Sandra yang terbangun dengan segar berusaha untuk menatap layar LCD yang ada di hadapannya sendiri. Dia melihat bahwa waktu sudah menunjukkan pukul 07.30. “Astaga, baru hari pertama sudah seperti ini,” kata Sandra kepada dirinya sendiri.Dengan segera Sandra bangun dari tempat tidurnya, ia mengambil peralatan mandinya dan menuju ke kamar mandi. Sandra akhirnya terburu-buru untuk pergi kerja, ia akhirnya hanya mengenakan seadanya saja.Sandra yang tergesa-gesa akhirnya berjalan menuju halte bus yang akan membawanya ke tempat kerja barunya. Sandra menunggu beberapa menit hingga akhirnya bus yang membawanya tiba.Sandra melakukan pembayaran dengan menggunakan tap cash di dalam bus, ia memilih duduk di tempat yang paling depan, bus yang membawanya ke kantor berjalan dengan kecepatan standard hingga akhirnya ia sampai di sebuah gedung yang tinggi.Sandra melakukan seperti biasanya, ia menyerahkan kartu tanda penduduknya yang di ganti dengan menjadi kartu akses, memasukkan tasnya ke dalam m
Kevin yang berusaha untuk bisa santai ternyata pada kenyataannya ia juga tidak bisa santai, beberapa kali ia melihat kondisi sekitar namun tetap tidak ada orang yang mencurigakan. Dia dengan segera menuntaskan pekerjaannya.Kevin melihat jumlah makanan yang sudah sesuai dengan kebutuhan perusahaan tersebut, selang belum lama ia melihat jam kerjanya. “Aahh aku lupa,” kata Kevin terhadap dirinya sendiri.Kevin yang lupa mentransfer sejumlah uang kepada Lia akhirnya mentransfer sejumlah uang kepada adiknya tersebut, ia mengirimkan bukti transfer tersebut bersama dengan ucapan maaf bahwa ia telat mengirimkan.Beruntung Lia sendiri sedang tidak emosi sehingga ia bisa dengan tenang melanjutkan pekerjaannya, ia yang sudah berusaha untuk tidak menggubris akhirnya mulai merasa risih dengan tatapan curiga terhadap dirinya sendiri.Kring KringHandphone Kevin berdering dengan segera ia mengangkatnya takut-takut Felix temannya memberitahu kabar mengenai ayahnya namun ternyata bukan dari Felix mel
Sandra yang kala itu baru pertama kali bekerja harus belajar secara perlahan, ia juga sebenarnya masih mengingat dengan pasti akan kuliahnya. Hari pertama bekerja membuatnya sangat lelah sementara ia sedari tadi belajar untuk menginput dan memperdagangkan.Kepala toko yang mengawasi Sandra juga senang akan kehadiran Sandra di toko, belum lama toko beroperasional mereka sudah mendapatkan pelanggan. Beberapa masuk hanya untuk melihat Sandra saja hingga membuat Sandra sendiri salah tingkah namun ia hanya menganggap itu sebagai pembelajaran saja.Kepala toko yang berada di lokasi juga senang akan kehadiran pelanggan beberapa kali pelanggan yang membeli juga memuji kencantikan Sandra. Tak ayal banyak yang menduga bahwa setidaknya pemicu kehadiran pelanggan adalah Sandra itu sendiri.Kepala toko yang baru saja menerima barang masuk keluar dari gudang belakang. “Sandra, bagaimana dengan hari pertamamu?” tanyanya. Sementara itu wajah laki-laki tersebut memandang ke arah tubuh sintal Sandra.K
Kevin memandang ke dalam kotak tersebut terlihat bahwa Sandra sangat terkejut akan ancaman yang ia dapatkan. Tubuh Sandra gemetar ketika mengetahui ancaman yang terjadi di dalam kehidupannya secara pribadi. “Kita masuk dulu,” ucap Kevin.Belum lama mereka hendak masuk terdengar beberapa suara yang tidak jauh dari sekitar lift yang menuju kamar Sandra. “Di ruang berapa?”“Kamar nomor 10,” katanya yang menjawab dengan segera.“Sepertinya orang baru,” celetuk temannya.“Sudah bawa saja,” perintah temannya, “Tugas kita masih banyak,” kata temannya kepada teman satunya lagi.“Baiklah.” Mereka akhirnya menuruti perkataan bosnya sendiri, laki-laki yang tepat berada di belakangnya membantu mendorong barang berat yang mereka bawa tersebut. Mereka berusaha mengerahkan tenaga demi membawa barang berat tersebut.Kevin yang semakin mendengar ucapan tersebut dengan takut-takut mengajaknya masuk ke dalam kamar milik Sandra tersebut. Sandra terkejut dengan perbuatan yang di berikan Kevin kepada dirin
Kevin yang melihat isi pesan tersebut terlihat merinding ketika ada seseorang yang mengirimkan pesan untuk menemuinya ketika sudah selesai dari rumah kekasih hatinya di taman dekat rumah susun tersebut.Agus dan Heru yang terkejut sedikit tidak tahu menahu akan kejadian yang menimpa kepada Kevin. “Apa yang terjadi?” tanya Sandra yang juga ikut tersentak melihat perilaku Kevin yang tiba-tiba saja berubah.“Sepertinya kita di awasi,” ucap Kevin dengan takut-takut.Wajah Heru, Agus dan Sandra yang mendengar mereka di awasi berubah mengeras, mereka yang awalnya tidak ingin menggubris kehidupan Kevin akhirnya harus mendengarkan keluh kesah Kevin itu sendiri. “Memangnya apa yang terjadi?” tanya Heru.“Entahlah aku juga tidak tahu. Satu hari yang lalu aku baru saja dari kantor polisi dan mendapatkan bahwa nama Ibuku di bawa-bawa,” jelas Kevin.“Siapa yang mengirim pesan tersebut?” tanya Sandra.Kevin menelan salivanya sendiri. “Sepertinya paman Danny yang mengirimkan pesan tersebut kepada sa
Agus yang perhatian dengan kondisi anak dari sahabatnya sendiri berusaha untuk melihat titik masalah yang harus di usut terlebih dahulu. “Paman bisa membantumu,” senyum Agus kepada Sandra.Sandra duduk sembari memeluk lutut kakinya sendiri, menahan malu di hadapan kedua pamannya sendiri. Heru juga duduk sembari menghela napasnya yang berat tersebut seakan semuanya sudah menjadi kenyataan.Sandra yang mendengar usulan dari Agus mendongaknya, ia menghapus air matanya yang berurai. “Maksud, Paman?” tanya Sandra.“Masalah ayahmu. Paman akan membantunya. Paman mengerti maksud perkataan yang terakhir, ada hubungannya dengan ayahmu,” tunjuk Agus yang memahami luapan seorang pemuda.Heru memandang kepada keponakannya sendiri yang juga berjuang untuk melupakan setiap masalah yang terjadi. “Paman, paham apa yang terjadi. Semuanya sudah terjadi, sekarang saatnya kita mengurai masalah tersebut satu per satu,” senyum Heru mengembang.Heru tertawa mendengarnya namun ia sendiri juga ingin memastikan
Agus yang di bantu dengan Pak Yang membawa tubuh babak belur Kevin ke dalam mobil mereka. “Pak Yang, kita ke rumah sakit,” perintah Agus. Pak Yang akhirnya menyalakan mesin mobil, mereka membawa Kevin ke salah satu pusat medis terdekat.“Baik, Pak,” jawab Pak Yang.Agus sendiri yang melihat Kevin tergeletak seperti tak bernyawa berusaha membangunkan Kevin. “Kevin, kau mendengar aku?” tegur Agus. Agus menepuk-nepuk Kevin yang sudah tak sadarkan diri.Agus juga melihat bahwa Kevin sudah tidak merespon, kondisinya sudah sangat stupor. Agus melihat ke seluruh tubuh Kevin yang sudah hampir penuh dengan pukulan bertubi-tubi. “Bagaimana kondisinya, pak?” tanya Pak Yang.“Cepat kita harus memeriksanya ke rumah sakit,” pinta Agus. Agus yang sudah menemukan Kevin dengan segera mengambil handphonenya, ia sendiri dengan segera menghubungi Heru. “Heru, aku menemukannya sesuai dengan dugaanku,” kata Agus.Ciit!Heru yang mendengarnya terkejut bukan main, ia sendiri juga menghentikan mobilnya denga
Kevin dengan segera di bawa ke dalam ruang Intensif untuk di lakukan pemeriksaan lebih lanjut. Sandra juga ikut dengan para suster dan dokter di belakangnya mengikuti kedua paman Sandra yang berusaha mengetahui kondisi Kevin.Agus yang melihat tadinya baik-baik saja berubah menjadi yang tak ingin di lihat oleh dirinya. “Ada apa ini? Bukankah sebelumnya baik-baik saja?” tanya Agus yang penasaran.“Mungkin dia hanya pingsan setelah apa yang terjadi dengannya,” jabar Heru yang juga ingin mengetahuinya.“Masalahnya bukan di situ, Paman.” Sandra tepat berada di depan mereka, berusaha menenangkan keadaan yang baru saja ia lihat tanpa di sadarinya.Agus bingung dengan ucapan Sandra, ia mengernyitkan dahinya, bingung dengan percakapan mereka yang entah mengapa seakan berusaha menutupinya. “Ada apa, Sandra?” tanya Agus yang kelihatan lebih mengkhawatirkan kondisi Kevin.Kedua mata Sandra memandang kepada pamannya sendiri yang berusaha untuk mencari tahu kesehatan Kevin. “Kita tunggu saja, pama