Accueil / Romansa / JADI TETANGGA MANTAN / BUBUR PENUH KENANGAN

Share

BUBUR PENUH KENANGAN

Auteur: Mommy Alkai
last update Dernière mise à jour: 2022-11-05 04:01:15

"Jani!' Lagi, dia memanggil untuk yang kedua kalinya karena kuabaikan.

Ya ampun ... apa dia tidak takut istri atau anaknya akan mendengar, lalu curiga?

Aku enggak bisa membayangkan kalau Teh Lina sampai tahu kalau aku pernah jadi WIL suaminya.

"Apa, sih?" sahutku ketus.

"Apa kabar?"

Bisa-bisanya tanya ada apa. Pakai basa-basi segala ini orang! Udah tahu segar bugar begini. Kalau sakit mana bisa pegang gagang sapu, ya kan?

Rasanya tidak perlu kujawab basa-basinya itu.

"Jan!"

"Apalagi?"

"Aku mau ngomong!"

"Ngomong apa? Itu kan, lagi ngomong?"

"Sini atuh!"

"Enggak bisa, bahaya!" sahutku cepat tanpa menoleh sedikitpun.

"Bahaya apa, Neng Jani?" Tiba-tiba suara Teh Lina menggema dari arah belakangku.

"Eng ... enggak ada apa-apa, Teh! Tadi saya nyapu ada paku. Bahaya kan, kalau keinjak. Bisa sakit yang kena!" jawabku gugup. Tanganku sampai gemetar saking kagetnya.

"Sakit mana sama lihat mantan yang bahagia sama pasangan barunya!" 

Glekkk

Lagi-lagi ucapannya ... apa jangan-jangan Teh Lina udah tau semuanya, terus nyindir aku?

"Bercanda, Neng!" katanya sambil mengibaskan tangan. 

Fiuh ... syukurlah!

Teh Lina lalu memutar bola matanya ke arah mantan pacarku. Eh, maksudnya suaminya, uhuk!

"Papi belum berangkat? Katanya mau jogging. Dah lah, Mami udah curiga ini mah, pasti akal-akalan Papi aja kan, supaya bisa keluar rumah? Hayo ngaku!"

Deg! 

Jantungku berdegup kencang mendengar celotehan istri sang mantan yang ceriwis itu. Bener ini mah, Teh Lina pasti udah tahu!

"Enggak kok, Mi!" jawab Aa Hadi santai.

Aku mulai menciut. Menunggu kata-kata berikutnya yang akan keluar dari bibir Teh Lina. 

Tapi bagaimana kalau Mas Pras dengar dan dia jadi terbangun?

"Papi tegaaaaa!!! Mami udah bikin sarapan, malah mau beli buburnya Mang Kardi. Alesan aja mau jogging, bubur lagi ... bubur lagi!" kata Teh Lina kesal.

Ya Tuhan ... akhirnya aku bisa bernafas lega. Kirain Teh Lina tahu semuanya. Ya ampun Teh, kenapa absurd banget sih? Dan itu soal bubur, jadi ternyata Aa Hadi masih menyukai bubur?

Sebenarnya kan, dulu itu dia nggak suka makanan lembek itu. Tapi setelah pacaran sama aku, dia ikut-ikutan suka.  Malah setiap kali keluar untuk jalan-jalan, kami selalu mencari tempat makan bubur yang terkenal enak sebagai tujuan kami.

"Neng!"

"Ya, Teh?"

"Si kecil memang sudah pada bangun?"

"Belum Teh, masih tidur."

"Kok kamu belum mandi?"

"Belum sempet Teh, lagian—

" Nih, Teteh ajarin ya, kalau mau keluar rumah itu biar fresh biar enak dilihat sama orang. Anak masih kecil, masa udah buluk begini?"

"Masih banyak yang mau dikerjain sama Jani Teh, entar keringetan lagi!"

"Padahal mah, nanti gampang mandi lagi, Neng. Ya udahlah, Teteh masuk dulu, mau beberes!"

"Hihi iya, Teh." Senyum ketusku menguar melihatnya pergi. Aku lalu melirik mantan semprul yang menyibukkan diri dengan tanaman di depan rumahnya.

Ting Ting Ting

Suara tukang bubur Mang Kardi akhirnya beneran lewat juga. Kemarin aku sempat beli bubur ini dan ternyata rasanya memang enak.

"Jan, beli bubur?" Lagi-lagi dia basa-basi. Ya kali yang lewat bubur, belinya ketoprak!

Tak kujawab pertanyaannya dan berlanjut memesan dua porsi bubur untuk Nindi dan Hamdi.

"Dua aja Teh, nggak tiga?" tanya Mang Kardi.

"Dua aja Mang!" sahutku.

"Kenapa dua? Berarti cuma buat anak kamu atuh? Bukannya kamu suka banget dulu sama bubur?" Aa Hadi mulai kepo. 

Gimana aku bisa mesen bubur kalau ada dia di sini? Yang ada malah teringat hubungan kami dulu. Mau bilang buat Mas Pras? Aku yakin dia tahu kalau suamiku sudah berangkat pagi-pagi sekali.

"Udah enggak suka Pak! Trauma saya makan bubur!" jawabku sekenanya.

Lagipula, kenapa juga dia masih ingat sama makanan kesukaanku itu?

Mudah-mudahan nih, Mang Kardi nggak ember mulutnya dan ngadu ke Teh Lina soal percakapan absurd-ku dengan suaminya.

"Aa beliin satu lagi ya? Aa yang tambahin!" katanya menawarkan.

"Eng ... nggak usah Pak. Ini cukup!  Anak saya itu masih kecil, sayang kalau nggak habis. Nih Mang, saya bawa sambelnya satu ya. Takut nggak habis, tinggal saya tambahin sambel!" sahutku sambil menyambar sebungkus sambal yang ada di dalam plastik kecil-kecil.

"Katanya trauma sama bubur, kok bawa sambelnya juga Bu?" Tiba-tiba Mang Kardi nyeletuk, membuat aku seperti kehilangan wajah menahan malu. Rupanya dia menyimak percakapan kami.

Dasar tukang bubur kelewatan!

Ya ampun ... apa aku terlihat menyedihkan dimatanya?

Sampai di rumah segera kusuapi Hamdi dan Nindy. Tak lupa sambal kusiapkan bila nanti Hamdi tak menghabiskan bubur seperti biasanya.

Tapi ternyata, harapan tidak sesuai kenyataan. Mereka menghabiskan bubur itu tanpa bersisa sedikitpun! Dengan hati nelangsa, kurapikan sterefoam bekas mereka dan meninggalkan sambal yang termenung menunggu dibuka. Nasib ...

***

"Assalamualaikum, Neng Jani sudah tidur belum?"

Suara khas Teh Lina yang keras menggema dari luar. Kulihat jam sudah menunjukan jam sembilan malam lewat. Anak-anak juga sudah tidur.

Ada apa Teh Lina malam-malam begini datang ke rumah?

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • JADI TETANGGA MANTAN   KEINGINAN MIA

    Kata orang, menikah dengan lelaki yang tepat akan menjadikan seorang wanita seperti Ratu dan terus merasa bahagia. Aku tahu, meskipun pernikahan pertamaku dengan Mas Pras telah gagal, banyak hikmah yang bisa kuambil untuk dijadikan pelajaran.Begitu juga dengan masa lalu Aa Hadi. Tapi kenapa sekarang ini, aku malah terus dihantui rasa takut? Selain pernah dikhianati Mas Pras, awal perkenalanku dengan Aa Hadi diwarnai kebohongan. Selingkuh dari wanita sebaik Teh Lina, dengan dalih korban perjodohan orangtua.Menikah dengan Aa Hadi pun, pernah menjadi impianku belasan tahun yang lalu. Namun, semuanya sirna, setelah dua tahun lebih kami menjalin hubungan. Pacar dengan usia yang terpaut lebih dari sepuluh tahun itu ternyata sudah memiliki keluarga. Aku lalu memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami.Namun, takdir berkata lain. Sebelas tahun kemudian, kami kembali dipertemukan sebagai tetangga.Setelah menjalani lika-liku jadi tetangga mantan, Allah mentakdirkan kami berjodoh.Sosok Aa

  • JADI TETANGGA MANTAN   CARI ALASAN

    Seperti dejavu, aku pernah merasakan ini dulu. Bedanya kali ini beneran, bukan kaki Nindy lagi seperti waktu itu."Cicing(diam) atuh A, ada anak-anak! Kalau mereka tiba-tiba masuk gimana?" Aku berusaha melepaskan tangannya dari pinggang. Tapi pelukannya malah semakin erat."Cuma peluk doang, sisanya nanti malam," bisiknya. Ucapan itu justru lebih terdengar seperti ancaman di telinga. Membuatku semakin ketakutan mendengarnya.Selepas makan malam dan anak-anak sudah kembali ke kamarnya, sengaja kusibukkan diri di dapur demi mengulur waktu. Kali aja habis nyuci piring, dia keburu ngantuk dan lupa akan ancamannya siang tadi."Ngapain?" tanyanya sambil berdiri menatapku."Cuci motor.""Ngelucu? Besok 'kan ada Mbak Imah Jan, ayo istirahat!"Ish, istirahat katanya? Aku yakin, kalau sudah masuk perangkapnya, mana bisa istirahat?"Tanggung A, bentar lagi!"Aku sengaja mengulur waktu dan terus menerus membilas piring berkali-kali sampai benar-benar kesat. Dia yang memerhatikan aku sejak tadi, m

  • JADI TETANGGA MANTAN   GUGUPNYA PENGANTIN BARU

    Sah!!!" Suara riuh menggema di dalam rumah kedua orangtuaku di kampung, saat penghulu mengesahkan pernikahanku dengan Aa Hadi siang ini, meski hanya ada beberapa anggota keluarga dan tetangga yang hadir. Rona bahagia, terpancar jelas di wajah Ibu dan Bapak saat aku melirik ke arah mereka. Sayangnya, kedua orangtua Aa Hadi telah meninggal dunia. Hanya beberapa keluarga inti yang menemaninya sejak pagi tadi.Dengan bergantian, Ranti, Rasyid dan Dini memelukku dengan erat."Terima kasih ya, Mama Jani sudah mau terima Papi," kata Ranti dengan senyum manis dan lesung pipi khas miliknya.Setelah kami semua bersalaman, acara dilanjutkan dengan makan bersama keluarga dan para tetangga. Tidak ada resepsi, karena itu adalah salah satu permintaanku. Semua aku lakukan, karena tidak ingin nantinya Bapak merasa lelah dan terbebani jika harus duduk di kursi roda, di atas pelaminan, dalam waktu yang cukup lama.Bapak memang belum sembuh total. Sehari-harinya, dia bergantung pada kursi roda untuk b

  • JADI TETANGGA MANTAN   PILIHAN HATI

    Selain menyaksikan pernikahan Mas Pras dengan Mia, aku sangat mengharapkan kedatangan Aa Hadi dan juga anak-anaknya hari ini.Karena, sejak hari di mana Rasyid tertangkap, aku sudah tidak pernah bertemu dengan mereka lagi.Entah karena Aa Hadi sudah lelah menunggu kepastian dariku, atau karena perasaan bersalahnya pada Rasyid, dia tidak mau menemuiku lagi. Berkirim kabar pun juga tidak pernah. Karena itu, dia tidak tahu kalau Bapak sekarang sedang sakit."Mas Pras udah dua kali nikah, Teteh masih sendiri aja. Ngenes atuh, Teh!" goda Anjeli yang sedang mengaduk aduk es krim di tangannya."Ish, ngenes mana sama kamu?" Aku balik menyindirnya.Anjeli lantas memonyongkan bibirnya. Cemberut namun menggemaskan."Anjeli jomlo 'kan karena standar tinggi, Teh!" katanya beralasan."Ya udah, sana cari pasangan kamu dulu! Nanti kalau kamu yang dapet duluan, baru boleh ngeledek Teteh!"Kucubit hidung Anjeli yang menggemaskan. Minimalis, sama sepertiku. Aku tahu, dia sudah memiliki pasangan, tapi d

  • JADI TETANGGA MANTAN   KETIKA DIA MENYERAH

    Benar juga, ke mana Aa Hadi???Segera ku ambil ponsel dan menghubunginya, namun tidak aktif. Aku masih berpikir positif, mungkin saja dia masih ada keperluan lain, tapi setelah menunggu lama, Aa Hadi tak kunjung datang. Karena penasaran dan perasaanku juga mulai tidak enak, aku mencoba menelepon Ranti. Siapa tahu, papinya menghubungi dia.Benar saja, dari Ranti, aku tahu kalau mereka sekarang dalam perjalanan ke Subang. Mereka mendapat kabar, kalau Rasyid ditangkap polisi karena mengkonsumsi barang haram.Ranti juga menyampaikan maaf dari papinya yang langsung pergi tanpa mengabariku lebih dulu. Katanya, dia panik dan tidak bisa berpikir, bahkan untuk sekedar menghubungiku.Tubuhku lemas seketika mendengar penjelasan Ranti. Belum habis rasa bersalahku terhadap Nindy, kini muncul masalah baru yang membuatku menyesal.Apalagi Rasyid adalah anak yang sangat baik dan pendiam.Aku jadi penasaran, masalah apa yang dialami Rasyid, sampai akhirnya anak sebaik dia bisa melewati batas?Apa kar

  • JADI TETANGGA MANTAN   AA HADI MENGHILANG

    Tapi ucapan Bapak memang benar, siapa lagi yang bisa aku andalkan saat ini?Aa Hadi adalah satu-satunya orang yang bisa menerima aku dan keluargaku, lalu kurang apalagi?Terus bertahan hidup sendiri karena gengsi, sebagai seorang janda, apa aku bisa?Karena selama ini saja aku masih terus bergantung padanya."Bapak nggak mau maksa Teteh, tapi coba dipikirin lagi ya, Teh. Jangan keras kepala, apalagi gengsi."Bapak menyelesaikan percakapan kami dan berlalu meninggalkan aku yang larut dalam pelukan Ibu."Bener kata Bapak Teh, coba dipikirin lagi!" kata Ibu menambahkan.Setelah menyeka airmata, aku keluar dari kamar Ibu dan masuk ke dalam kamarku untuk menemui Hamdi. Tapi saat pintu kamar dibuka, aku disuguhkan pemandangan yang mengharukan. Di sana, Ranti, Dini, Hamdi dan Anjeli sedang berkumpul. Bahkan mereka sampai menambah kasur di bawah supaya muat tidur berbarengan.Pemandangan seperti ini kembali membuatku bimbang. Keluargaku, juga anak-anak Aa Hadi, seakan tidak ada tembok pemisa

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status