Share

2. Apa Maumu?

Secara reflek, kedua tangan Luki menangkap tubuh istrinya hingga pandangan mereka bertemu selama beberapa detik sampai Luki yang tersadar dan memutuskan pandangan mereka.

Dia mendorong tubuh Beby namun sialnya pandangannya sempat menangkap bagian depan bathrobe yang dikenakan Beby yang secara tak sengaja malah sedikit terbuka hingga menampakkan sedikit gundukan mulus nan kenyal dadanya.

Luki mengumpat habis-habisan. Hasratnya yang selama lima tahun terpendam mencuat seketika tanpa bisa dikontrol. Apalagi sisi lain dalam dirinya mengingatkan dan membisikkan jika wanita manis dan seksi di hadapannya ini halal untuk disentuhnya.

Tanpa disadari, kedua detak jantung mereka berdua sama-sama berdisko tanpa bisa dicegah.

Beby juga terpesona dengan tubuh suaminya dengan pahatan sangat sempurna di matanya. Ditambah droplet-droplet kecil yang jatuh dari rambutnya yang terlihat masih agak basah, membuat suaminya itu semakin terlihat seksi.

“Ngapain kesini?” 

Luki kembali berubah ke setelan awal, dingin dan ketus. Pandangannya dialihkan dari perempuan yang sudah berhasil mengusik ketenangan dirinya saat ini.

“A-aku mau pinjem baju.” Sambil menetralkan degupan jantung yang masih menggila efek dari sentuhan suaminya meskipun hanya dari belakang saja.

“Bukannya tadi kamu sudah bawa baju satu koper?” Luki merotasi bola matanya malas mendengar permintaan istrinya.

“Iya tapi …” Belum sempat Beby melengkapi kalimatnya, Luki telah berlalu dari hadapannya. Dia masuk ke dalam kamarnya dan kembali lagi membawa satu kaosnya. 

“Makasih Mas.” Suara mendayu Beby menggelitik pendengaran Luki namun ia berusaha mengabaikannya.

Luki segera menutup pintunya kembali tanpa aba-aba hingga membuat Beby berjingkat. 

“Huh dasar es batu!” umpat Beby kemudian kembali ke kamarnya dan memakai kaos suaminya.

Di dalam kamarnya, Luki melanjutkan aktifitasnya yang tadi sempat tertunda. Dia sibuk dengan pekerjaannya, mematuti layar laptopnya sambil menikmati semilir angin malam di balkon yang ada di dalam kamarnya.

Padahal malam ini adalah malam pengantinnya yang biasanya sedang dinikmati oleh pasangan baru, mereguk manisnya malam panjang sebagai pasangan yang baru sah.

Baru setengah jam berlalu dan di tengah kesibukannya, bayangan wajah manis Beby tiba-tiba terlintas di benak pria tampan dengan sejuta pesona tersebut. Bayangan lekuk tubuh istrinya yang sangat menggoda dibalut dengan kulitnya yang putih mulus membuat ‘adik kecilnya’ meronta-ronta tanpa bisa dicegah. Dia pria normal yang pernah merasakan surga dunia, dan sudah lama surga dunia tersebut tidak pernah dijumpainya, jadi wajar jika hasrat lelakinya timbul begitu saja.

Dia tutup laptopnya dan berniat mendinginkan tubuhnya yang sudah mulai panas dengan mengambil segelas air dingin di dalam kulkas dan meminumnya sampai tandas.

Keesokan harinya, Luki tetap melakukan aktifitasnya seperti hari-hari biasanya. Dia sengaja tidak mengambil cuti meskipun kemarin baru saja menikah. Dia tidak pernah menganggap pernikahannya kali ini sebagai hal yang istimewa, jadi hal yang berurusan dengan rumah tangganya bukanlah prioritas utamanya, atau bahkan malah menjadi hal yang tidak akan diperdulikannya.

Pria itu terkesiap melihat Beby sudah sibuk di dapur saat dirinya keluar dari kamarnya dan ingin mengambil minuman dari dalam kulkas.

“Mau minum Den?” 

“Iya, Bi.” Setelah menjawab pertanyaan asisten rumah tangga yang sudah menjadi pembantu mamanya sejak Luki masih bayi, dia membuka kulkas dan mengambil botol air minumnya.

Mendengar nama Luki disebut, Beby langsung menoleh dan menyapa suaminya dengan senyuman yang sebisa mungkin dia tunjukkan.

“Eh Mas Luki sudah siap. Sarapan dulu Mas.” Beby berusaha menjadi istri yang baik meskipun dirinya tahu kalau Luki masih belum bisa menerima keberadaannya di rumah ini.

Luki hanya meliriknya sekilas namun tidak berniat untuk menyentuh masakan istrinya yang sebenarnya menggugah seleranya. 

“Iya Den, sarapan dulu. Sudah dimasakin sama Nyonya muda dari sejak habis subuh tadi lho.”

Bi Surti ikut membujuk tuannya agar mau mencicipi masakan istrinya. Bi Surti tahu betul jika Luki tidak setuju dengan pernikahan keduanya ini karena sebelum menjodohkan Luki dengan Beby, Kina, ibunda Luki telah bercerita banyak padanya. Kina menitipkan Luki pada wanita yang telah dianggap Luki sebagai ibu keduanya tersebut.

“Nggak keburu Bi,” jawab Luki sambil berlalu menuju ke dalam kamarnya kembali.

“Heeehh.” Beby menggelengkan kepalanya perlahan sambil menghembuskan nafas panjangnya. Matanya nanar menatap punggung tegap yang kini sudah tidak ada dalam jangkauannya.

Bi Surti ikut prihatin melihat Beby. Dia mendekatinya dan mengusap lembut lengan gadis yang kini selalu serba salah di rumah ini.

“Sabar ya Nyah. Jangan menyerah, Den Luki hanya butuh waktu untuk menerima Nyonya.”

Beby tersenyum masam. Setiap orang menasehatinya dengan hal yang sama seolah hanya dirinya yang harus berjuang sendirian untuk menyatukan perasaan mereka berdua.

“Memangnya dia ada masalah apa sih sampai segitunya sama aku. Kalau kemarin nggak setuju dijodohin kenapa nggak ditolak saja dan nggak usah datang sekalian ke acara pernikahannya? Dasar aneh!”

Beby meluapkan kekesalannya dengan berbicara pada bi Surti yang masih berada di dapur.

“Karena aku tidak sepengecut itu!” Suara bariton tegas tiba-tiba terdengar dari arah belakang Beby yang sedang membuat minuman untuk dirinya sendiri membuatnya seketika menghentikan tangannya yang sedang mengaduk minumannya dan menoleh ke belakang.

Pandangan mereka bertemu. Tatapan tajam Luki tak membuat Beby gentar. 

“Tapi sikapmu padaku saat ini sama saja pengecutnya!” balas Beby memberanikan diri karena sudah kadung jengkel. Dia menghentakkan kakinya dan berlalu melewati hadapan suaminya.

Grapp!

Lengan Beby berhasil dicekal oleh suaminya yang ikut terpancing emosi dengan kata-katanya. Pria itu tak membalas lagi dengan ucapan namun menarik paksa tangan Beby, berjalan menuju ke dalam ruang kerjanya.

“Lepasin!” Beby berusaha melepaskan diri dan menghentakkan tangannya namun jelas tenaganya kalah kuat dengan tangan kekar suaminya yang otot lengannya saja tercetak jelas dari lengan kemejanya.

Luki baru melepaskan tangan Beby saat mereka berdua masuk ke dalam ruang kerja dan menutup pintunya rapat. Pria itu mendorong tubuh Beby hingga tubuh istrinya terlempar pelan ke sofa empuk yang ada di dalam ruang kerjanya.

“Duduk!” perintahnya.

“Nggak usah kamu perintah juga aku udah duduk.” Beby mengusap lengannya yang terasa ngilu karena efek cengkeraman suaminya.

“Bisa nggak sih mas kalau nggak usah pakai cara kasar, sakit tahu!” ketus Beby mulai berani melawan.

Luki tidak mempedulikan protes dari Beby. Dia berjalan menuju kursi kebesarannya dan duduk disana sambil melihat segala gerak-gerik istrinya dengan tatapan tajam.

“Apa maumu?” tanya Beby lagi, tak sabar akan apa yang dibicarakan suaminya sampai menyeretnya masuk ke dalam ruangannya.

Bukannya mendapatkan jawaban dari pertanyaannya, Beby malah dibuat was-was karena Luki memepet dirinya yang sudah duduk manis di sofa yang ada di ruang kerja suaminya tersebut. Beby terus memundurkan tubuhnya namun Luki malah semakin mengejarnya dengan mencondongkan tubuhnya dengan sorot mata seolah ingin memakannya hidup-hidup.

“Mas ...”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status