Home / Romansa / Istriku Tak Bodoh / 1. Kejutan di Malam Pengantin

Share

Istriku Tak Bodoh
Istriku Tak Bodoh
Author: Nur Hikmah

1. Kejutan di Malam Pengantin

Author: Nur Hikmah
last update Last Updated: 2021-08-25 23:03:10

Bagian 1

Pov: Ben

[Dek, sudah kutransfer ke rekeningmu, ya! Jatah bulanan untukmu, untuk tabungan, juga ibuku!]

Kukirim pesan singkat dengan foto bukti transfer bernominal 8 juta melalui aplikasi berwarna hijau pada Mila, wanita yang sudah lima tahun menjadi istriku. Ia sebatang kara, anak tunggal, dan yatim piatu. Ayah dan ibunya sudah meninggal sejak ia masih gadis.

Aku bekerja sebagai ahli teknik pada perusahaan pertambangan. Kerjaku berpindah tempat. Mengikuti lokasi proyek yang akan dikerjakan. Sewaktu belum memiliki anak, Mila selalu ikut kemana aku di tempatkan. Tapi sejak ia mengandung dan kami sudah memiliki anak, aku melarangnya untuk ikut bertugas denganku.

Sebelum menikah, aku sudah memiliki rumah hunian yang cukup nyaman dan mewah untuk di tempati. Semua karena kerja kerasku sewaktu masih bujangan, yang jauh dari kehidupan anak muda yang hanya bisa berfoya-foya.

Gajiku sebagai ahli teknik pertambangan sangat cukup untuk kebutuhan keluargaku. Bahkan bisa dibilang, lebih dari cukup. Dengan gaji 15 jutaan, aku dan istriku masih bisa menabung 5 juta tiap bulannya. Sisanya untuk keperluan rumah tangga, jatah istri dan anak, juga nafkah rutin untuk ibuku.

Tapi, kali ini jatah nafkah untuk istri, anak, dan ibuku, juga keperluan rumah tangga, kukurangi. Itu karena aku berniat ingin menikah lagi. Menikah dengan wanita idaman lain, yang sudah dua bulan menjalin hubungan terlarang denganku.

Sejak dua bulan aku di tempatkan di daerah Kalimantan, aku bertemu wanita yang membuat aku jatuh cinta untuk kedua kalinya. Hasrat untuk terus memilikinya begitu dalam. Ditambah, aku yang selalu kesepian sejak jauh dengan Mila, istriku.

[Loh, Mas ... Kenapa nominalnya beda? Berkurang banyak! Jauh sekali selisihnya? Kamu salah transfer?]

Balasan pesan Mila ketika tahu nominal yang kukirim untuk jatah bulanan, kukurangi. Karena 2 jutanya untuk peganganku, biasanya uang yang kukirim sebesar 13 juta. Yang nantinya akan dibagi-bagi, untuk ditabung 5 juta, ibuku 1 juta, dan sisanya 7 juta untuk keperluannya dan Radit, putraku. Tapi kini, aku hanya mengirim sejumlah 8 juta saja. Aku tak mungkin mengatakan hal yang sebenarnya. Dari jauh-jauh waktu, sudah kusiapkan alasan yang benar-benar bisa membuat Mila percaya tanpa merasa dibohongi.

[Oh iya, aku lupa kasih tahu. Kalau gajiku sekarang sudah tak sebesar kemarin. Hanya kisaran 10 jutaan. Perusahaan tambang yang kupegang, sedang berada pada masa-masa pailit. Makanya semua pekerja, termasuk aku, gajinya dipangkas. Tapi hanya untuk sementara. Doakan saja agar tak terus-terusan. Karena bisa membahayakan dapur keluarga kita!]

Aku tersenyum saat menekan tombol kirim. Rasanya tidak mungkin Mila curiga kalau aku sedang berbohong. Aku tahu sekali sifat Mila, dia wanita yang tak punya prasangka buruk dengan siapapun, apalagi denganku, suaminya sendiri.

[Ya Allah, Mas ... Yang sabar, ya. Mudah-mudahan segera berlalu. Insya Allah aku coba irit-irit agar bisa ketutup semuanya sampai akhir bulan. Terima kasih untuk keringatmu yang sudah banyak kamu korbankan, agar bisa mencukupi keluarga. Kamu sehat-sehat ya, Mas, di sana. Jika rindu, pandang saja potretku selama yang kamu mau, aku pasti akan langsung masuk ke dalam mimpimu yang indah.]

Apa? Masih saja, selalu aku disuruh memandang fotonya kalau rindu ini menerpa. Aku tersenyum lagi. Ingin sekali kubalas pesannya, bahwa aku sudah tak perlu memandang fotonya dan berhalu seakan-akan aku bisa melepas rindu yang "satu" itu hanya dengan memandang fotonya. Karena, rindu itu sudah terlampiaskan dengan kekasih yang sebentar lagi akan sah menjadi istri keduaku. Menjadi istri yang akan selalu di sampingku saat aku sedang di tempatkan ke luar pulau. Tapi jika tiba waktunya aku kembali ke rumah, istriku hanya Mila seorang.

[Tanpa kupandangi fotomu, aku pasti akan selalu memimpikan kamu! Aku sangat mencintaimu, Mila. Lebih dari apapun!]

[Mas Ben! Kamu tuh ya, bisa saja! Sudah ah, Mas. Aku mau ambil uang yang kamu transfer, sekalian mau ke rumah ibu. Kasihan ibu, pasti sudah menunggu dan mengharapkan jatah rutin yang kamu kasih untuknya.]

[Untuk sementara, tidak usah ditabung dulu uang yang kukirim barusan. Biar cukup seperti bulan-bulan biasanya. Tidak usah dipaksa untuk irit, kalau memang kebutuhan banyak yang mendesak. Gunakan saja dulu untuk kepentinganmu dan Radit. Kalau memang ada sisa, baru kamu tabung. Berapapun itu!]

[Iya, Mas.]

Rasanya memang sangat berdosa. Membohongi Mila, apalagi soal gaji. Tapi hasrat ingin menghalalkan wanita itu, menjadikanku suami yang tak kenal dengan dosa. Aku membenarkan perbuatanku dengan dalih menghindari perbuatan dosa. Sementara dosaku karena berbohong dan berhianat terhadap istri dan anakku, tidak kuhiraukan.

Dua pekan yang lalu, aku mendapat bonus dari direktur utama atas nama perusahaan. Semua bukan karena kebetulan, tapi memang aku pantas mendapatkannya karena pekerjaanku yang kompeten.

Dari situlah awalnya niatku ingin mempersunting wanita itu. Aku punya uang yang cukup untuk modal menikahinya. Dan berfikir mengurangi jatah bulanan Mila untuk kubagi pada istri keduaku nanti.

***

Hingga tiba di hari pernikahanku dengan Fika, wanita yang telah memenuhi ruang hatiku setelah Mila. Jiwa jantanku bersorak penuh kegembiraan. Tak ada satupun garis yang menyiratkan kesedihan di wajahku dan Fika. Kami benar-benar saling mencintai. Fika sendiri tahu, aku sudah memiliki keluarga. Karena cintanya, Ia rela kujadikan istri kedua dalam kehidupanku.

Malam pernikahan kami memang tak seperti malam-malam pengantin yang baru melepas masa perjaka dan kegadisannya. Aku dan Fika sudah lebih dulu melakukan hubungan berdosa itu saat masih berstatus kekasih. Namun, tetap saja malam pernikahan ini, menjadi malam yang sejak lama kurindukan. Kami akan menyalurkan hasrat cinta dalam diri dengan status pernikahan yang sah. Sebagai suami dan istri.

Cling!

Suara pesan dari ponsel kudengar. Aku baru saja ingin memagut mesra gincunya yang tipis menggoda. Namun rasa penasaran dengan masuknya pesan di ponselku, membuatku urung melakukannya. Buru-buru kuambil ponsel yang sebelumnya kuletakkan di atas nakas samping ranjang.

"Mila?" kataku pelan.

Tak menunggu waktu lagi, kubuka segera isi pesan yang ia kirim.

Ternyata Mila mengirim beberapa foto.

"Astaga!" ucapku ketika kulihat foto yang Mila kirim merupakan fotoku.

Ya. Fotoku dengan Fika yang tengah melangsungkan pernikahan. Fotoku dan Fika ketika sedang akad. Fotoku dan Fika yang tertawa bahagia di atas pelaminan.

[Aku tak terima kamu menghianati aku dan Radit seperti ini! Aku harap kamu segera pulang, dan kita urus perceraian! Ingat, kamu pulang hanya mengurus perceraian, tanpa membawa apapun yang ada padaku, Radit, dan rumah ini. Cukup kemasi pakaian-pakaianmu!]

Mataku terbelalak hingga menelan salivaku. Aku langsung teringat, dua tahun yang lalu ketika Mila berhasil merayuku agar mau memindahkan semua tabungan yang semula atas namaku menjadi namanya, dan membalik nama rumah mewah yang sekarang sedang ia tempati dengan Radit menjadi namanya.

=====

Bersambung ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istriku Tak Bodoh   17. Hutang Membuat Ben Menalak Fika

    Bagian 17Pov: FikaKudengar Mas Ben tengah mengobrol dengan Ibu mertuaku melalui ponsel. Wajah Mas Ben terlihat begitu senang. Obrolan yang kudengar serius diselingi sedikit candaan dari Mas Ben, membuatku penasaran.Ketika Mas Ben selesai mengobrol dan mematikan ponselnya. Aku menghampirinya."Mas ... sepertinya seru sekali obrolannya? Ada apa?" kataku yang langsung ikut duduk saat Mas Ben kembali duduk."Rumah makan Ibu yang di Bandung 'kan tidak ada yang mengurusi. Omzetnya juga menurun belakangan ini. Memang rencananya sih, pembukaan cabang baru rumah makan Ibu yang kemarin sebagai ganti rumah makan yang di Bandung ini. Karena mau dijual. Tapi baru sekarang terjualnya," kata Mas Ben yang kemudian kembali menatap layar ponselnya.Seperti angin segar saat mendengar Mas Ben bercerita. Kalau rumah makan itu sudah terjual, berarti Ibu mertuaku sedang memegang uang banyak. Rumah makan Ibu mertuaku semuanya besar. Bisa dipastikan berapa uang y

  • Istriku Tak Bodoh   16. Resmi Bercerai

    Bagian 16 Pov: Mila "Aku tidak rela, Mil! Aku tidak rela kita pisah! Akan kubuat kamu menjanda seumur hidupmu! Kamu tidak akan pernah bisa bahagia. Tanpa aku!" teriak Mas Ben tidak terima. "Semua sudah keputusan pengadilan. Satu hal yang harus kamu tahu, Mas. Aku justru akan lebih bahagia setelah ini. Karena Allah, akan selalu memberikan jalan yang baik untuk orang-orang yang baik dan terdzalimi!" kataku yang kemudian tersenyum di hadapannya dan kemudian berlalu meninggalkannya. Setelah sidang perceraian selesai, dan Mas Ben juga mengajukan banding, hasil keputusan persidangan adalah aku dan Mas Ben resmi bercerai. Rasanya hati benar-benar plong. Sudah tidak ada lagi batu besar yang mengganjal hingga membuatku sesak. Hari ini, aku resmi menyandang status janda. Akan kubuka lembaran baru. Lembaran kehidupan yang masih putih, tanpa goresan. Entah apa yang akan membuat lembaran itu berwarna kembali. Dengan goresan-goresan pena kehidupan yang akan

  • Istriku Tak Bodoh   15. Restu Mama

    Bagian 15Pov: JonasKata-katanya kudengar seperti batu besar yang menikam hati ini hingga begitu keras kurasakan.Patah hati karena ditolak mentah-mentah oleh Mila, membuatku kehilangan arah. Aku sangat berharap jawabannya akan melambungkan hati ini. Menggempur jiwa yang sebelumnya telah rapuh. Baru kali ini seorang wanita menolak cintaku. Menolak keinginanku.Mila sangat berbeda dengan wanita kebanyakan. Bukan hanya wajah cantiknya yang dapat mengalihkan hatiku dari dunia di sekelilingku. Sikap tegas, juga kepribadiannya yang sulit ditebak dan dijamah, membuatku ingin cepat-cepat merengkuh hatinya.Aku tidak akan menyerah. Penolakan ini merupakan acuanku untuk tetap terus mencari celah agar bisa masuk ke bagian dari kehidupannya.Bodoh sekali aku! Jelas-jelas aku tahu, tipe seperti Mila, bukan tipe wanita yang mudah jatuh kepelukan laki-laki. Apalagi dia masih berstatus istri orang! Akkhhh! Pasti dia mengira aku memang sudah benar-benar gi

  • Istriku Tak Bodoh   14. Debat Berujung Pernyataan Cinta

    Bagian 14Pov: MilaMelihat Radit di kamar yang tengah tertidur. Membuat dadaku sesak menahan isakkan tangis agar tak bersuara. Kutatap lekat-lekat wajahnya yang polos. Radit sama sekali tidak tahu bahwa sebentar lagi, Ayah dan Bundanya akan berpisah. Aku benar-benar tak bisa membayangkan jika suatu saat nanti Radit tahu yang sebenarnya. Hati dan jiwanya pasti akan sangat terpukul."Maafkan Bunda, ya, Nak! Maafkan Bunda yang tidak bisa menjaga utuh pernikahan Bunda. Maafkan Bunda yang egois dengan hanya memikirkan hati dan perasaan Bunda saja. Tapi tidak memikirkan perasaanmu. Bunda janji, semua akan Bunda tebus dengan kebahagiaan kamu kelak. Kebahagiaanmu setelah ini."Kukecup kening dan pipinya. Kemudian kutinggalkan Radit. Aku tidak mau kehadiranku membuatnya terbangun.Begitu sampai di kamar, kusegerakan diriku untuk mandi. Meski masih siang, aku ingin sekali mendinginkan hati dan kepala ini dengan guyuran air. Membasuh wajah lelahku agar terli

  • Istriku Tak Bodoh   13. Pelacur

    Bagian 13Pov: MilaAku tak menyangka, Jonas akan mempermalukan Mas Ben di acara yang sangat penting seperti ini. Bagaimana kalau sampai Mas Ben berpikir macam-macam tentang aku dan Jonas. Rasa takutku bergelayut dalam dada. Aku tak mau sampai semua hal buruk yang kubayangkan terjadi.Mas Ben menatapku dengan marah yang begitu mendalam, membuat dadaku sesak hingga sulit sekali bernafas. Kemudian kulihat Mas Ben turun dari podium dengan tergesa menghampiriku. Ditariknya tanganku dengan kasar hingga aku berdiri menghadapnya."Wanita s*alan! Pantas saja kamu punya foto-foto pernikahan aku dengan Fika. Rupanya kamu ada main dengan atasanku! Foto-foto itu kamu dapatkan dari dia 'kan? Hanya demi memata-mataiku, kamu rela bermain gila dengan atasanku! Sejak kapan kamu ada main dengannya?" ucap Mas Ben berapi dengan jari menunjuk ke wajahku.Tubuhku gemetar. Hatiku sakit saat Mas Ben menuduhku yang buruk. Ketakutanku akan Mas Ben yang berpikir macam-macam

  • Istriku Tak Bodoh   12. Kehancuran Ben

    Bagian 12Pov: JonasAcara serah terima jabatan untuk karyawan berkompeten yang terpilih di perusahaan yang aku pimpin, akan dimulai sebentar lagi. Tapi aku masih sibuk memilih kemeja, dasi, dan jas mana yang akan kupakai. Bahkan jam tangan dan sepatu pun aku bingung mesti pakai yang mana.Mila pasti datang dengan gaun dan sepatu yang cantik, juga riasan wajah yang akan membuat mata siapa saja memandang pasti terpesona dengannya.Aku tahu kalau dia wanita yang sangat memperhatikan penampilannya. Terlihat kemarin sewaktu dia datang ke kantor. Walau keperluannya hanya mengajukan laporan, Mila begitu menawan. Dia sampai bisa menarik perhatianku. Tak kentara kalau dia seorang wanita yang sudah bersuami dan memiliki anak balita.Selain menawan dan berpenampilan menarik, Mila wanita yang kuat dan tegas. Terbukti ketika dia berbicara denganku. Padahal dia tahu, aku atasan suaminya, direktur dari perusahaan tempat suaminya bekerja. Tapi sikapnya masih saja

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status