Share

KEDATANGAN ADIK IPAR

Penulis: Andrianisilvia
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-18 19:06:19

ISTRIKU YANG BULUK MENJADI REBUTAN

BAB 3

Willia memperlihatkan benda pipih itu ke depan wajah Yusuf, layar yang menyala menampilkan sebuah cincin dengan aksen simple namun terkesan mahal. Sesuai dengan selera Willia, wanita pasti akan luluh saat diberikan perhiasan seperti ini.

"Beliin ini," seru Wilia.

"Cuman ini doang, gak mau tambah yang lain? Kalung atau gelangnya gitu?" tawar Yusuf dengan entengnya. Jika soal membelikan perhiasan ia tidak akan masalah yang terpenting istrinya tidak marah.

"Ini aja belum tentu mau Papa beliin," ejek Wilia. Yusuf menggenggam tangan istrinya itu sambil tersenyum.

"Apapun buat, Mama. Yang penting Mama seneng," rayu Yusuf.

"Emang berapa sih harganya, Ma?" tanyanya.

"100."

"Kok murah banget? padahal bagus loh. 100 ribu buat cincin gitu, Mama mau beli cincin imitasi?" berondong Yusuf, ia tidak pernah melihat istrinya membeli perhiasan imitasi.

"Mana ada 100 ribu, 100 juta, Pa!" seru Wilia dengan kesal. Yusuf terbelalak mendengar perkataan istrinya itu.

"Se–seratus juta? buat cincin gitu doang?" tanya Yusuf tak percaya.

"Kaget kan? pake sok-sokan nawarin gelang sama kalung segala lagi. Jadi gak mau beliin, nih?"

"Be–beli aja, Ma," ucap Yusuf dengan pasrah. Memang uang tabungannya tidak sedikit, jika di belikan sesuatu mungkin bisa untuk beli puluhan mobil sport dengan harga miliaran, membangun hotel bintang lima pun bisa ia lakukan. 

"Mana uangnya?" 

"Kan, Mama yang simpan semua kartu ATM sama kartu kredit Papa," seru Yusuf. Willia menepuk jidat pelan. Ia lupa, jika sudah mengamankan benda berharga itu. Semenjak ia diberitahu sang ibu untuk antisipasi takut-takut ada pelakor yang tiba-tiba datang dan menguras harta Yusuf.

"Gak sayang uangnya, Ma?" tanya Yusuf pelan. Ia merasa sayang saja uang sebesar itu hanya untuk sebuah cincin. Bukan apa-apa, Willia kadang teledor, bulan lalu saja gelang kaki yang dipakai Wilia dengan harga 1 M itu hilang saat mereka tengah bermain di pantai.

"Kenapa? Papa lebih sayang uangnya daripada Mama?"

"Nggak, Ma. Ya udah, cepet beli sana. Tapi Mama jangan marah lagi, ya?" bujuk Yusuf.

"Hmm …." Willia kini tengah memesan cincin yang ia inginkan. Sebenarnya bisa saja ia langsung membeli cincin itu, tapi ia masih menghargai Yusuf sebagai suami. Makanya ia selalu izin untuk membeli sesuatu.

***

Mendengar suara bel berbunyi membuat Wilia langsung meraih kerudung instan dari lemarinya.

"Siapa yang bertamu pagi-pagi begini," gerutu Wilia. Ia sedang menyiapkan baju kerja untuk suaminya tadi.

Di rumah besar itu memang hanya Willia, Yusuf dan kedua putrinya yang yang tinggal. Tidak ada pembantu atau semacamnya. Di rumah itu lebih menggunakan alat-alat canggih seperti mesin cuci piring, alat untuk membersihkan lantai yang bisa berjalan menggunakan sensor. Jangan lupa smart lock yang di pakai di rumah besar itu. Hanya orang yang memiliki kartu khusus yang bisa masuk atau langsung menggunakan sidik jari sang empunya rumah. Ia membuka gerbang lewat layar datar yang terpasang di sebelah pintu depan.

"Mbak Wil …." 

Baru saja pintu terbuka, gadis itu berhambur memeluk Willia dengan erat.

"Raysa, kapan pulang dari Aussie? kok gak bilang-bilang?" tanya Willia pada adik iparnya itu. Raysa memang kuliah di luar negeri. Ia mengambil S2 di sana.

Mereka berbicara tanpa memperdulikan lelaki yang berdiri mematung memperhatikan mereka. Tidak! Bukan mereka, lebih tepatnya Willia, lelaki itu bahkan lupa berkedip saat melihat sosok mahluk Tuhan paling menawan. Bahkan saat Willia tidak menggunakan riasan wajah pun lelaki itu terpesona.

"Oh ya … Mbak, kenalin ini Niko, pacarku."

"Nik … Niko! Malah ngelamun," tegur Raysa sambil menyenggol lengah lelaki itu dan langsung membuatnya tersadar.

"Hai, Mbak," sapa Niko dengan ramah. Willia hanya membalas dengan senyum ramahnya yang sukses membuat jantung lelaki itu berdebar hebat.

"Masuk yuk! kebetulan Mas Yusuf juga belum berangkat kerja."

"Kalau mau minum ambil sendiri aja ya, Sa. Mbak mau urusin dulu si kembar yang belum mandi," tuturnya langsung berlalu memasuki kamar kedua anaknya. Netra lelaki itu masih tertuju pada Willia sampai wanita itu hilang ditelan pintu kamar.

"Kamu mau minum apa, Yank?" tanya Raysa.

"Teh aja," balasnya singkat. Netra lelaki itu menyapu mengelilingi ruangan itu. Sebuah foto keluarga yang terpajang di dinding ruang keluarga membuat Niko berdecak kagum.

"Anak-anaknya juga sama cantiknya," gumamnya pelan.

"Kamu ngomong sesuatu?" tanya Raysa yang baru saja datang dari dapur dengan dua cangkir teh di tangannya.

"Nggak. Ponakan kamu cantik-cantik, ya," ungkapnya.

"Nanti kita bakal ajakin mereka jalan-jalan, aku juga udah kangen banget sama mereka," tutur Raysa.

Tak lama Yusuf datang dengan pakaian yang sudah rapi. 

"Kalau tau kamu hari ini pulang Abang pasti tunda meetingnya," seru Yusuf sebelum memeluk singkat adik satu-satunya itu.

"Aku sebulan liburnya, Bang. Jadi gak usah pake tunda meeting segala," balas Raysa sambil tertawa kecil.

Yusuf berjalan keluar setelah berkenalan singkat dengan Niko. Willia berlari kecil dari kamar anak-anaknya untuk mengantar suaminya sampai depan rumah.

"Jangan lupa, ya. Nanti siang orang dari tempat kursus datang ke sini," tutur Yusuf sebelum pintu mobil itu tertutup rapat.

Willia kembali masuk, ia tadi meninggalkan si kembar yang belum disisir rambutnya karena terburu-buru untuk mengantar Yusuf sampai depan rumah. Selesai mengurus anak-anak, Raysa langsung meminta izin untuk mengajak Zenaira dan Zunaira jalan-jalan.

"Pulangnya jangan sore-sore, ya. Cantik-cantiknya Mama jangan nakal, oke," seru Wilia lalu mengecup bergantian pipi kedua putrinya.

"Iya … Ma," jawab mereka dengan kompak.

Siang hari telat pukul satu seorang wanita yang mengaku dari tempat kursus makeup datang. Willia memastikan pada suaminya agar ia tidak salah. Perempuan muda kisaran umur 20 tahunan itu dengan ramah memperkenalkan diri.

"Gini ya, Mbak. Gak usah capek-capek ngajarin saya, soalnya saya juga gak terlalu suka pake makeup," ungkap Wilia.

"Tapi, nanti–"

"Tenang aja. Kamu tetep saya bayar kok, yang penting jangan bilang ke suami saya soal ini, ya!" potong Wilia yang langsung dijawab anggukan oleh wanita itu.

"Mbak juga sebenarnya gak terlalu membutuhkan makeup, soalnya struktur wajahnya udah pas gitu meskipun polosan kayak gini, tapi cantiknya tuh alami," tutur perempuan bernama Tesa itu kagum.

"Masa sih? Padahal saya udah kepala tiga loh, gak ada keliatan keriput di wajah saya?" seru Wilia.

"Saya kira tadi Mbaknya umur 20an kaya saya," balasnya sambil terkekeh. Akhirnya mereka berbincang ringan dan mengabaikan kursus yang seharusnya dilakukan.

Menikmati makanan ringan dan jus yang segar, dua jam berlalu akhirnya perempuan itu pamit karena jam kursusnya sudah selesai.

"Bikin repot aja, harus kursus segala. Mending aku jalan-jalan," sungut Wilia.

Bersambung ….

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istriku Yang Buluk Menjadi Rebutan   FIRASAT YANG TAK SALAH

    ISTRIKU YANG BULUK MENJADI REBUTAN“Maaf ....”Willia mengernyit. “Kenapa maaf? Mama nanya bukan suruh Papa minta maaf.”“Hm ... tadi Kartika-”“Jangan bilang tadi Papa sama Kartika pelukan?” tuding Willia lalu mendorong tubuh suaminya itu menjauh.Yusuf dengan cepat menggelengkan kepalanya. “Nggak, Ma. Papa sama Kartik nggak pelukan kok,” sangkalnya.“Terus apa?”“Kartika yang peluk Papa.” Akhirnya Yusuf jujur daripada nantinya Willia semakin marah jika tahu Yusuf berbohong.Mata Willia membulat. “Oh jadi gitu ya Papa di belakang Mama.”“Jangan salah paham dulu dong, Ma. Mungkin karena Kartika kaget terus masih ketakutan jadi dia refleks peluk Papa.”Willia mencebik. “Terus kalau yang deket dia orang gil* dia juga bakalan mau peluk gitu? Nggak! Nggak bakalan, itu mah emang dianya aja yang kegatelan. Udah punya suami masih aja nempel-nempel ke suami orang.”Jika Willia sudah seperti ini, melakukan pembelaan pun tidak akan mungkin bisa. Yusuf hanya membiarkan istrinya itu terus bicara

  • Istriku Yang Buluk Menjadi Rebutan   Cemburu Membawa Sengsara

    ISTRIKU YANG BULUK MENJADI REBUTANYusuf menepuk pundak Kartika lalu mendorong wanita itu agar pelukannya terlepas, meski sedang sedih namun Kartika tidak pantas melakukan seperti itu. Memeluk lelaki yang statusnya sebagai suami orang.“Ma-af, Bang,” sesal Kartika, ia mengusap bekas air matanya sambil menunduk.“Nggak apa-apa. Minum dulu.” Yusuf memberikan gelas berisi air putih pada Kartika.Yusuf juga memaklumi ia tidak berpikir buruk jika Kartika sengaja melakukan ini, situasi yang terjadi memang membuat Kartika sampai melakukan itu apalagi ia baru saja mengalami kecelakaan. Yusuf memilih untuk duduk di sofa yang sedikit berjarak dari tempat Kartika sekarang berbaring, wanita itu sudah lebih tenang.Mengingat pesan istrinya tadi, Yusuf langsung memberitahu pada Willia jika ia masih menunggu dokter yang melakukan penanganan pada Robby. Yusuf juga mengatakan jika kondisi Kartika hanya luka di bagian tangan dan kaki saja selebihnya Kartika baik-baik saja. Dokter juga tadi sudah menjel

  • Istriku Yang Buluk Menjadi Rebutan   KETAKUTAN WILLIA

    ISTRIKU YANG BULUK MENJADI REBUTAN“Gue pengen malam pertama gue sama dia itu berkesan. Gue bahkan masih ragu, dia itu bener-bener cinta ke gue atau nggak ya?”Yusuf mengedikkan bahunya. “Mungkin dia kasihan lihat lo yang kayak bujang lapuk makanya lo diterima,” cibri Yusuf.“Si*lan lo! Gue nggak semenyedihkan itu kali! Masih banyak cewek yang ngantri mau gue kawinin.”Kalau masih banyak yang ngantri ya lo embat aja semua,” celetuk Yusuf.“Jangan salah ya, gue itu cowok setia. Nggak bakalan gue main dibelakang istri gue.”“Nggak main di belakang tapi main di depan,” ledek Yusuf dengan gelak tawanya yang keluar.Robby mencebik, tidak akan ada habis-habisnya jika bicara dengan Yusuf, yang ada malah menghabiskan masa muda saja. Robby benar-benar ingin membuat istrinya itu nyaman, sebenarnya ia bisa saja menyentuh Kartika saat malam pertama mereka namun ia menahan diri. Tidak ingin Kartika memandangnya sebagai lelaki bajingan padahal sebenarnya mereka sudah sah, sudah halal jadi tidak ada

  • Istriku Yang Buluk Menjadi Rebutan   Memulai Kembali

    Istriku Yang Buluk Menjadi Rebutan"Kartika 'kan udah nikah sama Bang Robby, kenapa dia masih kerja di kantor Papa?" tanya Willia dengan memasang wajah kesal.Yusuf menahan senyum melihat tingkah istrinya itu. "Kenapa masih cemburu aja sih, Ma? Mama 'kan udah lihat sendiri kemarin Robby sama Kartika menikah," ujar Yusuf."Siapa yang cemburu sih!" sangkal Willia, ia menjatuhkan bobot tubuhnya di samping Yusuf yang kini mengalihkan pandangan pada layar laptop.Lama, Wiliia menunggu suaminya kembali buka suara. Bukan tidak peka dengan keinginan istrinya itu, Yusuf memang sengaja ingin melihat wajah kesal wanita yang sudah memberikannya tiga orang anak itu. Kini Willia duduk dan memunggungi Yusuf, tanpa diketahui olehnya Yusuf menutup laptop dan menggeser duduknya tangan lelaki itu melingkar dengan erat di perut sang istri. Mendapatkan perlakuan begitu dengan tiba-tiba tentu Willia kaget tapi ia mencoba bersikap biasa saja dan meminta Yusuf melepaskan tangannya."Kalau mau kerja ya kerja

  • Istriku Yang Buluk Menjadi Rebutan   POV Yusuf

    LISTRIKU YANG BULUK MENJADI REBUTANPOV YUSUFHati ini teriris saat melihat Raysa duduk menghadap jendela dengan tatapan kosong, aku beralih menatap ibu yang kini mengusap cairan di ujung matanya. Aku bisa merasakan betapa hancur hatinya melihat Raysa seperti ini. “Ibu istirahat, ya. Biar Yusuf yang jaga Raysa,” pintaku.Tidak tega rasanya melihat wajah ibu yang kini memucat, ia pasti sangat tertekan dengan semua ini. Kantung hitam di bawah matanya terlihat sangat jelas, menandakan jika ia kesulitan untuk tidur. Sebenarnya pilihan berat untukku antara mendampingi Willia dan menemui Raysa. Mereka sama pentingnya untukku. Beruntung karena Willia sangat pengertian, ia merelakan jika suaminya harus pergi untuk mengurus Raysa disini.Aku sudah mengabarinya setelah sampai di rumah ini beberapa saat lalu. Dalam kondisinya yang sangat membutuhkan kehadiranku, ia masih sempat menguatkan aku untuk bisa sabar menghadapi cobaan ini. Willia memang istri idaman. Aku memang salah pernah tidak mengh

  • Istriku Yang Buluk Menjadi Rebutan   KEBAHAGIAAN DAN KESEDIHAN

    ISTRIKU YANG BULUK MENJADI REBUTANPOV AUTHORHari demi hari berlalu, Willia masih merasakan hampa karena belum bisa bertemu langsung dengan Raysa. Hanya lewat Halima, Willia bisa mengetahui keadaan Raysa. Gadis itu selalu menolak untuk berbicara dengan Willia atau pun Yusuf.Raysa yang ceria kini menjadi pendiam, dia tidak akan pernah bicara jika tidak di tanya. Yusuf dan Willia berencana untuk mengunjungi Raysa setelah Willia melahirkan.Tinggal menghitung hari Willia melahirkan buah cintanya. Zenaira dan Zunaira memiliki pengasuh sendiri-sendiri jadi Willia tidak terlalu repot, hanya saja mereka jadi lebih manja dan selalu ingin tidur bersama Willia.Kedua babysitter itu tinggal di rumah itu juga karena kondisi Willia yang tidak memungkinkan untuk mengurus anak-anaknya lagi.Mega yang membawa mereka, Willia tidak akan mencemaskan apapun karena Mega sudah menyelidiki lebih dulu mengenai kedua pengasuh si kembar.Yusuf tidak pernah lagi berangkat ke kantor, dia mengerjakan semua peke

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status