Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 114"Sakit gak?" Fathan memegangi jari Risma dan mengeluarkan serpihan kaca yang menancap. "Mas?" Nabila yang mendengar Risma berteriak langsung memutar badan. Ia terpaku dengan apa yang dilihatnya. "Benarkah ini?" batin Nabila tidak percaya. ****Satu bulan lebih telah berlalu, acara empat puluhan hari kematian Nunik pun sudah terlaksana. Selama itu, Nabila dan Fathan semakin sayang pada Risma. Terlihat dari tubuhnya yang semakin gemuk dan wajah yang ceria. Bahkan, kini Risma sudah bisa membedakan warna dan menghitung karena Nabila begitu telaten mengajarinya. Agar lebih tepat lagi, rencananya bulan depan pada ajaran baru, Nabila memasukkan Risma di SLB terdekat.Apa yang Risma rasakan saat ini adalah takdir dari Allah. Melalui Nabila yang sadar bahwa Risma butuh orang tua. Juga karena surat wasiat yang ditulis Nunik sebelum meninggal untuk Nabila. Wasiat itu ditemukan oleh Bu Saropah ketika berkemas saat hendak pindah dari rumah Nunik waktu it
Izinkan Suamimu Menikah Lagi Bab 115"Siapa yang bercanda? Kamu pikir aku berbohong gitu? Coba lihat wajahku? Apakah ada kebohongan di sini?" Nabila menunjuk wajahnya. Fathan menatap lekat-lekat mata itu dan tidak ditemukan kebohongan sedetik pun. "Kamu beneran?" Nabila mengangguk. "Kok gak pernah cerita?" Fathan masih terus mengorek Nabila demi kepuasannya."Ya buat apa? Toh, paling juga gak percaya kek tadi itu. Sudah, sana kerja!" Nabila mendorong tubuh suaminya. Keduanya pun masuk ke dalam. Fathan melanjutkan kembali pekerjaannya yang sempat tertunda. Sedangkan Nabila akan menyidik kantor miliknya yang mulai hari ini ia akan sering-sering datangi. Fathan masuk ke dalam dengan tersenyum bahagia. Entah apa yang saat ini ada dalam pikirannya, hanya ia sendiri yang tahu. Begitu sampai di dalam, Tejo tak henti-hentinya mengintrogasi Fathan. "Beneran Mbak Nabila itu bos kita?" Tejo memangkas jarak dengan Fathan. "Ya, begitulah!" Fathan mengedikkan bahunya. "Kok kamu gak pernah
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 116Senyum sumringah tak henti-hentinya terpancar dari wajah Nabila dan Fathan, tidak seperti orang yang sakit. Mereka yang baru saja pulang dari dokter sudah tidak sabar untuk membagikan kabar bahagia itu pada Bu Saropah."Ibu, kami punya kabar bagus untuk Ibu!" ucap Fathan ketika sudah kembali ke rumah. "Apa itu, Than? Kok kalian sepertinya bahagia sekali ibu lihat." Bu Saropah penasaran, tapi tidak ingin menebaknya. "Nabila hamil, Bu!" Fathan mengatakannya tanpa berhenti tersenyum. Bu Saropah seketika tersenyum, dalam hatinya berbunga-bunga, tak kalah bahagianya dgn kedua anaknya itu. "Alhamdulillah, selamat ya, Bil!" Bu Saropah memeluk Nabila dan dibalasnya dengan erat. "Bila mau apa? Ibu buatkan sekarang." Usai mengurai pelukan itu, Bu Saropah menawarkan apa yang diinginkan Nabila. "Aku pengen umroh bersama kalian." Nabila menatap Fathan dan Bu Saropah secara bergantian. "Wah, ide bagus itu! Tapi gak bisa sekarang, nunggu usia kandungannya k
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 1"Nabila. Izinkan suamimu menikah lagi, Nak." Permintaan Ibu mertua serasa suara petir di siang bolong yang menyambar telingaku. Aku tersentak kaget mendengarnya. Sehingga tanpa sadar gelas yang berisi jus wortel untuk ibu pun terjatuh ke lantai. Gelas itu hancur seiring dengan remuknya hati ini. Delapan tahun aku mengabdikan diri pada suami dan ibu mertua yang sudah kuanggap ibu kandung sendiri. Tapi, siang ini beliau tega memintaku melakukan hal konyol tersebut. Apa yang saat ini beliau pikirkan? Segera ku bersihkan serpihan beling dengan perasaan hancur serupa pecahan gelas ini. Aku tidak menyangka ibu akan mengatakan hal itu. Hal yang sama sekali tidak ingin aku dengar dalam hidup ini."Nabila. Duduk dulu, Nak." Ibu menarik kursi yang ada di sebelahnya. Lalu, tempat duduk itu pun ditepuknya setelah melihatku kembali masuk ke dapur usai membuang sampah."Maaf jusnya tumpah, Bu." Hanya itu kata yang mampu ke luar dari bibir ini setelah duduk di de
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 2."Mas, seandainya aku tidak mengizinkan kamu nikah lagi gimana?" tanyaku sebelum Mas Fathan masuk ke kamar mandi.Laki-laki yang baru pulang kerja itu berbalik badan. Lalu, membawa langkahnya menuju tempat duduk kembali. "Apa alasan kamu tidak mengizinkan aku menikah lagi, Nabila?" Pertanyaan itu diucapkan dengan penuh penekanan. Amarah terlihat jelas di wajahnya.Kenapa dia harus marah? Apa poligami itu bukan hanya keinginan Ibu, tapi juga hasratnya? Ya Allah … benarkah praduga ini? "Simple. Karena aku tidak mau dimadu!" Aku bangkit dari posisi berdiri. Kini posisi kami sejajar dengan jarak hanya hanya beberapa jengkal. Mata kami pun saling menatap tajam. Aku tahu ini salah karena menantang suami. Tidak seharusnya istri melawan suami. Namun, rasa sakit di dalam sini tidak lagi dapat aku sembunyikan. Biarlah Mas Fathan tahu kalau aku marah dengan keputusan sepihaknya itu. "Kamu egois, Nabila! Sudah tidak punya anak, tapi menghalangi aku untuk men
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 3Kami masih duduk di kursi makan meskipun, piring-piring kami telah tandas isinya. Dan aku masih belum niat membersihkan meja makannya. Saat ini menyerang Ibu mertua dan Mas Fathan lebih menarik bagiku dari pada beres-beres usai makan."Kenapa Ibu harus kehilangan jatah bulanan? Tidak bisa dong. Ibu akan tetap mendapatkan uang jajan kan, Than?" Wanita setengah umur yang tadi sempat kaget mendengar pertanyaanku hingga melongo, kini menatap anaknya dengan penuh pengharapan. Mas Fathan pun mengangguk. Aku diam masih menjadi pendengar dan pengamat. "Tidak bisa begitu dong, Bila. Kalau Ibu tidak dikasih dari aku mau dapat uang dari mana? Kan Ibu tidak ada yang mencarikan nafkah." Ucapan Mas Fathan diamini ibunya."Kalau begitu, mulai sekarang kamu harus siap-siap mencari pekerjaan sampingan, Mas. Masa gajimu yang hanya segitu harus dibagi empat? Aku tidak mau. Sebab, selama masih menjadi istrimu, aku pun tidak mau jatah bulanan untukku dipotong," kataku
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 4Aku terpaku menatap sosok di depan pintu. Benarkah dia calon maduku? Aku kira yang datang adalah wanita cantik yang agresif atau seseorang yang terlihat berkelas. Dugaanku salah. Di depanku, berdiri seorang wanita dengan wajah dan tampilan yang sederhana. Dia menatapku dengan seulas senyum. Di sampingnya berdiri seorang bocah perempuan down sindrom. Terlihat dari wajahnya — seribu wajah. "Assalamualaikum, Mbak Nabila. Kenalkan nama saya Nunik." Suara lembut wanita itu mampu membuatku mengalihkan pandangan. Kujawab salamnya seraya menerima uluran tangan perempuan tersebut. Aku bersalaman dengan kepala penuh tanda tanya. Siapa wanita ini? Apa saja yang telah Ibu katakan pada Nunik? Sehinga dia langsung bisa mengetahui namaku. Seharusnya, aku tidak perlu merasa aneh apabila ia mengetahui namaku lebih dahulu, tidak menutup kemungkinan Ibu sudah menceritakan segalanya pada wanita di hadapan. Apa mereka sudah lama saling mengenal dan diam-diam sudah memp
Izinkan Suamimu Menikah Lagi Bab 5.Kami sudah duduk melingkar di meja makan. Dan Mas Fathan pun sudah kembali. Entah dari mana.Aku terus menatap Nunik yang sedang mengambil makanan untuk anaknya. Seandainya, dia bukan calon orang ketiga dalam rumah tangga kami, bisa dipastikan aku akan bersahabat dengannya. Dia wanita kuat dan hebat yang sanggup mengemban amanah menjaga anak berkebutuhan khusus. Sayangnya, rasa simpati itu memudar ketika mendengar dia siap menjadi maduku. "Fathan itu sangat suka sambal hati ampela selain tumis cumi cabe hijau." Ibu menatap Nunik yang sudah selesai menyiapkan makanan untuk anaknya.Wanita berkerudung merah itu menatap ibu dengan serius."Benarkah, Bu? Berarti sama seleranya dengan Risma. Itu artinya ...." Nunik menghentikan ucapannya ketika ia melirik ke arahku. Lalu, ia senyum-senyum sendiri. Entah apa yang dipikirkan? "Namanya juga …." Ibu segera menutup mulut saat Mas Fathan melotot ke arah ibunya. "Ibu dan Mbak Nunik mau ngomong apa? Kenapa t