Share

Setiap Hari Akan Seperti Ini?!

Andy merebahkan tubuhnya yang penat. Entah kenapa, tubuhnya terasa sangat lelah, padahal dia tidak melakukan apa pun selama seharian.

Sejenak dia diam dan berpikir. Bukan tubuhnya yang lelah, melainkan hatinya. Dia benar-benar capek hati memikirkan hidupnya.

Berpacaran dengan Sari, malah menikah dengan wanita lain. Wanita harimau pula. Andy bergidik saat teringat akan Via.

Perempuan itu masih belum memasuki kamar padahal waktu sudah mencium angka sepuluh. Andy gelisah. Dia harus bicara dengan Via.

Tak lama perempuan itu memasuki kamar. Menutup pintu dengan pelan lalu berdiri di depan meja rias.

Andy memperhatikan tingkah Via. Seharian ini dia melihat ada tiga jenis Via.

Satu, Via yang menurut seperti anak kucing bila di hadapan orang tua.

Dua, Via yang tertawa bebas dengan orang lain.

Dan ketiga, Andy menggeram. Via yang berwujud manusia harimau. Sialnya, wujud yang satu ini hanya ditunjukkan Via di hadapan Andy.

Namun kini matanya menangkap sosok Via yang diam sambil menyisir rambut lurusnya yang cukup panjang. Hanya sebentar pemandangan tersebut tersaji karena Via segera menggelung rambutnya dengan gerakan cepat.

Kemudian dia bergerak dan rebah di samping Andy tanpa berkata apapun.

"Dek ...," panggil Andy sambil memiringkan tubuhnya menghadap Via.

Via menoleh dan menjawab, "Apa?"

Andy terdiam. "Tumben jadi manusia normal," pikirnya.

"Abang mau bicara." Andy menarik napas pelan. Dia berpikir kalau semuanya perlu diluruskan.

"Mau bicara apa?" Via menatap Andy dengan lekat.

Dari jarak sedekat ini Andy bisa melihat jelas bola mata yang sangat hitam itu. Membuatnya membayangkan mata Edward Cullen saat membutuhkan darah. Andy bergidik.

"Kita perlu bicara serius tentang pernikahan kita." Setelah berkata begitu, Andy mengubah posisinya menjadi duduk dan menyandarkan punggung di kepala kasur.

Via mengikuti gerakannya dengan wajah yang sulit diartikan.

"Adek tahu pasti kalau pernikahan kita tidak ada rasa cinta sama sekali. Jadi abang cuma mau bilang, kalau kita sebaiknya menjalaninya dengan biasa saja. Adek tidak perlu harus bersikap seperti seorang istri yang sebenarnya kecuali di hadapan orang. Adek juga tahu kalau abang masih belum bisa menerima perempuan lain."

Ucapan Andy yang panjang lebar hanya ditanggapi Via dengan anggukan kepala.

"Jadi abang juga gak mau mengekang kehidupan adek. Adek juga pasti sangat terpaksa harus mendadak nikah dengan orang yang tidak adek cintai. Sama seperti abang. Makanya abang kasih kebebasan untuk adek. Jalinlah hubungan dengan orang lain, tapi jangan sampai ketahuan. Selama itu hidup ADS adek akan abang jamin."

Via menatap Andy dengan sendu. Sedetik kemudian wajahnya kembali berubah mode wanita harimau.

"Jadi yang abang bicarakan cuma ini? Kalau cuma tentang ini doang ngapain harus malam ini, besok juga bisa. Bikin orang menahan ngantuk aja."

Setelah berkata begitu Via bergerak dan merebahkan tubuh lalu menarik selimut.

Di belakangnya Andy terkekeh dan ikut rebahan. "Abang kan cuma mau menyampaikan saja."

Via hanya diam dan memunggungi Andy.

"Ngomong-ngomong, abang minta maaf ya soal tadi pagi, sudah mengatai adek perempuan gila. Maaf ya, Dek?"

Via tidak menjawab. Membuat Andy kembali menoleh padanya dan menggoyang tubuh perempuan itu.

"Dek?"

"Sudah, ah!" Bentak Via lalu melotot ke arah Andy.

"Maaf lho, Dek."

"Iya lho, Bang. Kalau aku tidak memaafkan abang sejak tadi, aku tidak akan tidur sama abang sekarang."

Andy tersenyum simpul. "Jadi adek tidur di mana? Di luar?"

"Ya nggak lah," jawab Via dengan cepat lalu kembali memunggungi Andy. "Abang yang tidur di luar. Aku yang tidur di sini."

Mendengar jawaban Via, Andy mengeram dan mengepalkan tangan lalu menoyor kepala Via dengan geram.

Mendapat perlakuan mendadak seperti itu, tanpa bersuara Via bangkit lalu mengambil bantal guling lalu memukulkannya bertubi-tubi ke tubuh suaminya.

Andy yang tidak sempat membuat pertahanan diri hanya bisa mengaduh dan mengampun.

"Aduh, aduh, aduh! Ampun, Dek," rintih Andy lalu bergelung di dalam selimut. Lalu dia merasakan kalau Via sudah berhenti. Dibukanya selimut yang menutupi tubuhnya lalu cengar cengir ke arah Via yang masih melotot.

Lalu tanpa disadarinya, Via bergerak cepat dan duduk di atasnya dan menggelitiki tubuh Andy dengan membabi buta.

Andy tertawa keras sambil mengampun.

Lalu Via beranjak dari atas tubuhnya dan keluar dari kamar.

Andy mengatur napasnya yang terengah-engah. Setelah bisa menguasai diri, dia terdiam dan berpikir.

"Begitu hebatnya aku tertawa, tapi ekspresinya bisa tidak berubah atau setidaknya ikut tertawa bersamaku," ucap Andy pelan. "Ibu," bisiknya sambil mengusap wajah dengan kasar. "Menantumu Wonder Tiger Woman."

.......

Pagi ini keluarga Andy disibukkan oleh persiapan pengantin baru itu untuk pindah ke rumah yang sudah dibeli Andy. Rumah tersebut tidaklah jauh, hanya memakan waktu sekitar 20 menit dari rumah orang tuanya.

Setelah mengepak barang, mereka berangkat dengan menggunakan mobil Andy yang berhasil dibelinya setelah mengabdi di kantornya selama empat tahun.

Via hanya diam di sisi kiri Andy. Seolah kejadian semalam tidak pernah terjadi. Hal itu membuat Andy berpikir, terbuat dari apa isterinya ini.

Saat mobil berhenti di depan rumah yang mereka tuju, Via juga hanya turun dalam diam dan mengambil tasnya sendiri.

Hingga akhirnya dua orang ibu-ibu yang mungkin akan menjadi tetangga mereka datang menyapa.

"Wah, ini toh, pengantin baru yang akan menempati rumah ini?" Seorang ibu yang berambut keriting menghampiri Via dan mengulurkan tangan. "Salam kenal, ya. Semoga betah di lingkungan kita ini. Perkenalkan, panggil saja aku mbak Winda."

Via tersenyum lebar dan menyambut uluran tangan Winda. Sementara Andy mendengkus diam-diam sambil menurunkan kopor. 

"Padaku dia hanya memasang mode wanita harimau," gerutu Andy dan menarik kopor dengan kasar.

Dan seorang wanita berjilbab lebar yang datang bersama Winda juga menyalami Via.

"Selamat datang ya, Mbak Via. Panggil saja aku Aisyah. Lebih ringan lagi kalau panggil dengan nama Ica. Rumahku yang ada di depan rumah ini."

Via mengangguk-angguk senang. "Kalau rumah mbak Winda di mana?"

"Kita sebelahan kok." Winda tertawa kecil.

"Kebetulan sekali, ya. Hari ini juga rumah yang ada di sebelah rumah ini juga akan ditempati pemiliknya yang baru." Ica bersuara kembali.

"Oh, ya?" Via menaikkan alis. Begitu juga dengan Andy yang berhenti melakukan kegiatannya sambil mencoba mencuri dengan perbincangan Via dengan kedua tetangga baru mereka.

"Nah, itu dia orangnya," ucap Winda sambil menunjuk ke arah rumah di sebelah kiri. "Mbak Sari, ayo kemari! Ada tetangga baru juga, nih."

Serta merta Via menoleh ke arah orang yang ditunjuk Winda. Tampak seorang wanita dengan rambut ikal mayang dan senyum menawan mendekati mereka.

"Hai, selamat datang."

Via menyambut dengan bahagia. Tak disangkanya di tempat baru ini dia akan mendapat banyak teman yang ramah.

Gubrak!

Suara barang yang jatuh membuat perhatian keempat perempuan yang saling mendekatkan diri itu terpecah dan menoleh ke arah Andy yang berdiri bengong dengan tas di dekat kakinya.

"Sari?" Dia menatap Sari dengan mata tak berkedip dan tak percaya.

Sari hanya melambaikan tangan dengan senyum sinis.

"Loh? Suaminya Via kenal sama mbak Sari?"  Tanya Winda dengan wajah penasaran.

Sari mengangguk cepat dengan senyum yang kini nampak memuakkan bagi Via  saat menyadari sesuatu.

Saat melihat Andy yang kaget melihat Sari, Via langsung menangkap cepat kejadian di depan matanya. Sari adalah mantan sang suami yang ditinggal kawin.

Lalu dia menyambar tangan Sari dan berkata, "Oh, ini Sari mantannya Bang Andy, ya. Wah, salam kenal, ya. Aku Via, istri SAH bang Andy. Maaf, ya. Bang Andynya kubawa ke pelaminan."

Keempat insan yang ada di dekat Via seketika melongo mendengar ucapan hebat dari seorang Via.

Merasakan gelagat tidak enak, Winda dan Ica pamit undur diri.

"Eh, maaf ya, Via. Mbak masih mau masak."

"Iya, Mbak Via. Ica juga belum ngepel rumah."

Kedua tetangga baru Via itu langsung kabur ke rumah masing-masing.

Tinggallah Via, Sari dan Andy yang saling tatap dengan raut wajah berbeda.

Andy menghampiri Via dan mengajaknya masuk ke dalam rumah.

"Dek, ayo masuk. Susun pakaian dulu. Semua kopornya sudah abang masukkan."

Via menepis tangan Andy dengan pelan lalu berkata dengan lembut dan manja sambil menggandeng tangan Andy. "Sebentar dong, Bang. Adek kan masih pengen kenalan sama mantannya abang."

Andy pucat. Sementara Sari bersedekap dengan angkuh.

"Maaf, ya. Saya tidak bisa ngobrol lebih lama. Masih banyak kerjaan."

Setelah berkata begitu, Sari beranjak dari sana dan berlalu.

Di belakangnya Via menggerakkan tangan seolah mengusir Sari.

Setelah Sari memasuki rumahnya, segera saja Via melepas gandengan tangannya. Lalu dia bergegas masuk ke dalam rumah.

Andy yang merasa diperalat langsung mengejar Via ke dalam rumah.

"Dek?" Panggilnya sambil mengikuti Via yang menuju kamar.

"Adek?!"

"Apa, sih?!"

Via melotot dan menatap Andy yang tampak jengkel.

"Adek kenapa sampai ngomong kayak gitu di depan Sari, sih?"

Via menaikkan alisnya. "Lah? Memangnya kenapa? Yang aku bilang kan kenyataan, Bang?"

Andy mengusap wajah dengan kasar. "Astaga, Dek. Sari pasti benci sama abang."

Via menggoyangkan tangan dengan cuek. "Masa bodoh deh, Bang. Lagian apa bagusnya sih, perempuan itu. Mulusan juga betisku ketimbang wajahnya."

Andy mengangkat wajah dan melotot ke arah Via.

"Deliana Oktavia!"

Via cekikikan lalu melempar tasnya ke arah Andy dan segera lari keluar dari kamar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status