Share

Mengenal Sang Leader

Pada saat pemilihan nomor urut yang akan kulihat karakternya, mereka tidak satupun mengatakannya padaku. Katanya, curang kalau bersiap-siap lebih dulu. Jadi, mereka ingin aku juga menilai karakter mereka tanpa mengetahui lebih dulu siapa orangnya.

Pagi ini, Sang Leader menghubungi ponselku dan mengatakan akan ada supir yang akan menjemputku ke dorm. Aku pun langsung tahu bahwa Mas Joni mendapatkan urutan pertama. Benar juga, aku tidak punya banyak waktu untuk menyiapkan apapun dan hanya membawa satu buku dan alat tulis untuk mencatat hal yang penting.

“Selamat datang di rumahku!” kata Mas Joni menyambutku di depan pintu rumahnya.

“Wah, ini baru pertama kalinya aku masuk ke rumah seorang pria muda secara pribadi!” jawabku.

“Aku tidak tahu harus menemuimu di mana karena katanya Mbak Sheyki tidak mau dipublikasi. Jadi, sejauh ini, rumahku adalah tempat aman!” katanya.

“It’s ok! Sesuai keinginan kalian juga, aku tidak menyiapkan apapun! Aku hanya ingin tahu karakter kalian secara real!” jawabku mencoba profesional.

“Kalau begitu, apa yang akan kita lakukan sekarang?” tanya dia karena suasana sedang sunyi.

Dia benar-benar tidak mengijinkan banyak orang yang mengetahuiku. Bahkan pekerja di rumahnya, dia suruh pulang dan hanya kami berdua di dalam rumah, sedangkan di luar hanya ada satpam dan supir saja.

“Agar tidak kaku, bagaimana kalau dimulai dengan sarapan? Kebetulan aku belum sarapan dan aku tamu di sini!” jawabku.

“Ah, benar! Tapi, di sini sedang tidak ada yang memasak dan aku tidak bisa memasak!” jawabnya.

“Mas mau makan apa?” tanyaku seolah aku akan memasak untuknya.

“Aku punya menu sarapan lengkap, tapi sekarang aku tidak tahu akan makan apa!” jawabnya.

“Kalau begitu mari kita jangan sampai jam makan siang di sini karena kalau sampai siang kita tidak makan, aku tidak akan kuat bangun lagi! sementara mari kita membuat sandwich saja!” jawabku bergegas ke dapurnya.

“Kita?” tanya dia seperti aneh mendengar kata itu.

“Kita yang akan makan kan? Tentu kita harus membuatnya bersama!” jawabku.

Mas Joni tersenyum dan mengambil bahan-bahannya sesuai dengan kemauanku.

“Kamu jangan kaget ya, kalau tanganku sedikit membuat kegaduhan di sini!” katanya.

“Selama tidak membahayakan nyawa, aku masih tidak akan kaget” jawabku bercanda sambil membantunya membuat sarapan.

Jadi, bisa dibilang dalam tugas pertama membuat sarapan, aku yang lebih dominan dalam mengerjakannya dibandingkan Mas Joni. Sarapan jadi, dia membawaku ke meja makan dan makan bersama di meja yang terlalu panjang untuk ukuran dua orang. Dia duduk di ujung dan aku duduk tepat di kursi sebelahnya.

“Akhirnya ada seorang wanita yang duduk di kursi itu!” jawabnya.

“Memang harusnya ini tempat siapa?” tanyaku benar-benar bingung.

“Kamu bertanya karena sengaja atau memang tidak tahu?” tanya dia seolah memberi tebak-tebakan padaku.

“Tidak tahu! Aku tidak punya meja makan sepanjang ini di rumah!” jawabku santai.

Dia tidak memberitahuku dan melanjutkan makannya.

“Aku suka buku, kalau kamu suka membaca, aku akan membawamu ke perpustakaan mini punyaku!” katanya selesai menghabiskan sarapannya.

“Suka banget! Oke! Ayo!” jawabku dengan semangat.

Dia mengantarku masuk ke dalam tempat yang dia sebut mini yang ternyata tempatna lebih luas daripada kamarku yang di rumah.

“Wah, banyak sekali!” kataku kagum melihat tempatnya yang sangat nyaman untuk membaca.

“Karena aku lulusan management jadi kebanyakan buku di sini tentang perekonomian! Karena Mbak Sheyki lulusan sastra jadi aku tidak punya banyak buku tentang sastra!” jawabnya.

“Aku lulusan biologi!” jawabku singkat.

“Hah? yang bener?” tanya dia tidak percaya.

“Aku tidak bisa banyak membuktikan, tapi yang faktanya itu benar!” jawabku.

Dia tidak percaya padaku lalu mengambil smart phone-nya untuk mengujiku dengan beberapa pertanyaan. Beruntungnya, pertanyaan yang dia berikan masih tergolong dasar sehingga aku masih bisa menjawab dengan benar dan dia kagum dengan kemampuanku.

“Lalu kenapa kamu bisa berlari meninggalkannya?” tanya dia justru penasaran denganku.

“Emm...mudahnya, sama seperti Mas Joni! Lulusan management malah jadi penyanyi!” jawabku santai.

“Yah, benar juga sih! Kita tidak tahu akan jadi seperti apa di masa depan! Aku juga tidak mengira akan jadi seperti ini. Aku bahkan bersyukur masih hidup sampai di titik sekarang!” katanya.

“Akan jadi seperti apa ya kira-kira kalau seorang Mas Joni tidak jadi penyanyi?” tanyaku menerka-nerka.

“Mungkin aku akan jadi pengusaha!” jawabnya simple.

“Wow, jadi itu kah keinginanmu, Mas?” kataku terpukau dengan impian.

“Ya, itu dulu! Kalau sekarang, i wanna be dad!” jawabnya serius.

“Wah!” kataku yang hanya bisa kaget dan tepuk tangan atas keinginannya yang sederhana tapi sangat berkmakna.

Dia melanjutkan bercerita tentang masa kecilnya yang telah melewati banyak rintangan karena penyakitnya. Pada intinya, dia yang sekarang adalah dia yang hebat yang mampu bertahan dan menang melawan penyakitnya.

“Bagaimana dengan menjadi leader? Susah atau malah menyenangkan?” tanyaku penasaran.

“Menjadi leader itu jelas bukan suatu keuntungan, justru memikul tanggung jawab yang berat. Akan tetapi, bersama mereka, aku menjadi senang!” jawabnya.

“Keuntungan dong, Mas jadi lancar public speaking, jadi lebih paham arti bertanggung jawab, dan latihan memikul beban berat! Itu semua pelajaran hidup! Aku juga pernah kok jadi leader di organisasi dan itu memang tidak mudah! Tapi, berkat itu aku jadi bisa seperti sekarang!” kataku yang juga memberikan pengalamanku untuknya.

Sejenak dia menatapku dengan sangat dalam dan membuat ruangan menjadi semakin sepi.

“Kenapa? Ada yang salah kah?” tanyaku mencoba memecahkan keheningan.

“Benar, sepertinya ada yang salah denganmu! Kamu seperti tidak ada pikiran negatif ya, semua kamu tanggapi dengan positif” katanya seolah itu sebuah keanehan.

“Ya, terus aku harus gimana? Menceramahimu? Marah-marah karena Mas tukang ngerusak barang gitu?” jawabku bercanda.

“Mereka berenam akan sangat marah kalau aku membuat onar seperti merusakkan barang, tetapi dihadapanmu seolah itu bukan masalah” katanya masih keheranan.

“Mungkin kalau aku sekarang tetap jadi peneliti dan mengajakmu masuk ke dalam laboratorium lalu membuat onar, aku akan marah!” jawabku mengiyakan.

“Haha, karena alat-alatnya sangat mahal?” tanya dia meledek.

“Karena berbahaya bagi tubuhmu! Keselamatan diri yang utama!” jawabku serius.

“Sekalipun misalnya aku bukan seorang penyanyi terkenal, akankah kamu marah jika membawaku ke dalam laboratorium lalu membuat onar?” tanya dia seolah memastikan kebenarannya.

“Tentu! Aku tidak ingin siapapun yang masuk ke dalam laboratorium celaka! Jadi, sebisa mungkin aku harus mengawasinya sebelum terjadi onar!” jawabku.

Dia tiba-tiba terdiam lagi lalu menarik napas panjang seolah dia mendapatkan jawaban yang sesuai dari jawabanku.

Tok...tok...tok

Suara pintu yang diketok dari luar menghampiri keheningan kita. Sepertinya waktu berjalan cepat sampai tidak terasa kita sudah berada di dalam perpustakaan sampai jam makan siang. Mas Joni memesankan makanan untukku dan itu cukup banyak.

“Kenapa banyak sekali?” tanyaku kaget.

“Karena aku tidak tahu apa makanan kesukaanmu, jadi kupesan saja beberapa macam!” jawabnya.

“Kalau begitu, bolehkah meminta mereka datang bermain di sini juga? Tidak mungkin makanan segini banyak akan kita habiskan kan?” tanyaku.

Dia pun setuju dan akhirnya meminta member lainnya datang juga ke rumahnya. Seketika rumah yang hening, menjadi ramai karena kehadiran mereka semua.

“Tumben ini rumah sepi?” tanya Mas Habi yang pertama masuk.

“Ya, kan memang aku tinggal sendirian!” jawab Mas Joni santai.

“Jangan bilang kalian hanya berdua?” tanya Vino.

“Kalau begitu, nanti aku mau menginap di dorm!” jawab Juki dengan raut wajah lugunya.

“Heeeh!” kata para member yang lain menentangnya karena di sana hanya aku sendirian.

“Apakah besok giliranmu? Kalau iya, kamu boleh menginap di sana!” jawabku mengiyakan.

“Besok giliranku!” kata Mas Habi mengakui.

Aku masih tidak bisa mengenal mereka hanya dengan pertemuan singkat begini, tapi aku harus segera memikirkan naskahnya mengingat waktuku yang tidak banyak. Aku hanya tidak ingin terlena hanya karena dekat dengan mereka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status