinya.

Acara sederhana tanpa pesta besar-besaran itu akhirnya selesai. Dan kini kedua mempelai itu sudah berada di dalam kamar hendak beristirahat.

"Dek ...," panggil Andy dengan suara pelan saat Via tidur memunggungi dirinya.

"Apa?!" sahut perempuan itu dengan suara yang cukup kuat.

Buset! Andy mengelus dadanya karena kaget. Perempuan sadis begini jadi isterinya? Mimpi apa pria itu semalam.

"Adek kok tidur membelakangi abang, sih? Abang 'kan masih mau bicara." Masih dengan suara lembutnya, Andy mengajak Via untuk bersuara.

Tak lama perempuan itu mengubah posisi tidurnya menjadi telentang.

"Mau bicara apa, sih? Gak punya jam, ya, makanya gak tahu sekarang sudah pukul berapa?" Wajah Via berkerut kesal.

Andy menarik napas berusaha untuk sabar seperti yang sudah dipesankan oleh ibu mertuanya.

"Abang cuma mau tanya, adek kok mau nikah sama abang?"

Wajahnya segera berpaling ke arahku dengan mata melotot.

"Astaga, Dek. Matanya harus melotot kayak gitu, ya?" Andy kembali mengusap dada. Matanya memperhatikan wajah mungil istrinya. Cantik dan imut, tapi sedikit segan dengan mata lebarnya.

"Lah, abang sendiri kok mau nikah samaku?" Via malah balik bertanya.

Andy mengerutkan dahinya. Sabar, Andy, pikirnya. Menarik napas panjang lalu menjawab, "Abang bosan dipaksa menikah. Makanya abang menurut saja waktu ayah dan ibu menyuruh abang menikah sama Adek. Apalagi umur abang sudah 30 tahun."

"Nah, sadar juga kalau umur sudah 30. Masih pakai nanya juga kenapa aku mau nikah sama abang? Ya karena kasihanlah melihat abang gak laku-laku."

Andy membuang muka, memejamkan mata dengan rapat dan mengembuskan napas dengan kasar. Perempuan ini benar-benar membuatnya harus menebalkan kata sabar dalam dirinya.

Meski begitu, dia masih mencoba untuk lembut menghadapi Via. "Serius dong, Dek. Abang barusan jawabnya serius, lho."

Lalu dilihatnya Via menarik napas dan berkata, "Aku mau nikah sama abang karena ingin hidup terjamin. Abang'kan orang kantoran. Otomatis yang namanya gaji sudah pasti, dong. Jadi aku nggak perlu harus pusing memikirkan ekonomi."

Andy melongo mendengar jawaban jujur dan frontal yang diberikan isterinya.

"Jujur amat, Dek."

"Memangnya kenapa? Lebih baik begini, kan?" Via menatap Andy dengan alis naik. Bibirnya menyunggingkan senyum sinis. "Memangnya Abang mengharapkan aku menikah sama Abang karena apa? Karena cinta? Ya gak mungkinlah. Abang sendiri kan gak cinta sama aku."

Andy mengangguk-angguk.  Sungguh dia sedang berhadapan dengan wanita yang luar biasa sengkleknya.

Namun Andy masih penasaran dan ingin mendengar suara Via kembali.

"Terus ... Kalau abang minta sekarang, adek kasih nggak?" tanyanya dengan hati-hati sambil mempersiapkan hati dan telinga bila saja Via kembali bersuara keras.

"Minta apa?" 

"Minta jatah, lah."

"Ya, sudah," jawab Via dengan singkat.

Andy kembali melongo. Semudah itu?

"Beneran nih, Dek?" Andy masih tidak percaya dengan jawaban Via.

"Iya."

"Sungguh?" tanyanya sekali lagi.

"Iya!" Bentak Via dengan mata melotot. "Kalau mau, cepat kerjakan. Jangan mulut doang yang bekerja."

Andy sampai memundurkan kepalanya karena kaget. Benar-benar diluar dugaan.

"Maaf, Dek. Abang masih heran dan kaget melihat adek segitu gampangnya berserah diri sama abang. Apalagi kita menikah bukan karena cinta."

"Jangan asal ngomong, Bang. Yang berserah diri sama abang itu siapa? Aku cuma menjalankan tugas sebagai seorang isteri saja. Kalau aku menolak, abang pulangkan pula aku ke rumah ibuku. Gagal hidup ADS aku."

"ADS apa, Dek?"

"Aman, Damai, Sentosa. Sudah ah, aku mau ke kamar mandi dulu."

Setelah berkata begitu, Via meninggalkan Andy yang bengong di kasur.

"Ya, Allah, berilah aku level kesehatan yang paling tinggi. Baru beberapa jam yang lalu dia menjadi isteriku, rasanya jantungku sudah lemah dan enggan berdetak." Andy berdoa di dalam hati sambil membungkus dirinya dengan selimut.

"Ogah banget menyentuh dia dengan situasi kayak gini. Nggak ada romantisnya sama sekali."

Andy lalu berpura-pura tidur saat merasakan pergerakan di kasur.

"Bang?" panggil Via sambil menggoyang tubuh Andy. "Sudah tidur rupanya," gumamnya kali ikut menarik selimut. "Mata sudah mengantuk masih sibuk mau minta jatah.

Andy semakin memejamkan matanya. Dia merasa kalau hari-harinya yang damai telah berakhir.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status