ホーム / Rumah Tangga / Izinkan Aku Kembali / Kekhawatiran Seorang Ibu

共有

Kekhawatiran Seorang Ibu

作者: Nelda Friska
last update 最終更新日: 2022-03-23 14:43:18

"Jadi kamu yang menolong calon istri saya?"

"I-iya, Mas. Tadi aku kebetulan lewat dan melihat Mbak-nya terjatuh karena diserempet motor," terang Hanin berusaha bersikap sebiasa mungkin. Pria di depannya selalu menunjukkan wajah tidak suka, membuat Hanin sangat tidak nyaman.

"Terima kasih. Sekarang pergilah, kamu sudah tidak dibutuhkan di sini."

"Oh, iya. Kalau begitu, aku permisi."

Hanin menganggukkan kepala pada Adam, tetapi pria itu tidak menanggapinya sedikit pun. Dengan langkah tergesa, Hanin keluar dari rumah sakit menuju ke tempat kerja. Ia sudah bisa membayangkan kalau hari ini akan mendapat teguran karena keterlambatannya.

Benar saja, baru sampai ia langsung dipanggil ke ruang atasannya dan mendapat peringatan. Hanin masih bisa bernapas lega karena ia masih diizinkan untuk bekerja di sana, tidak sampai dipecat seperti apa yang ia takutkan.

Hanin kembali menekuni pekerjaannya dengan semangat. Meskipun sempat terpikir bagaimana kondisi Anggun sekarang, tetapi Hanin mencoba untuk tidak ambil pusing. Sudah ada Adam dan juga keluarga wanita itu yang pasti menjaganya.

🌺

"Ada lagi yang sakit?"

"Enggak, Mas. Sekarang sudah mendingan."

"Kalau begitu istirahat lah." Adam membenahi selimut yang menutupi kaki Anggun.

"Mas .... "

"Ya?" Alis Adam bertaut.

"Wanita yang menolongku tadi, dia masih ada di luar, 'kan? Aku belum sempat mengucapkan terima kasih padanya."

Adam terdiam sebentar, kemudian kepalanya menggeleng perlahan.

"Dia sudah pergi."

"Kok bisa? Aku ingin mengucapkan terima kasih sama dia, Mas. Kalau tidak ada wanita itu, mungkin aku enggak akan bisa sampai ke sini." sesal Anggun. Ia mengingat bagaimana Hanin yang sekuat tenaga membantunya dan meminta pertolongan pada yang lain.

"Pokoknya, kalau aku sudah bisa pulang, kita cari dia," imbuhnya.

"Iya, sekarang kamu jangan banyak berpikir dulu. Beruntung luka kamu hanya luka ringan, jadi tidak ada yang harus dikhawatirkan," timpal Adam. Ia kembali memeriksa tangan Anggun yang terdapat banyak luka gores akibat jatuh di atas aspal.

"Terus bagaimana dengan Silla? Siapa yang jemput dia?"

"Nanti Mas yang jemput. Kebetulan hari ini Mas praktek sore."

"Syukurlah. Kalau nanti dia tanya, jangan bilang aku di sini ya, Mas. Aku enggak mau dia nangis."

"Iya, kamu tenang saja. Mas tinggal dulu, ya, mau ngurus admisnistrasi. Papa sama Mama kamu sedang dalam perjalanan ke sini. Sebentar lagi mereka sampai."

"Terima kasih, Mas sudah perhatian sama aku."

"Ckk, tidak usah seperti itu. Kamu calon istriku, sudah seharusnya aku memperhatikan kamu."

Pipi Anggun memerah, hatinya membuncah bahagia karena pria yang sudah lama ia impikan untuk menjadi pendampingnya, kini berdiri nyata di hadapannya.

Adam keluar dari ruangan Anggun. Ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan. Masih ada waktu satu jam untuk menjemput Silla di sekolahnya.

🌺

Hanin meminta izin sebentar pada Tita untuk melihat ke sekolah Silla. Sejak tadi matanya tak henti melirik ke seberang sana tempat sang putri menuntut ilmu. Andai Anggun tidak mengalami kecelakaan, mungkin Hanin tidak akan gelisah karena biasanya, wanita itu yang menjemput Arsilla.

Namun saat ini, entah siapa yang akan menjemput putrinya karena Hanin belum melihat mobil yang terparkir di depan gerbang sekolah.

Dengan perasaan was-was, Hanin menyeberangi jalan menuju sekolah Arsilla. Ternyata dugaannya benar, ia melihat putrinya berdiri di depan gerbang ditemani satpam yang berjaga di sana.

Bergegas Hanin menghampiri sang putri yang wajahnya ditekuk dengan tangan yang saling bertaut. Kakinya digesek-gesekkan ke tanah pertanda sang putri sedang kesal.

"Hai anak manis, belum dijemput?"

Arsilla yang tadinya menunduk, kini mendongak hingga matanya beradu tatap dengan mata Hanin.

"Tante siapa?"

"Tante kerja di Restoran sana. Tadi lihat kamu berdiri di sini ditemani Pak Satpam. Kok belum pulang?" Hanin menunjuk Restoran tempatnya bekerja, kemudian kembali memandang sang putri yang masih terlihat murung.

"Mama Anggun belum jemput, biasanya kalau Silla pulang dia sudah ada di sini nungguin Silla," jawabnya dengan bibir yang bergetar.

"Terus Papa kamu?"

"Papa di rumah sakit, Tante."

"Ya sudah, Tante temani di sini, ya. Sampai ada yang jemput kamu."

"Makasih, Tante. Tapi ... enggak ngerepotin?"

"Enggak dong, Sayang. Malah Tante senang bisa ngobrol sama Silla."

Keduanya tersenyum lebar. Hanin mengajak Silla untuk duduk di bangku yang tersedia di dekat Pos Satpam. Mereka berbincang hangat sambil sesekali tertawa riang.

Tanpa Hanin sadari, seseorang tengah memperhatikan keduanya dari dalam mobil dengan pandangan yang sulit diartikan. Tangannya mencengkram stir kemudi dengan kuat saat melihat keakraban yang tercipta di antara ibu dan anak itu.

Bersambung.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Izinkan Aku Kembali   Akhir yang Bahagia

    Bunyi tembakan yang memekakan telinga membuat Hanin menjerit histeris dan menutup mata. Ia tidak sanggup kalau harus menyaksikan tubuh Adam yang terkena hantaman timah panas. Namun, Hanin merasa aneh karena Adam sama sekali tidak berteriak kesakitan. Pria itu justru makin mengeratkan pelukan pada tubuhnya."Cepat bawa dia ke mobil!"Suara asing yang terdengar, memaksa Hanin untuk membuka mata. Ia terhenyak saat melihat tiga orang polisi memapah tubuh Baskara yang berjalan pincang. Rupanya bukan Adam yang terkena tembakan, melainkan pria paruh baya itu."Mas gak papa?" tanya Hanin sambil memeriksa seluruh tubuh Adam."Mas baik-baik saja. Beruntung tadi sebelum ke sini Mas sempat menghubungi polisi dan akhirnya mereka datang tepat waktu. Kamu juga baik-baik saja kan? Mereka tidak sempat menyakiti kamu?""Aku juga baik-baik saja, Mas.""Syukurlah." Adam bernapas lega. "Sekarang kita pulang. Kasihan Silla yang menanyakan kamu terus."Hanin mengangguk setuju. Rasa lega dirasakan keduanya k

  • Izinkan Aku Kembali   Insiden

    Adam menjemput Arsilla yang ternyata sudah menunggu di depan gerbang bersama seorang satpam. Ia buru-buru menghampiri sang putri yang sepertinya sudah sangat kesal karena terlalu lama menunggu. Setelah mengucapkan terima kasih kepada satpam tersebut, Adam membawa Arsilla ke restoran tempat Tita bekerja untuk menanyakan perihal Hanin. Namun sayang, jawaban dari Tita membuat Adam kecewa. Tita sama sekali tidak tahu di mana Hanin. Adam makin cemas karena tidak tahu lagi harus ke mana lagi mencari sang mantan istri."Bunda ke mana, Yah? Kok gak jemput Silla?" tanya Arsilla ketika mereka dalam perjalanan ke rumah. "Bunda ada urusan sebentar. Makanya tadi dia nelepon ayah buat jemput kamu," jawab Adam terpaksa berbohong.Silla tidak lagi bertanya dan hal itu membuat Adam sedikit lega. Setelah mengantar putrinya pulang ke rumah, Adam kembali pergi untuk mencari keberadaan Hanin. Setiap ruas jalan ia susuri, pun ke kontrakan yang dulu ditempati sang mantan istri. Akan tetapi hasilnya tetap

  • Izinkan Aku Kembali   Penculikan Hanin

    Adam bergerak gelisah. Entah mengapa hatinya dirundung cemas semenjak Hanin dan Arsilla meninggalkan rumah. Ditambah, Sudah jam dua belas siang dan mereka belum kembali dari sekolah. Adam berulang kali mencoba menghubungi Hanin, tetapi ponsel mantan istrinya tidak aktif. Tidak biasanya Hanin seperti ini. Tidak mungkin jika hanya karena merasa kecewa padanya, Hanin sampai menonaktifkan ponselnya."Kamu kenapa, Dam? Sepertinya sedang gelisah?" Lestari muncul menghampiri sang Putra yang mondar mandir di ruang tamu."Sudah jam dua belas dan Hanin juga Silla belum pulang, Ma. Ponsel Hanin juga tidak aktif. Adam mengkhawatirkan mereka," jawabnya sembari terus mengotak-atik ponsel, berharap nomor Hanin telah aktif."Mungkin Hanin mengajak Silla ke suatu tempat dulu.""Enggak mungkin. Kalau pun iya, Hanin pasti minta izin dulu sama kita," ujar Adam sambil menghempaskan bobot tubuhnya di sofa.Lestari setuju dengan apa yang diucapkan putranya. Hanin memang biasanya meminta izin terlebih dahulu

  • Izinkan Aku Kembali   Sikap Adam berubah

    Hanin sudah selesai memasak untuk sarapan. Setelah menata makanan di meja makan, ibu dari Arsilla itu bergegas ke kamar sang putri untuk membangunkannya."Putri Bunda sudah bangun. Langsung mandi ya, Nak. Bunda tunggu di ruang makan, kita sarapan sama-sama.""Oke, Bunda!" Arsilla mengacungkan kedua jempol tangan sebelum memasuki kamar mandi. Hanin tersenyum geli melihat tingkah polah sang putri.Saat kembali ke meja makan, Hanin sempat berhenti melangkah ketika melihat Adam sudah duduk di sana. "Silla belum bangun?" tanya Adam saat melihat Hanin hanya berdiri tak jauh dari tempatnya duduk."Sudah. Sekarang lagi mandi.""Kalau Mama?""Mungkin sebentar lagi ke sini."Hanin hanya menjawab singkat setiap pertanyaan yang Adam lontarkan. Adam sendiri memahami perasaan Hanin yang mungkin masih kecewa karena perkataannya kemarin. Tak lama kemudian, Lestari datang sambil tersenyum melihat putra dan mantan menantunya sudah terlebih dahulu berada di sana."Belum dimulai sarapannya? Maaf ya, Mam

  • Izinkan Aku Kembali   Meninggalnya Anggun

    Baskara terkejut ketika mendengar teriakan Rima yang berasal dari ruang rawat putrinya. Bergegas ia masuk untuk mengetahui apa yang terjadi. Matanya terbelalak ketika melihat sang istri yang sedang mengguncang bahu Anggun yang sama sekali tidak bergerak."Ada apa ini?" Baskara bertanya dengan suara gemetar. Perasaannya dilanda was-was, takut terjadi sesuatu yang buruk pada putrinya."Anggun, Pa. Putri kita gak mau bangun. Mama sudah mencoba membangunkan dia Anggun diam saja," terang Rima sambil tergugu di samping tubuh sang putri."Kenapa tidak panggil Dokter?" Baskara bergegas melakukannya. Ia memanggil Dokter dengan sedikit berteriak karena panik."Bapak dan Ibu tenang dulu. Biar saya memeriksa kondisinya," ucap Dokter yang baru saja tiba di ruangan. Baskara dan Rima sedikit menyingkir untuk memberi ruang. Raut ketakutan sangat kentara terlihat dari wajah kedua orang tua Anggun."Bagaimana kondisi putri saya, Dok?"Dokter muda bername tag Randy menghela napas sambil menggelengkan k

  • Izinkan Aku Kembali   Perdebatan Di Rumah Sakit

    "Jangan coba-coba kabur, Adam!"Adam menghentikan langkah, begitu pun dengan Hanin dan Lestari. Mereka berbalik menghadap ke arah Baskara yang sudah naik pitam. Adam meninggalkan acara ijab qobul begitu saja dan Baskara tidak terima."Mau ke mana? Kalian mau coba-coba lari dan mengingkari janji?" tanya Baskara sambil menyeringai. "Kalau iya memangya kenapa?" tantang Lestari tanpa rasa takut."Nyonya Lestari, putra Anda sudah berjanji akan menikahi putri saya. Anda jangan ikut campur dengan mempengaruhi Adam agar membatalkan janjinya. Seharusnya Anda tahu bagi seorang laki-laki, yang dipegang adalah janji yang kami ucapkan. Apa Anda mau mengajarkan putra Anda untuk menjadi seorang pengecut?""Saya tidak pernah mengajarkan putra saya untuk menjadi seorang pengecut!" tukas Lestari dengan geram. "Justru Anda yang telah memaksa agar putra saya mau menuruti keinginan Anggun. Dengan dalih umurnya tidak akan lama lagi, hal itu Anda jadikan senja

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status