Share

Bab 5 Leona Hamil

Author: Iin Romita
last update Last Updated: 2024-05-13 13:50:51

Dari kejauhan, Elisa berdiri di sudut dinding, menatap mereka dengan menunjukan deretan gigi-giginya yang putih. Ia melihat wajah Leona mendadak sendu. Elisa tahu, ia pasti berpikir akan menjadi seorang ratu di rumah ini.

Assisten itu pergi meninggalkan pekerjaan untuk Leona, dan Leona dengan murah hati mengerjakan pekerjaan pembantunya itu. Elisa sangat geli melihat drama yang baru di mulai ini.

"Kamu harus tahu posisi kamu di rumah ini, Leona."

Tanpa sadar, Elisa menangkap pandangan ke arahnya. Buru-buru ia berjalan mendekati Leona.

Wajah Elisa yang sebelumnya senang berubah sedih. Ia merampas gagang pel dari tangannya. "Leona! Apa yang kamu lakukan?!"

Mencoba untuk iklhas. "Saya hanya membantu pekerjaan mereka, Nyonya. Sini, berikan pada saya, saya akan melanjutkan kembali!"

Berupaya agar Leona tetap melihatnya sebagai wanita yang baik, dan memperhatikannya. "Tidak. Kamu disini adalah istri dari Tuan Lucas. Kamu tidak sepantasnya melakukan pekerjaan pembantu."

"Jangan berkata demikian, Nyonya. Pekerjaan mereka, pekerjaan saya juga."

'Ya, bagus!! Kamu sudah pandai menempatkan diri Leona, tanpa aku ajari.' batin Elisa.

Elisa tidak tahu harus berkata apa lagi untuk mencegahnya. Sampai Leona merebut alat pembersih lantai itu dari tangan Elisa

"Maaf Nyonya, terimakasih atas perhatian Anda. Tapi saya senang kok melakukan pekerjaan ini. Lagi pula, saya tidak memiliki pekerjaan lain dirumah selain rebahan."

"Baiklah, jika itu kemauanmu. Aku tidak bisa menghalangi. Tapi aku pinta, kamu jangan terlalu lelah ya!

Leona tersenyum. "Baiklah Nyonya."

'Bagus! Teruslah memanggil Nyonya Elisa dan Tuan Lucas. Keberadaan mu disini hanya sebagai pembantu. Tidak lebih!'

Dengan sengaja ia menjatuhkan diri ke lantai, seolah-olah kakinya terpeleset lantai yang licin.

"Aduh!"

"Nyonya!?" Leona gegas membuang saja alat itu ke lantai. Dan berusaha membantu Elisa bangun.

Beberapa asisten yang mengetahui itu cepat membantu majikannya. "Apa yang terjadi Nyonya?!"

"Tidak apa-apa, saya hanya terpeleset."

"Maafkan saya, Nyonya. Semua ini karena kecerobohan saya." Beberapa asisten menatap Leona dengan wajah tidak senang. Jika tidak ada Elisa, mungkin mereka akan membalasnya. Mereka pun merasa sakit hati melihat madu Elisa tinggal satu rumah.

"Sudahlah, Leona. Kamu jangan menyalakan diri mu sendiri. Saya saja yang tidak berhati-hati." Elisa menunjukkan kepada mereka, begitu perhatian dan baiknya majikannya itu terhadap madunya.

Beberapa hari berlalu ... Leona tidak terlihat seperti seorang istri di rumah itu. Malam panjang; lebih sering ia lewati seorang diri.

Oek ...

Dari luar kamar yang terbuka, Elisa sempat mendengar suara Leona muntah-muntah dari dalam kamarnya.

Ia menerka jika wanita itu sudah menunjukkan tanda-tanda kehamilannya. Senyum mengembang Elisa terukir jelas. Keinginan untuk segera menggendong bayi akan segera terwujudkan. Meski bukan bayi yang tidak di kandung dalam rahimnya sendiri. Setidaknya, perhatian orang tua Lucas akan lebih terhadapnya.

"Elisa ... Bersiaplah menjadi seorang istri yang sempurna."

Wanita itu segera masuk untuk memastikan keadaan Leona. Ia tidak ingin jika terjadi sesuatu terhadap kehamilannya. Jika wanita itu benar-benar hamil.

"Leona? Apa yang terjadi? Kamu sakit?!" Ia bertanya penuh sandiwara.

"Saya tidak tahu Nyonya, tiba-tiba saja saya sering mengalami mual begini. Padahal saya tidak sakit atau sekedar masuk angin."

"Kamu beristirahatlah, saya akan menyuruh bibi membuatkan minuman hangat untukmu. Dan Dokter keluarga akan segera datang untuk memeriksa keadaan kamu."

Tidak lama kemudian, pria mengenakan kemeja batik dengan menenteng tas masuk keruang kamar Leona. Dialah dokter keluarga—yang di sebutkan Elisa. Meski ia tidak tahu siapa Leona, ia tetap akan bekerja profesional untuk keluarga tersebut.

Serangkaian pemeriksaan telah di lakukan, dan kini dokter memberikan satu kesimpulan yang membuat mereka tersenyum bahagia.

"Bagaimana dokter?! Apa yang terjadi pada Leona, saudara saya?!"

'Cihh!! Saudara. Terpaksa aku memanggilmu saudara, tidak ada sebutan lain yang pantas untukmu di sini.'

"Kabar bahagia untuk keluarga ini—"

"Apa itu Dokter?? Jangan membuat kami penasaran?!" tanya Elisa menghentikan dokter bicara.

"Selamat! Saudara Nyonya Elisa, hamil."

"Alhamdulillah ..." Keduanya mengucapkan syukur.

"Selamat ya Leona ..." ucap Elisa pada Leona yang duduk di tepi ranjang. Wajahnya sedikit pucat.

Entah ia harus senang atau sedih. Karena dari dulu ia menginginkan jika hamil; terus berada di sisi suami yang menyayanginya. Tapi ini? Gulir air mata tiba-tiba membasahi pipi.

Baik Elisa maupun dokter menatap Leona heran.

"Kenapa Anda menangis, Nyonya? Seharusnya Anda bahagia." Dokter memberikan pendapat.

"Saya menangis terharu, Dokter."

Kabar kehamilan Leona hanya Lucas dan asisten rumah tangga saja yang tahu.

Malam itu Lucas mendatangi kamar Leona. Tanpa ketuk pintu, pria itupun masuk saja tanpa perduli.

Melempar sebuah kertas yang berisi banyak penjelasan disana. Netra Leona tidak lepas dari coretan tanda tangan yang terdapat di ujung kanan bawah kertas.

Segera wanita itu mengambilnya. "Kertas apa ini, Tuan?"

"Kamu tidak buta 'kan? Baca sendiri!!"

"Silahkan duduk terlebih dahulu, Tuan."

"Tidak perlu," jawabnya sinis. Ia tetap berdiri dengan melipat tangan di dada.

Beberapa saat ia telah selesai membaca dengan cepat, hampir tenggorokannya tercekat. Ia tidak dapat menelan Saliva.

"Kamu sudah membaca semua? Tanpa terlewatkan, Leona?!" Lucas memperhatikan Leona meletakkan kertas itu dengan lemas diatas ranjang, ia menatap penuh iba ke arah Lucas.

"Apa ini, Tuan?! Tidak pernah ada perjanjian ini sebelumnya?!" ucap Leona dengan linangan airmata. Ia merasa ada jebakan untuknya.

"Kamu tidak usah menunjukkan sedihmu, Leona!! Kamu hanya wanita munafik, selamanya aku tidak akan tertipu dengan wajahmu yang kau bisa pasang berbagai drama."

"Apa maksud Anda? Saya tidak mengerti?"

"Sudahlah!! Kamu harus bisa merelakan bayi itu pada Elisa!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Izinkan Aku Mencintai Suamimu    Bab 45 Part Terakhir

    Tampak Lucas tersenyum, tanpa ke duanya tahu. 'Leona ... Aku akan segera menikahimu. Kita akan hidup bersama selamanya bersama buah hati kita,' batin Lucas. "Aku minta tinggalkan aku! Kumohon keluarlah, biarkan aku sendiri!!" suruhnya pada mereka berdua."Leona ... Maafkan aku, sungguh bukan ini sebenarnya keinginan ku. Namun, keadaan yang memaksa diriku untuk —""Sudahlah, Mas. Dari pada Tuan Lucas membawamu ke jeruji besi, lebih baik kamu berpisah denganku!"Leona sedih, karena tidak ada dari ke dua pria itu memprioritaskan nya. Sungguh, di dunia ini tidak ada yang benar-benar baik padanya.Sebelum Edo pergi, ia memegang tangan Leona. Sungguh Lucas tak ingin melihat mereka seperti itu. Tapi mungkin ini akan menjadi yang terakhir kali untuk itu. Ia pun membiarkan saja. Terdengar langkah kaki setelah pintu terbuka. Mereka melihat, seorang wanita datang. Ya, dia Leona, menggandeng seorang anak kecil, tak lain buah hati Leona, Vinc. Lucas kesal saja melihat wajah Elisa itu."Untuk apa

  • Izinkan Aku Mencintai Suamimu    Bab 44 Cerai dihari pernikahan

    "Rumah kamu nyaman, Mas. Bersih juga." Manik mata Leona mengedarkan pandangan ke segala sisi ruangan.Tidak ada satupun pakaian tergeletak di kursi atau di gantung. Bug!Terkejut, Edo mendorong tubuh Leona jatuh ke pelukannya. Leona yang belum terlihat siap sedikit menghindari."Kenapa menjauh?" tanya Edo mengernyitkan kening."Tidak apa-apa, Mas." Ia mengangkat sudut bibirnya hambar. Tidak seperti sedang tersenyum. "Boleh kan aku minta sekarang??"Edo menaikkan alisnya ke atas. Meminta jawaban secepatnya. Wajah Leona mendadak panik. Seakan dia lupa jika pria itu suaminya sekarang. "Minta??""Ya? Kamu gak mau ya?" "Ah. T—tidak. Bukan gitu, Mas." Leona tidak siap jika pria itu meminta sekarang. 'Aduh, bagaimana ini? Aku tidak siap. Apa kau menolaknya saja?'"Mau aku buatkan kopi dulu, Mas?" Berniat mengalihkan pembahasan.Edo menggeleng. Dengan cepat ia merangkul dari belakang. Membuat Leona menarik dan menghembuskan napas berulang kali karena gugup."Bagaimana, Mas?" tanya Leona k

  • Izinkan Aku Mencintai Suamimu    Bab 43 Resmi Menjadikan Istri Edo

    Leona menggeleng pelan. "Tidak, Bu. Selama ini Leona bekerja sebagai baby sitter anak ku sendiri.""Maafkan segala kesalahan Ayahmu ya Leona," ucap Nina.Leona mendongak melihat wajah sang ibu. "Ibu tidak perlu merasa bersalah begitu atas kesalahan Ayah. Ini semua sudah takdirku, Bu. Leona menerima dengan ikhlas."Wanita yang sudah tidak muda lagi itu mengelus kening Leona. Ia mengatakan untuk bersabar. "Nak, setelah pernikahan kamu dengan Edo, ibu yakin kau akan menemukan kebahagiaanmu.""Amiin ... Terima kasih doanya, Bu."***Hari yang ditunggu telah tiba, tidak digelar secara besar-besaran. Acaranya berlangsungnya pun sama persis dengan acara pernikahannya dengan Lucas. Di kantor KUA saja.Sungguh ia tidak merasa takut atau hal lain yang dipikirkan. Ia merasa tenang. Didampingi Ibu Nina dan Ben. Meskipun Ben tidak setuju jika Leona menikah dengan Edo. Tidak ada percakapan antara Ibu Nina dan Ben, hati Nina sudah sakit melihat pria itu muncul di depan matanya. Pria berpeci putih,

  • Izinkan Aku Mencintai Suamimu    Bab 42 Edo Melamar Leona

    Leona menunjuk rumah kecil di balik sumur. "Parkir aja motor Tuan di sini," ujarnya.Menurunkan koper dan menariknya menuju pintu yang terlihat usang dan tertutup.Ia menatap Lucas sejenak. Lalu memutuskan untuk mengetuk pintu tersebut.Setelah ketukan ke tiga kalinya. Terlihat handle pintu terbuka. Leona menunggunya dengan hati berdebar. Berharap besar jika orang yang membuka pintu tersebut adalah ibunya. Sungguh selama ini ia membuang waktu dengan mempercayai ucapan sang ayah, jika ibunya telah berkhianat. Bahkan sebenarnya, ayahnya-lah yang membohonginya. Setelah pintu terbuka, barulah mereka dapat melihat wanita ringkih dengan hijab lusuh berwarna hijau. Secepat itu bulir air membanjiri kelopak mata Leona.Terlihat bibir itu bergetar hebat. Seakan ingin mengeluarkan suara namun tercekat di tenggorokan. "Leona?"Leona tidak mampu menggerakkan bibirnya. Hanya tangannya yang lembut lekas merentang dan memeluk tubuhnya. "Ibu ...""Leona anakku. Kau kah ini, Nak?""Iya Bu. Ini Leona

  • Izinkan Aku Mencintai Suamimu    Bab 41 Leona Harus Kembali Padaku

    "Mas! Mas!! Aku bisa jelaskan padamu. Tolong dengarkan aku..." pinta Elisa. Ia memohon dengan menciumi tangannya. Namun Lucas sudah terlanjur murka.Sekali dia memberi kepercayaan pada orang lain, dan orang itu membuat noda hitam di dalamnya. Lucas tidak akan memaafkannya. Sudah beberapa kali Elisa membuat kesalahan, Lucas memberikannya kesempatan. Untuk satu ini, ia tidak akan mempercayainya."Kumohon percayalah, aku akan jelaskan semuanya." Elisa menggenggam erat lengannya meminta Lucas percaya padanya.Namun pria itu sudah menunjukkan taringnya. Hingga Elisa terduduk dan bersimpuh, Lucas tidak menghiraukannya. Saat Elisa memegang erat kakinya yang akan pergi, pria itu menendangnya hingga wanita itu menangis."Mas ... Kau mau ke mana?" Teriakan itu tidak di gubrisnya. Ia pergi saja dengan membawa kemurkaannya.Menunggangi kuda bermesin ya. Dengan cepat melesat dengan kecepatan tinggi. Tangannya menggenggam erat. Ia hantamkan pada dasboard mobilnya, Dengan seruan kata-kata kemurkaan

  • Izinkan Aku Mencintai Suamimu    Bab 40 Obat Tidur??

    "Breng sek kalian!!?" ucapan kotor itu keluar juga dari mulut Leona. Masalahnya sangat berat, di tambah lagi ini."L—Leona??! Kapan kamu datang, Nak? Kenapa kamu gak bilang-bilang dulu mau ke sini?!" tanya Ben dengan terbata-bata, di sertai suara yang bergetar.Terlihat jelas sekali jika pria itu ketakutan. Ia yakin jika putrinya telah mendengar semua pembicaraannya dengan Annette. Apa lagi wajahnya Leona tidak seperti biasanya. Ben harus berhati-hati.Leona masa bodoh sekarang dengan pria itu. Sudah merasa pantas saja dia masuk penjara. Kenapa Lucas harus susah-susah mengeluarkan dari jeruji besi? Jika memang ayahnya bersalah. Ben berjalan menghampiri Leona yang menunjukkan kemarahan. Berusaha memegangi tangannya, namun Leona membuangnya begitu saja. Menolaknya kasar. Membuat hati Ben tersayat."Lepas!! Aku tak sudi melihat kalian!! Kalian berdua kejam!! Kalian yang menyebabkan ibu pergi!!" ucap Leona dengan air mata menggenang."Ayah akan jelaskan, Leona!!" pinta Ben dengan wajah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status