Share

4. Mengajak Beby ke Rumah Sakit

Pekerjaannya sebagai pucuk pimpinan di perusahaan miliknya sendiri yang bergerak di bidang IT menjadikannya seseorang yang harus bisa memanage waktu dengan baik. Dia paling tidak suka menyia-nyiakan waktu dan dikenal sebagai orang yang selalu tepat waktu jika melakukan janji temu seperti sekarang ini. Jadi jangan harap sebuah toleransi keterlambatan waktu jika ada meeting dengan seorang Luki Ferdinand. 

Seperti saat ini, pria muda tampan kaya raya itu sudah duduk dengan tenang di sebuah western restaurant menunggu kliennya. Namun baru saja duduk, ponselnya berbunyi dan di layarnya menampilkan tulisan “my mom”. Luki mendesah berat namun mau tak mau menerima panggilan dari sang mama.

“Ya ma. Luki lagi meeting sama klien.” Luki sengaja merendahkan volume suaranya supaya mamanya percaya, padahal kenyataannya dia masih menunggu kliennya datang. Dia tahu pasti mamanya akan mencecarnya tentang urusannya bersama Beby, jadi dia terpaksa sedikit berbohong.

Dan benar saja, Kina sedikit terkejut dengan apa yang sedang dilakukannya saat ini.

“Dasar keterlaluan. Setelah meeting, telpon mama balik! Awas kalau nggak!”

Kina sudah ingin sekali memaki anaknya karena waktu cuti yang harusnya digunakan untuk bulan madu malah digunakan untuk bekerja dan malah meninggalkan Beby sendirian demi meeting dengan klien.

Di sebuah rumah sakit, seorang wanita paruh baya sedang berbicara serius dengan seorang dokter. 

“Suami ibu harus dioperasi saat ini juga karena pembuluh darahnya sudah pecah.”

Wanita yang kini sedang sendirian di ruangan dokter tersebut seketika merasa seluruh tulang di tubuhnya seperti terlepas semuanya dari tubuhnya.

“Apa harus dok? Bagaimana kemungkinannya untuk selamat jika sudah menjalani operasi?”

Wanita yang melahirkan Beby tersebut terlihat sangat khawatir.

Dokter kemudian menjelaskan kemungkinan kemungkinan yang terjadi jika papa Beby tidak segera dioperasi. Jeni akhirnya menyetujuinya dan menggunakan uang pemberian keluarga Ferdinand untuk biaya operasi suaminya. Dia juga segera menghubungi anak-anaknya tentang kondisi ayah mereka.

Awalnya Jeni hanya menghubungi Sherin, adik Beby yang masih berusia sembilan belas tahun dan masih berkuliah.

Namun setelah menghubungi Sherin, Jeni merasa ragu saat akan menelpon anak sulungnya. Putrinya itu sudah menjadi milik orang lain dan kini sedang berbulan madu. Dia takut mengganggu waktunya.

“Ditelpon nggak ya? Apa sebaiknya aku menelpon Luki dulu?” gumam Jeni sambil setengah meremas ponselnya.

Jeni  :  “Halo Luki, apa Beby sedang bersamamu?” 

Luki  :  “Ya bu, ada apa? Saya sedang di luar. Beby di rumah.”

Jeni  :  “Oh maaf kalau gitu. Ini ibu cuma mau mengabarkan kalau ayahnya Beby akan dioperasi sore ini. Tadi ibu nelpon Beby tapi nggak diangkat.”

Luki  :  “Iya bu, nanti saya sampaikan. Ayah dirawat di rumah sakit mana bu?”

Jeni  :  “Di RS Fatmawati nak.”

Luki  :  “Oke. Semoga ayah baik-baik saja ya bu dan operasinya berjalan dengan lancar.”

Jeni  :  “Aamin. Terimakasih nak Luki.”

Luki baru saja selesai meeting dengan kliennya saat menerima telepon dari ibu mertuanya. Meskipun dia selalu bersikap dingin dan ketus dengan Beby, namun dia bisa menempatkan diri dan berbicara sopan dengan kedua mertuanya. 

Dia memutuskan untuk tidak jadi melanjutkan agendanya ke kantor hari ini. Dia meminta Santo untuk kembali ke rumah untuk menjemput Beby tanpa memberitahu istrinya lebih dulu. Dia malah menghubungi Kina karena tadi mamanya yang super cerewet itu memintanya untuk menelpon balik.

Luki : “Hal …”

Kina :  “Akhirnya kamu nelpon balik mama juga, kirain lupa. Besok Sabtu kita dinner bersama. Tante Shena dan om Wilman datang ke Indonesia. Jangan lupa ajak istrimu.”

Luki  :  “Hmm.”

Kina  :  “Nanti pulangnya jangan terlalu larut. Ingat kalau kamu sekarang sudah memiliki istri yang menunggumu di rumah dan butuh perhatianmu juga.”

Luki  :  “Ini juga mau pulang. Tadi bu Jeni telpon kalau ayahnya Beby mau dioperasi sore ini. Kita mau kesana sekarang."

Kina  :  "Ya ampun. Yaudah mama nanti juga nyusul kalian."

***

"Ganti baju, kita ke rumah sakit sekarang!"

Sesampainya di rumah, Luki langsung masuk ke dalam kamar istrinya tanpa mengetuk pintu dulu dan dengan seenaknya menyuruh.

Beby sampai terlonjak karena saking kagetnya. "Dasar nggak sopan! Permisi dulu kalau mau masuk kamar orang!"

"Kamu tidak ingat kalau ini rumahku?"

Luki berkata dengan sombongnya. Dia langsung keluar setelah mengatakannya tanpa menunggu balasan dari Beby yang mulutnya sampai terbuka dan menutup dengan sendirinya.

"Tadi dia bilang ke rumah sakit. Siapa yang sakit? Apa ayah sakit lagi?"

Beby hanya bisa bertanya-tanya sendiri dan langsung mengganti pakaiannya.

Beby segera memakai pakaian seadanya yang baru saja datang, tadi baru dibeli dari online shop menggunakan ekspedisi super kilat. Dress warna peach selutut dengan layer tipis di lengannya dan dipadukan dengan sepatu hak rendah berwarna putih. Beby terlihat fresh dan sangat manis, ditambah gaya rambutnya yang dikuncir tengah dengan poni tipis membuatnya lebih muda dari umurnya.

“Siapa yang sakit, Mas?”

Luki menoleh mendengar suara yang selama beberapa hari terakhir tak asing baginya. Ada sebuah perasaan aneh seperti aliran listrik berarus rendah yang menyengat perasaannya yang selalu ditepis ketika Beby memanggilnya dengan sebutan ‘mas’.

Dia menyisir sekilas penampilan istrinya. Wajah mungil yang manis dengan hidung lancip dan mata lebar, bibir tipis namun tebal di bagian tengahnya berwarna merah muda dan mengkilap. Badannya yang langsing namun berisi di bagian semestinya membuat Luki terpesona dan hampir terhipnotis dibuatnya. Namun bukan Luki namanya jika tidak bisa mengendalikan diri. Dia segera sadar dan membalikkan tubuhnya lagi setelah menjawab pertanyaan istrinya.

“Nanti kamu juga tahu.”

Luki tak langsung memberitahu, dia tak ingin melihat istrinya panik.

Beby segera mengekor suaminya yang telah lebih dulu keluar dari rumah tanpa mau repot-repot menunggunya. Mereka berdua duduk di kursi penumpang belakang karena saat ini mereka pergi diantar oleh Santo.

“Mas …”

“Hmm.”

Luki hanya menjawab dengan gumaman, tanpa menoleh atau melirik sedikitpun kepada Beby yang sudah mengubah posisi duduknya hingga menghadap padanya. Beby terlalu kepo dengan apa yang sedang dilihat suaminya karena sejak masuk ke dalam mobil, suaminya tersebut langsung sibuk dengan ponselnya.

“Lagi chat-an sama pacarnya ya?” tanya Beby dengan kepala melongok ke layar ponsel suaminya yang masih menyala dan terlihat jelas sedang membuka aplikasi chat.

“Heh sok tahu!” Luki mendengus pelan dengan sudut bibir terangkat dan menolehkan kepalanya ke wajah istrinya yang masih terlihat ingin tahu.

“Bukan sok tahu tapi aku ingin tahu, bukannya tadi aku bertanya padamu, Mas?” balas Beby seolah tak takut dengan tatapan suaminya yang terlihat mengintimidasinya. Jangan lupakan senyum manisnya yang tercetak jelas di wajahnya. 

Tanpa diduga, Luki malah ikut memajukan badannya yang membuat Beby kelabakan. Gadis itu reflek memundurkan badannya hingga punggungnya menyentuh sandaran kursi bagian pojok. Luki yang sudah kadung kesal dengan pertanyaan Beby semakin mencondongkan tubuhnya hingga menghimpit tubuh istrinya. Tatapannya sangat tajam dan membuat Beby menjadi ketakutan dibuatnya.

“Mas, kamu mau apa?” Beby sudah memejamkan matanya begitu erat saat hembusan nafas segar suaminya menyapu wajahnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status