Alleya terpaksa mengijinkan Aditya ikut dalam acara joggingnya minggu ini. Niat hati ingin nongkrongin tetangga ujung blok, malah ia harus kembali melakukan penyamaran karena kedatangan Aditya yang tiba-tiba.
Sebenarnya ia ingin meninggalkan Aditya yang masih syok, karena terkejut melihat dirinya yang menggunakan masker tepung. Akan tetapi, Rita, sang mama, memaksa agar dirinya menunggu Aditya, dan mengajak calon mantunya itu ikut berjogging bersama.
Ditengah rasa kesalnya, Alleya mendadak senyum-senyum dan tertawa sendiri. Bayangan wajah Aditya yang begitu terkejut saat melihat wajah putihnya, terus membayang di benaknya. Dia benar-benar tidak menyangka, jika pria sok tampan di depannya ini, ternyata seorang yang penakut.
Merasa dirinya menjadi bahan tertawaan oleh Alleya, Aditya langsung memutar badannya menatap Alleya dingin.
"Puas tert
Aditya sedang mengantri tiket menonton bioskop yang mulai mengular sejak dirinya bergabung dalam barisan antrian. Sedangkan Alleya duduk manis menunggu sang kekasih yang sedang berjuang mendapatkan tiket untuk mereka berdua. Antrian segini banyak, kapan filmnya akan mulai diputar, rutuk Aditya yang berdirinya mulai gelisah. Alleya mengetuk-ketukkan ujung ponselnya ke keningnya. Ia sedang memikirkan, dari sekian banyak rencana yang ia dapat dari Nia, mana yang akan ia praktekkan hari ini. Kesempatan terbuka lebar tapi dirinya justru belum siap mengeksekusi salah satu dari sekian banyak rencana yang sudah ia dapatkan dari asisten tokonya. Lihat saja, aku akan membuatmu mundur teratur, hingga akhirnya membatalkan rencana perjodohan mereka. Alleya terkekeh-kekeh sendiri membayangkan hal itu, membuat Aditya yang masih mengantri dan melihat Alleya, menatapnya tajam tanpa berkedip. Su
"Mama...!" panggil Alleya pagi itu. Rita yang sedang sibuk mencabuti rumput yang mengganggu beberapa tanaman hias kesayangannya, menengok ke belakang mencari bayangan putrinya. "Ada apa? Pagi-pagi kok sudah berteriak-teriak mengejutkan orang." Rita melihat putrinya yang berjalan ke arahnya, tampak sedang kebingungan. "Mama, lihat topeng Al tidak?" Alleya gusar setengah mati. Ia sama sekali tidak menemukan topengnya, padahal satu jam lagi si balok es akan datang menjemputnya. "Lah, semalam Al taruh di mana? Mama nggak lihat. Bukannya Al melepasnya di kamar mandi kamar Al?" Rita meletakkan rumput-rumput hasil berkebunnya ke tong sampah. "Iya, semalam Al taruh di washtafel kamar mandi, tapi kok sekarang tidak ada," gumam Alleya. "Coba dicari sekali lagi. Jangan-jangan sudah Al simpan di laci tapi Al lupa." Rita mengajak
Rita bergegas masuk kembali ke kamar Alleya. Ia mencari topeng yang menurut Alleya, semalam ia letakkan di washtafel kamar mandi. Seluruh sudut ruang dalam kamar Alleya ia periksa, lemari ia buka, tumpukan buku-buku pun tidak luput dari sasarannya, namun hasilnya nihil. Satu jam lebih dirinya mencari tapi tak kunjung menemukan topeng itu. Rita terduduk di sisi pembaringan Alleya. Ia sekali lagi mengedarkan pandangannya ke seluruh sisi ruang, mungkin saja ada bagian yang terlewatkan, tetapi tetap saja hasilnya nihil. Dengan berat hati, Rita keluar dan menutup kembali kamar Alleya. Ia tidak dapat membayangkan betapa kecewa Alleya, saat putrinya itu tahu, jika dirinya tidak berhasil menemukan topeng buruk rupa yang dimaksud. Suara mesin mobil dimatikan tertangkap oleh indera dengar Rita, yang kemudian melangkah cepat mendekat ke garasi. Dilihatnya Alleya keluar dari mobil dengan wajah kuyu dan tidak
Alleya sedang asyik membaca novel online di platform kesayangannya, mengalihkan pikirannya sebentar dari permasalah topeng buruk rupanya. Sejak sebulan terakhir, ia sudah jarang menonton drakor oppa-oppa dan beralih ke novel online, yang ternyata tidak kalah seru. Sudah dua minggu ini,ia sedang gandrung membaca novel bertema horor. Namun, bukan berarti Alleya ini berani membacanya di setiap waktu. Ia hanya berani membaca saat matahari sudah menampakkan sinarnya hingga matahari sudah mulai beranjak menuju ke peraduannya, pun saat ia sedang berada di lingkungan yang ramai alih-alih sepi. Mana berani Alleya membaca saat sore datang menyapa, apalagi tengah malam. Apalagi, Alleya hanya sendirian di rumah besar itu bersama mama dan papanya. Bagaimana soal topengnya yang hilang? Karena kelelahan, akhirnya Alleya, yang tadi sedang membaca novel online, jatuh terti
Aditya memandangi wajah Alleya yang bengkak di beberapa bagian. Jujur, Aditya merasa merinding. Mengapa bisa bengkak mengerikan seperti ini? "Apa yang terjadi dengan wajahmu?" ulang Aditya, tanpa mengalihkan tatapannya dari wajah Alleya. Alleya terkekeh dalam hati, melihat ekspresi Aditya yang tampak begitu terkejut dengan wajahnya saat ini. "Kau punya alergi? Udang, kepiting, cumi-cumi? Semua yang berasal dari laut?" Aditya menyebutkan aneka seafood yang biasanya menimbulkan reaksi alergi bagi beberapa orang. Alleya menggelengkan kepalanya, tapi dalam hati. Mana sanggup ia mengatakan iya, sedangkan semua yang disebutkan Aditya adalah salah satu makanan favoritnya. Iahanya diam, tidak mengatakan apa pun untuk menjawab pertanyaan Aditya. "Sudah ke dokter belum?" tanya Aditya dengan suara yang lebih rend
"Aaaaaaa!!!" Teriakan Alleya terdengar hingga ruang keluarga, membuat Rita sedikit berjingkat. Wanita paruh baya itu melangkah cepat, menaiki anak tangga dengan tergesa, sedikit berlari kecil menuju kamar putri semata wayangnya. "Ada apa, Al?" teriak Rita setengah panik, takut sesuatu sudah menimpa putrinya. Ia berjalan masuk terus lurus mencapai kamar mandi. Ia melihat Alleya tengah memegang sesuatu seperti topeng. Alleya menoleh ke arah Rita, lalu tersenyum sambil menyengir hingga tampak deretan gigi putihnya. Rita menatap curiga Alleya, lalu berjalan mendekat. "Nggak ada apa-apa, Ma. Tadi Alleya mencoba pakai topeng yang Al beli toko kemarin, ternyata jatuhnya di wajah Al sangat menyeramkan. Al tidak bisa membayangkan apa yang akan dikatakan Aditya jika calon mantu Mama itu melihat wajah Al yang mengenakan topeng itu.
Alleya tersenyum-senyum sendiri di depan cermin, mengingat kejadian empat hari yang lalu, saat dirinya salah memakai topeng yang ia beli kedua kalinya, topeng penuh dengan bekas luka bakar. Betapa bodoh dan cerobohnya dirinya, hingga tidak memeriksa dulu topeng yang ia pakai. Untung saja si Balok Es tidak menyadari perbedaan yang sebenarnya tampak begitu mencolok. Mengompres dengan air hangat, menggelembung seperti ada cairan di dalamnya. Alleya mengingat-ingat pesan terakhir Aditya malam itu. Balok es yang polos, Alleya terkekeh. Gadis itu kembali mengenakan topeng buruknya yang pertama. Drama alerginya sudah berakhir sejak empat hari yang lalu, dan topeng pemberian Ryan sudah ia simpan rapat dalam kotak khusus, yang ia letakkan di atas lemari. Hari ini, Alleya berangkat lebih pagi dari kemarin karena telpon Aditya yang mendadak, memintanya menemani pengacara muda itu untuk sarapan p
Alleya mengutak-atik ponselnya. Mencari aplikasi yang sekiranya bisa menunjang rencananya. Rencana? Ya. Mulai hari ini, Alleya akan mempraktekkan sekian banyak jurus yang ia peroleh dari Nia, asistennya. Jurus untuk mematahkan pertahanan Aditya, hingga akhirnya ia menyerah dan mundur dari perjodohan ini. Senyum jahil tersungging di sudut bibir Alleya. Kamu memang tampan, Aditya Reksa Wardana. Tapi sayang seribu sayang, kepribadianmu belum cukup menunjang untuk menjadi pasangan sejatiku, Alleya Riska Mentari. Aku akan memaksamu membuat sebuah keputusan sulit dalam hidupmu, karena ini menyangkut hidup dan matimu. Tsk, decih Alleya dalam hati. Memprotes dialog yang ia rancang sendiri. Terlalu drama. Mari dibuat mudah saja. Membuatmu mundur dari perjodohan ini. Mungkin itu lebih tepat dan ringkas. Sebuah skenario terancang sempurna di dalam benak Alleya, dan gadis itu tampak sangat bersemangat untuk mem