Share

3. Merasa Dilangkahi

“Aku ingin kita membuat perjanjian.” Luki mengatakan dengan suara tegas. Auranya sebagai seorang pemimpin sangat jelas sekali terlihat.

“Heh perjanjian apa?” Beby tampak memutar bola matanya, malas mendengar kata perjanjian yang sudah bisa ditebak kemana arah tujuannya. Dia mengira pasti suaminya ini akan membuat kontrak pernikahan yang berujung dengan perceraian dalam jangka waktu yang telah ditentukannya.

Dia baru bisa bernafas lega karena setelah mengatakan apa yang diinginkannya, Luki menjauhkan tubuhnya dan duduk di kursi kebesarannya.

“Apa kamu mau membuat perjanjian pernikahan seperti di dalam novel-novel roomantis itu?”

Luki merasa dilangkahi karena ternyata pikiran dan niatnya mudah ditebak oleh istrinya. Kekesalannya bertambah. Dia berdiri dari kursinya sambil menyahut map kuning yang sudah ada di atas mejanya. Dia berjalan ke arah Beby dan melemparkan map itu di hadapannya.

Beby mengerutkan keningnya dan menatap sekilas ke arah Luki sebelum mengambil map itu dan membukanya, membaca isinya dengan serius.

Beby yang awalnya terlihat sangat penurut sekarang berubah seratus delapan puluh derajat. Dia mendengus dan tersenyum mengejek. 

“Heh, ternyata benar dugaanku. Kenapa kamu tidak mau menerima pernikahan ini? Apa kamu penyuka sesama jenis?” 

Luki sampai menganga mendengar pertanyaan dari istrinya yang sangat menghina. Dia mengusap wajahnya dengan kasar kemudian ikut duduk di sebelah Beby.

“Jangan bicara sembarangan!”

“Aku cuma bertanya, kenapa kamu marah?” balas Beby dengan pertanyaan balik yang terdengar sangat menjengkelkan.

“Aku bukan gay!” Luki akhirnya menjawab dengan tegas dan jelas supaya istrinya tidak lebih membuat emosinya meledak dengan pertanyaan-pertanyaan balasan yang sangat menjengkelkan.

“Ya buktikan dong kalau bukan gay!”

Beby mencondongkan tubuhnya hingga wajahnya tepat di depan Luki yang hanya berjarak lima centimeter. Dia berkata dengan nada serius kemudian tersenyum miring menyeringai, diakhiri dengan senyum nakal sambil menggigit bibir bawahnya.

Luki langsung memalingkan wajahnya, tak ingin berlama-lama melihat wajah istrinya yang sangat menggodanya ingin segera meraup bibir kenyal nan seksi yang dengan kurang ajarnya sudah berada di hadapannya hampir tak berjarak. Jiwa kelelakiannya terus meronta-ronta jadinya.

Dugaan Luki salah jika dia berhasil membungkam mulut Beby dengan jawabannya. Luki benar-benar diuji emosinya saat ini. Ternyata Beby tidak se-penurut dugaannya seperti saat di acara pernikahan mereka kemarin.

“Aku tidak perlu membuktikannya padamu.” Luki mulai menggeram dan mati-matian menahan diri supaya tidak meledakkan emosinya yang mungkin akan berakhir dengan tindakan yang membuat Beby terluka.

“Kenapa tidak? Aku istrimu dan kamu suamiku, jadi tidak salah dong kalau aku ingin membuktikannya.”

“Beby stop!” Luki mulai meninggikan suaranya sambil memegang erat kedua lengan gadis yang mulai ketakutan. Kedua bulu matanya yang lentik dan lebat berkedip cepat menatap manik mata tajam Luki yang kini sedang menghunusnya hidup-hidup. Luki seperti seekor singa yang siap menerkam mangsanya.

“Aku tekankan sekali lagi. Kita, menikah hanya sebuah formalitas saja untuk memenuhi permintaan orang tua kita. Jadi jangan berharap lebih dengan pernikahan kita ini, oke?”

Hati Beby mencelos mendengar pengakuan keinginan Luki yang secara terang-terangan diungkapkan padanya. Dengan tegas dan gamblang. 

Meskipun Beby awalnya juga tidak menyetujui pernikahannya yang berlatar perjodohan ini, namun dia mempunyai niat untuk mempertahankan rumah tangganya dan akan bertekad untuk menjadi istri yang baik. Dia mempunyai bayangan kalau dia dan Luki akan sama-sama belajar menerima pernikahan ini dan belajar mencintai satu sama lain hingga bisa menjalani sebuah pernikahan yang normal seperti rumah tangga pada umumnya. Namun apa yang dia harapkan ternyata hanya akan menjadi angan-angan belaka. Begitulah pikirannya saat ini. Harapannya seketika dihancurkan oleh suaminya sendiri di depan matanya.

Kedua bola mata Beby terasa memanas, matanya mulai berkaca-kaca dengan hati yang tersayat perih. Meskipun tahu kalau suaminya ini tidak setuju juga dengan pernikahannya, namun saat Luki mengakui secara terang-terangan seperti ini, ternyata sangat sakit juga. Sebagai perempuan, dia merasa tidak menarik, tidak dihargai dan tidak diinginkan. Beby auto insecure.

“Oke,” jawab Beby lirih. Sekuatnya dia menahan tangisnya yang siap meledak. Sekuat apapun dia sebagai perempuan, tetap ingin menangis juga jika keadaannya seperti ini.

“Good.” 

Luki baru melepaskan cengkraman tangannya di kedua lengan istrinya dengan senyum tipisnya yang sialnya malah menambah level ketampanannya. Jangan lupakan aroma cedarwood khas pria itu memenuhi indera penciuman Beby yang hampir saja memabukkannya.

“Setahun kita jalani rumah tangga kita yang penuh dengan kepura-puraan. Aku akan berakting menjadi istri yang baik dan aku tidak akan membocorkan rencanamu ini pada siapapun. Ah ya satu lagi, aku akan tetap menghormati janji pernikahan kita meskipun kamu tidak menginginkannya.”

“Yaps. Kalau begitu segera tandatangani surat perjanjian ini.”

Luki segera memberikan lagi map kuning yang tadi sempat diletakkan oleh Beby di atas meja yang ada di depan sofa panjang yang kini mereka tempati.

Tanpa membaca lagi surat perjanjian yang dibuat oleh Luki, yang tadi baru sempat dibaca sebagian saja isinya, Beby langsung menandatanganinya.

“Aku akan berikan kamu nafkah lahir tapi jangan berharap meminta nafkah batin dariku!”

Luki menyodorkan kartu debitnya yang telah terisi saldo dengan isian nominal sepuluh digit angka dan berlalu begitu saja untuk membukakan pintu ruangannya, memberikan kode kepada Beby supaya segera keluar dari ruangannya.

Beby menerima kartu yang diberikan suaminya meskipun entah akan digunakannya apa tidak. Dia tidak tertarik untuk menggunakan uang milik Luki setelah suaminya itu berhasil memporak porandakan hatinya.

Dia segera kembali ke kamarnya dan menangis sejadi-jadinya.

Ternyata keberanian Beby menghadapi seorang Luki hanya sampai disini. Perasaan lembutnya sebagai seorang wanita tidak bisa ditepisnya begitu saja ketika mendapatkan perlakuan yang tidak semestinya. Dia terlihat kuat di luar namun nyatanya di dalam hatinya sangat rapuh.

“Hiks ibuuuuu …”

Disaat terpuruk seperti ini, nama ibunyalah yang selalu diucapkan seolah wanita yang dianggapnya sebagai malaikat tak bersayapnya itu ada di dekatnya sebagai tempat paling nyaman untuk mengadu dan berkeluh kesah. Dia menangis hingga lelah dan akhirnya ketiduran lagi. Tadi pagi dia bangun sebelum subuh kemudian memasak, menyiapkan sarapan yang niatnya dia siapkan untuk suaminya yang ternyata malah tidak sudi menyentuh masakannya itu.

Beby yang sebenarnya juga memiliki pekerjaan sebagai karyawan di sebuah perusahaan multinasional dan sedang mendapatkan cuti pernikahan selama lima hari jadi bisa dipastikan dia akan melewati masa cutinya seperti seorang tawanan.

Cuti yang seharusnya dihabiskan dengan mencecap manisnya bulan madu pernikahan dan berlibur bersantai tapi malah serasa menjadi neraka baginya. Dia juga tidak bisa keluar sembarangan seorang diri karena jika ketahuan oleh teman atau saudaranya, pasti mereka akan bertanya-tanya dan curiga kenapa dia tidak pergi bersama suaminya.

Sedangkan Luki kembali bersiap untuk pergi bekerja. Pagi ini dia memiliki janji temu dengan klien dari Australia sebelum pergi ke kantor. Tanpa berpamitan dengan istrinya, dia langsung pergi diantar oleh Santo.

Tanpa sepengetahuan Luki, ada sepasang mata yang sedang menatapnya dengan nanar dari balik jendela kamar yang ada di lantai dua.

“Mas Luki …,” gumam gadis yang menjadi semakin nelangsa melihat kepergian suaminya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status